LAIN dulu, lain sekarang. Uni Soviet, yang selama ini dikenal pengekspor alat-alat berat, kali ini membeli bejana bertekanan (pressure vessel) senilai US$ 320 ribu dari Indonesia. Pekan lalu, PT Boma Bisma Indra (BBI) Surabaya, salah satu BUMN yang bergerak di bidang perakitan alat-alat berat, mengekspor 41 unit bejana bertekanan itu ke Negeri Beruang Merah. Konon, Uni Soviet tak lagi menunda-nunda utang yang harus dibayarnya. Makanya, tidaklah mengherankan kalau Didih Widjaja Kusumah, Dirut BBI, bisa tersenyum lebar. "Tidak gampang, lho, mengekspor ke sana," ujarnya. Bahkan, laba yang katanya "cuma seujung jari" tak dipersoalkan. "Yang penting, di Soviet nama kami sudah dikenal." Prestasi ekspor ke Uni Soviet itu, kata Didih, memang bukan semata prestasi BBI. Order pembuatan salah satu komponen yang dibutuhkan oleh pabrik petrokimia SPTA (Soviet Purified Terephetalic Acid) ini diperolehnya dari Mitsui & Co. Ltd., Jepang. Artinya, Mitsui-lah yang ditunjuk sebagai salah satu pemborong proyek di Negeri Glasnost itu. Di samping itu, "Kami juga mendapat bantuan teknologi dari The Japan Steel Work Ltd.," katanya. Mungkin, bukan cuma itu hal yang paling menarik dari ekspor perdana ke Uni Soviet. Untuk memenuhi permintaan SPTA, BBI menggunakan baja dari Krakatau Steel. Jadi, cocok dengan sasaran BPIS, yang bertujuan menggalang kerja sama antar-BUMN, agar bisa bekerja dengan lebih efisien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini