Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Angin baik dari mana-mana

Beberapa hasil komoditi ekspor indonesia naik. karet naik karena ekonomi negara industri maju terus membaik, kopi yang naik 50 % karena produksi kopi brazilia sudah lama merosot. (eb)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUDAH masa suram selama 1975, kini beberapa komoditi ekspor utama Indonesia mengalami perbaikan harga. Baik karet, timah, kopi atau kayu harganya terus naik sejak beberapa bulan terakhir. Tendesi ini nampaknya akan berlangsung terus sekalipun tidak lagi setajam semula. Karet, yang nilai ekspornya tahun lalu merosot 25%Yo,harganya kini naik sampai 6% selama dua bulan terakhir ini. Sementara sumber menyebut merosotnya nilai poundsterling sebagai sebab utama kenaikan harga karet para pedagang yang berspekulasi bahwa mata uang Inggeris tersebut akan tambah memburuk buru-buru melemparnya ke pasaran dengan menubruk komoditi apa saja termasuk karet Tapi sebenarnya sebab utama naiknya harga karet memang karena makin pulihnya ekonomi negara-negara maju yang industrinya maju mulai bangkit kembali menambah permintaan akan bahan mentah. Khusus bagi Indonesia minat Jepang akhir-akhir ini terhadap karet alam perlu mendapat perhatian .Sekalipun di Jepang harga karet alam mencapai 5% lebih tinggi dari harga karet sintetis, tapi konsumsi karet alam Jepang merupakan 40r0 dari kebutuhan karet seluruhnya. Karena itu dapatlah dimengerti maksud Jepang untuk mengadakan cadangan karet alamnya yang sewaktu-waktu bisa ditarik, bila pengadaan terancam. Jepang Kejadian akhir-akhir ini memperkuat maksud itu. Muangthai, selama ini merupakan sumber utama karet bagi Jepang. Tahun lalu impor karet Jepang dari negeri ini merupakan 60% dari seluruh impor karetnya. Tapi tidak stabilnya kehidupan politik di Muangthai akhir-akhir ini meyakinkan Jepang bahwa ketergantungan yang terlalu besar akan karet Muangthai kurang bisa dipertanggungjawabkam Team Ahli Karet Jepang yang baru-baru ini berkunjung ke negara-negara Asean mencerminkan kekhawatiran ini. Dengan satu tindakan yang cepat & tepat, Indonesia mungkin bisa mnggeser kedudukan Muangthai sebagai pensuplai utama karet alam bagi Jepang. Kalau ini bisa tercapai, akan bertambahan pasaran yang tak kecil. Di samping karet, kayu juga mengalami perbaikan harga. Kalau harga kayu gelondongan selama 1975 rata-rata hanya mencapai US$ 38 meter kubik. Beberapa pengusaha kayu yang tadinya berhenti kini aktif kembali.Tapi bukan tanpa masalah. Kalau tadinya hanya dengan Hak Penguasahaan Hutan (HPH), seorang pengusaha telah memperoleh kredit dari Bank, maka kini HPH tak dengan sendirinya menjamin si pemilik mendapatkan kredit Bank.Pengalaman tahun lalu menyadarkan Bank-bank, bahwa HPH tidak identik dengan kekampuan si pengusaha hutan untuk membayar kembali hutang-hutang mereka. Bank kini harus hati- hati dalam memberikan kredit kepada pengusaha hutan mengingat apa yang terjadi tahun yang silam. Eksportir Kelabakan Keprihatinan itu memang tidak terlalu berlebihan. Minggu lalu sudah teriar berita dari Tokyo, bahwa importir-importir Jepang akan menekan harga kayu gelondongan sampai $ 45 /m 3. Alasannya, konsumsi pabrik-pabrik playwood sedang mengendor. Sementara itu,dari 227 perusahaan kayu yang terdaftar, hanya 92 buah yang bekerja secara normal. Sebanyak 41 perusahaan menurunkan produksinya sampai separuh. dan sisanya sebanyak 117 tak diketahui nasibnya . Tapi yang paling dramatis dari semua itu adalah kopi yang harganya terus menanjak beberapa bulan terakhir. Bulan Maret yang lalu dalam waktu satu bulan, harga kopi naik 50%. Sebab kenaikan harga ini adalah merosotnya produksi kopi Brazilia yang sudah berlangsung beberapa lama. Biasanya produksi Brazilia tnencapai 1,7 juta ton setahun, tapi akibat hama dan cuaca buruk, tahun lalu Brazilia hanya mampu memprodusir 600 ribu ton. Atau hanya 35% saja dari produksi normalnya. Situasi ini diperburuk lagi dengan berkecamuknya perang di Angola, satu negara produsen utama kopi lainnya. Akibatnya, konsumen kopi di seluruh dunia berebut membeli kopi yang mendorong harga naik. Sekalipun Indonesia hanya memprodusir 3% produksi dunia, kenaikan harga kopi itu membawa angin baik. Kalau Indonesia biasanya hanya mengekspor 120 ribu ton kopi, maka kini pemerintah mengusahakan agar ekspor kopi bisa mencapai 160 ribu atau 90% dari seluruh produksi. Yang lebih penting tentunyaadalah mengusahakan agar kenaikan harga kopi di luar negeri ini bisa dinikmati petani kopi dan bukan tengkulak atau eksportir saja. Syukurlah kalai betul berita yang sampai dari pedalaman Sumatera Selatan menyebutkan bahwa petani kopi sudah mengetahui situasi sebenarnya dan bahkan mereka sanggup mendiktekan harganya kepada eksportir kopi yang datang dari luar Karena ulah" petani ini banyak eksportir yang kelabakan.Kontrak penjualan sudah ditandatangani dengan pembeli di luar negeri berdasarkan harga lama. Tapi petani kopi tak mau lagi menjualnya pada tingkat harga itu. Hanya yang dikhawatirkan adalah dipetiknya buah kopi yang masih muda hanya untuk mengejar harga yang sedang naik. Kalau sampai terjadi bisa celaka: mutu kopi ekspor merosot dan lagi-lagi reputasi Indonesia menjadi tarohan. Tak ada jalan bagi pemerintah selain menanti bulun Juli saat panen kopi mencapai puncaknya,untuk menyadarkan petani kopi agar tak buru-buru memetik buah kopinya begitu saja. Bagaimana pun juga, kenaikan harga komoditi ekspor utama ini merupakan angin baik bagi Indonesia sesudah jenuh dengan krisis Pertamina. Ditambah janji Caltex untuk menyetor US$ I lagi dari setiap barrel minyak yang dijualnya ke kas negara, yang mungkin akan disusul oleh maskapai minyak lainnya, maka ekspor Indonesia tahun ini punya kans besar untuk bangkit kembali sesudah terpukul tahun lalu. Angka-angka ekspor selama kwartal pertama 1976 sudah menunjukkan tendensi ke situ. Ekspor seluruhnya selama periode itu mencapai US$ 1591 juta, atu kenaikan sebesar 21% dari kwartal yang sama tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus