Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, memprediksi mewabahnya virus 2019-nCoV atau virus corona jenis baru bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi bisa terkoreksi 0,1 hingga 0,3 persen.
"Kalau dilihat dari sensitivitas ekonomi matriksnya, bila pertumbuhan ekonomi Cina turun 1 persen, dampaknya terhadap Indonesia bisa 0,1-0,3 persen. Pertumbuhan ekonomi kita bisa turun di bawah 5 persen menjadi 4,7-4,9 persen," tutur Chatib di kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta Pusat, Selasa, 18 Februari 2020.
Hal itu, kata Chatib, juga terjadi saat virus SARS mewabah pada 2002 lalu di Cina. Chatib menceritakan, kala itu pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu sempat terkoreksi dari 11 persen menjadi 9 persen pada kuartal I. Namun, penurunan pertumbuhan ekonomi ini tak terjadi berlarut-larut.
Pada kuartal II, Chatib mengatakan pertumbuhan ekonomi Cina sudah bergerak meningkat kembali sebesar 1 persen menjadi 10 persen. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut pun beranjak stabil pada kuartal III dan IV ketika kondisi mulai pulih.
Bila diakumulasi, dalam setahun atau whole year, pertumbuhan ekonomi Cina waktu itu tergerus sebesar 1 persen. Chatib mengatakan, di saat yang sama, Indonesia turut merasakan dampaknya.
Dari fenomena yang pernah terjadi pada masa lampau, Chatib mengatakan pemerintah saat ini sudah bisa berancang-ancang melakukan langkah mitigasi untuk mengantisipasi dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi. Misalnya dengan merealisasikan program keluarga harapan untuk keluarga miskin pada kuartal I.
Pemerintah juga dapat mempercepat pelaksanaan program kartu prakerja untuk meningkatkan daya saing calon tenaga kerja. Dari sektor pariwisata, Chatib menyatakan pemerintah dapat mendorong pelaku usaha untuk memberikan diskon penginapan guna mendulang tingkat kunjungan turis domestik. Dengan demikian, industri pariwisata tetap bergairah.
Di sisi lain, pemerintah juga disarankan dapat menggairahkan pariwisata MICE dan mengadakan pameran wisata. "Ini seperti yang terjadi saat bom Bali dulu sehingga (industri pariwisata) dibantu (kunjungan) dari dalam atau domestik," ujarnya.
Adapun di sektor perdagangan, Chatib mengatakan dampak bagi Indonesia tak sebesar Singapura. "Share trade terhadap GDP (gross domestic product) Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan Singapura," tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini