KABAR itu bukan isapan jempol. Santer digunjingkan, salah satu pemain yang banyak menang tender penjualan aset kredit di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tak lain adalah perusahaan milik kerabat seorang petinggi lembaga pengelola aset negara ini. Itulah PT Anugra Cipta Investama, sebuah perusahaan pengelola keuangan yang bermarkas di Menara Rajawali, Jakarta, yang namanya dalam beberapa pekan ini terus jadi buah bibir di Gedung Danamon, markas BPPN. Salah satu direktur Anugra, Witjaksono Abadiman, disebut-sebut merupakan sepupu Deputi Assets Management Credit BPPN, M. Syahrial, pejabat yang punya peran paling menentukan dalam obral besar ini.
Dokumen BPPN yang diperoleh TEMPO menunjukkan Anugra memang menang besar. Menggandeng Bank Mandiri, konsorsium ini sukses menyabet 63 portofolio kredit. Yang menarik, dari jumlah itu, mereka memborong 44 aset (70 persen) yang berasal dari kredit macet 19 perusahaan milik Mohammad "Bob" Hasan, si raja kayu yang kini mendekam di penjara Nusakambangan. Total jenderal, BPPN menawarkan "anugerah dari Nusakambangan" ini dengan harga dasar sekitar Rp 1,6 triliun.
Lebih menarik, kata sumber TEMPO, 99 persen modal pembelian itu ditutup Mandiri. Anugra cukup menyetor satu persen saja. Tak pelak, curiga berhamburan: konsorsium Anugra sejatinya cuma makelar yang bertindak untuk kepentingan pemilik lama, Bob Hasan. Witjaksono, kata sumber TEMPO lagi, memang dikenal sangat dekat dengan kroni utama Soeharto itu. "Bob Hasan itu guru bisnisnya," katanya. Apalagi jika ditelusuri asal-usulnya, sebagian besar paket kredit itu ternyata berasal dari empat bank pemerintah yang kini telah dilebur menjadi Bank Mandiri (lihat tabel). Artinya, utang yang dulu karena macet lalu dikeluarkan dari empat bank itu kini diam-diam telah kembali ke sarangnya semula.
Benarkah? Syahrial, melalui Kepala Divisi Komunikasi BPPN, Raymond van Beekum, membantah punya hubungan keluarga dengan Witjaksono. Kemenangan Anugra-Mandiri, kata Raymond, semata-mata karena merekalah yang mengajukan penawaran tertinggi. Raymond juga menepis kecurigaan "si raja hutan" berada di balik pembelian itu. "Kami sangat menghargai jika ada media yang bisa memberikan bukti pembelian kembali oleh debitor lama," ujarnya.
Kepada majalah ini, Wiwid?panggilan akrab Witjaksono?mengakui pertalian darahnya dengan Syahrial. "Saya memang masih saudara sepupu Syahrial," katanya. Namun, ketika ditanya soal aset Bob Hasan yang baru diborongnya, mantan direktur Bahana Sekuritas ini cuma menjawab, "Yang lebih berkompeten menjawab Bank Mandiri." Setelah itu, ia tak dapat lagi dihubungi.
Entah apa yang sedang ditutupi, Mandiri juga tak sudi memberikan penjelasan. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, M. Sholeh Tasripan, cuma terkaget-kaget ketika ditanya soal ini. "Anda tahu dari mana?" tukasnya. Menurut Sholeh, banknya membeli aset itu karena memang amat menguntungkan, "Apalagi kami bisa membelinya dengan harga 20 persen saja." Bob pun membantah. "Nggak tahu saya. Itu bukan urusan saya lagi," katanya kepada Ecep S. Yasa dari TEMPO.
Ketertutupan itu disayangkan pengamat ekonomi Dradjad Wibowo. Menurut dia, dengan investasi sebegitu besar, bank terbesar milik pemerintah ini sudah semestinya memberikan penjelasan yang memadai ke muka publik. Bahkan juga membuktikan mereka memang bersih dari jejak debitor lama. Jika tidak, kata Dradjad, jangan salahkan bila orang curiga ada yang main mata di Nusakambangan.
KD, Leanika, Rian S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini