Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berharap Untung Jangka Panjang

Saham GoTo dianggap memiliki prospek meski harganya fluktuatif. Telkomsel mengail peluang dari kerja sama dengan GoTo.

28 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peluncuran Paket Siap Online yang merupakan kerjasama antara Gojek dan Telkomsel, di Jakarta, Juli 2018. Foto: Dokumentasi Telkomsel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Investor menahan saham GoTo meski harganya merosot.

  • Saham GoTo dianggap memiliki peluang di masa mendatang.

  • Grup Telkom mengklaim ada keuntungan dari investasi di GoTo.

INDRA Arief Pribadi memilih menahan 1.500 lembar saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk meski harganya cenderung merosot. Ia tak buru-buru melepas saham berkode GOTO itu seperti kebanyakan pelaku pasar modal lain, yang memutuskan menekan kerugian alias cut loss. Selain yakin akan prospek GoTo, ia menilai kerugiannya masih masuk hitungan. "Hari ini rugi 19 persen, sekitar Rp 200 ribu, tapi masih saya tahan," kata pria 33 tahun itu kepada Tempo, Rabu, 25 Mei lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indra membeli saham GOTO saat perusahaan itu menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada April lalu. Dia membelinya setelah mendapat pesan elektronik dari Tokopedia. Dalam pesan tersebut Indra disebut berpeluang memilikinya tanpa harus antre, tak seperti umumnya investor retail. "Akhirnya beli juga,” ujar pengguna aktif Gojek dan Tokopedia itu. Indra sadar betul kinerja keuangan Gojek dan Tokopedia masih merugi. Tapi prospek dan harga saham yang relatif murah membuatnya kepincut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepekan terakhir, saham GOTO kembali hijau setelah memerah sejak awal Mei lalu. Pada penutupan perdagangan, Jumat, 27 Mei lalu, harga saham perusahaan digital ini berada di level Rp 312. Harganya naik 2,63 persen dibanding pada sepekan sebelumnya yang sebesar Rp 304 per lembar. Dalam lima hari terakhir, saham GOTO melesat 11,35 persen atau 32 poin.

Kondisi ini membuat sejumlah investor bernapas lega. Sebab, harga saham GoTo sempat anjlok hingga Rp 194 per lembar pada 13 Mei lalu. Saat itu harga saham GoTo merosot 42,60 persen dari harga IPO yang dipatok Rp 338 per lembar.

Anjloknya harga saham GoTo dimanfaatkan oleh Mierza Darsya Putra. Saat harganya mencapai Rp 198, dia membeli sekitar 50 lot. "Sudah sangat murah," tutur Mierza. Ia mengeluarkan modal Rp 1 juta untuk membeli saham GOTO saat itu. Mierza pun memperkirakan harganya naik setelah berada di titik rendah. Prediksinya terbukti benar karena saat ini harga saham GoTo kembali menanjak.

Ekonom PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, Fakhrul Fulvian, mengatakan harga saham GoTo turun beberapa waktu lalu lantaran adanya sentimen pasar dunia. Saat itu, dia menjelaskan, bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve menaikkan suku bunga sehingga memancing investor menarik dana dari negara berkembang seperti Indonesia. “Selain itu, terjadi perubahan terhadap ekspektasi perusahaan teknologi," ucapnya.

Menurut Fakhrul, pola pikir pelaku pasar pun sudah berubah. Saat pandemi Covid-19 merebak, pelaku pasar berharap harga saham perusahaan teknologi bisa melejit. Kini, setelah pandemi mereda, ada perubahan persepsi.

Dampaknya, indeks IDX untuk saham sektor teknologi pada perdagangan Rabu, 11 Mei lalu, ambles sampai 2,71 persen ke posisi 7.674,83. Merosotnya indeks sektor teknologi ini berkontribusi terhadap penurunan indeks harga saham gabungan dalam sepekan. Sebab, bobot kapitalisasi pasar saham sektor teknologi lumayan besar. Emiten seperti GOTO dan Bukalapak (BUKA) yang masuk jajaran indeks LQ45 mengalami Auto Rejection Bawah dalam perdagangan pekan pertama seusai libur panjang Lebaran.

Padahal, saat menggelar IPO, GoTo mengantongi kapitalisasi pasar sampai Rp 453,43 triliun. Hal ini mengantarkan GoTo menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar nomor empat di pasar modal Indonesia.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, salah satunya adalah GoTo, di layar Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 28 April 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Kapitalisasi pasar yang besar ini, menurut Fakhrul, menjadi salah satu faktor yang dilihat para manajer investasi untuk membeli saham GoTo. "Makin signifikan, makin harus beli,” ujarnya. Pembelian saham oleh para manajer investasi, Fakhrul menambahkan, bisa didasari valuasi, tidak melulu kinerja keuangan.

Corporate Secretary GoTo Koesoemohadiani mengatakan naik-turunnya harga saham menjadi hal normal di pasar modal. "Di negara mana pun, karena digerakkan mekanisme pasar atau penawaran dan permintaan dari investor di pasar," katanya.

•••

AMBLESNYA saham GOTO di pasar modal membuat para pemegang sahamnya merugi. Salah satunya PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel, anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Investasi Telkomsel senilai Rp 6,4 triliun ke GoTo pada November 2020 dan Mei 2021 pun dipersoalkan. Buntutnya, Telkom selaku induk usaha Telkomsel melaporkan kerugian yang belum direalisasi sebesar Rp 881 miliar pada kuartal I 2022.

Namun manajemen Telkomsel tak menganggap investasi ini merugikan. Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono mengatakan investasi ini menjadi langkah strategis untuk mengembangkan bisnis dan menciptakan pendapatan baru. Telkomsel berharap ada peluang baru setelah menjadi investor GoTo.

Menurut Saki, ada sejumlah kerja sama strategis yang bisa meningkatkan nilai tambah perusahaan. Kerja sama yang sudah berjalan antara lain Paket Swadaya Telkomsel yang menyediakan paket Internet khusus bagi mitra pengemudi Gojek dan merchant GoFood, digitalisasi mitra reseller atau outlet Telkomsel di ekosistem GoShop, dan layanan Call Masking dari Telkomsel nGage (CPASS Technology) untuk komunikasi antara mitra Gojek dan pelanggannya.

Sebelum menanamkan modal, Telkomsel sebenarnya sudah masuk ke ekosistem bisnis Gojek. Salah satunya melalui kerja sama dengan SPOTS, mesin kasir digital Gojek yang memakai layanan Telkomsel seperti Halo Corporate. SPOTS juga memakai APN Corporate, M2M Smart Connectivity, dan Telkomsel-IOT M2M Individual Shared APN Public sejak November 2019. Gojek memakai layanan Telkomsel myBusiness untuk menyampaikan informasi kepada mitranya melalui app blast, blog mitra, pamflet, dan saluran komunikasi lain sejak 1 Juli 2018.

Kerja sama semacam ini, menurut Saki, memperkuat layanan berbasis digital yang meningkatkan pengalaman bagi konsumen dan pelaku usaha kecil. Vice President Corporate Communication Telkom Pujo Pramono mengatakan sinergi itu membuahkan hasil. Menurut dia, Telkom Group mengantongi pendapatan senilai Rp 473 miliar tahun lalu. "Itu dari pendapatan pelanggan baru, yaitu mitra pengemudi Gojek yang membeli paket data Telkomsel," katanya.

Chief of Corporate Affairs GoTo Nila Marita mengatakan investasi Telkomsel bertujuan mencapai sinergi bisnis jangka panjang dua ekosistem digital terbesar. "Telkomsel dan GoTo dapat membuat inovasi teknologi yang lebih banyak dan beragam sehingga mendukung transformasi dan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia," tuturnya.

Peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, menyebutkan kerja sama yang dijalin antara Telkomsel selaku perusahaan telekomunikasi terbesar dengan GoTo yang berstatus decacorn atau perusahaan digital bernilai di atas US$ 10 miliar bisa saling menguntungkan. "Kerja sama ini bisa memperbesar pangsa pasar keduanya. Ketika aktivitas ekonomi digital naik, industri telekomunikasi bisa tumbuh dua digit," ucapnya.

Menurut Nailul, kerja sama strategis antara Telkom, Telkomsel, dan GoTo bisa saja dijalin tanpa harus ada investasi atau kepemilikan saham satu sama lain. Tapi, dia menambahkan, tanpa ikatan kepemilikan, tidak ada jaminan kerja sama bisa berlangsung dalam jangka panjang dan pemanfaatan data satu sama lain pun terbatas. "Dengan menjadi pemegang saham tentu saja berbagai kepentingan akan jauh lebih gampang dan ini menguntungkan secara bisnis.”

KHAIRUL ANAM
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus