Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah mempelajari opsi penyelesaian proyek jalan tol Waskita Karya terancam molor karena kendala dana.
Muncul opsi pengalihan proyek Waskita Karya ke badan usaha konstruksi pelat merah lainnya.
Waskita Karya mengakui jadwal konstruksi sejumlah proyek terganjal persoalan lapangan.
JAKARTA – Pemerintah masih mempelajari opsi penyelesaian proyek jalan tol PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang terancam molor karena kendala pendanaan. Kondisi finansial entitas berkode saham WSKT itu menyulitkan pengerjaan salah satu proyek prioritas, yaitu jalan tol Ciawi-Sukabumi.
“Waskita kesulitan dari sisi permodalan. Harus dikaji upaya tertentu agar proyek berjalan sesuai dengan target pemerintah,” tutur Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Wahyu Utomo, kepada Tempo, kemarin, 15 Mei 2023.
Baca: Strategi Waskita Mengulur Utang
Jalan tol Ciawi-Sukabumi yang panjang totalnya mencapai 54 kilometer kini dikelola oleh Grup Waskita melalui anak usahanya, PT Trans Jabar Tol, dengan kebutuhan investasi mencapai Rp 11,7 triliun. Pembangunan proyek strategis nasional itu dibagi menjadi empat bagian. Seksi I Ciawi-Cigombong sepanjang 15,3 kilometer sudah rampung dan dioperasikan oleh manajemen sejak Desember 2018. Lantaran terkoneksi dengan jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi, ruas itu ditargetkan bisa memotong durasi perjalanan Bogor-Sukabumi yang semula hampir empat jam menjadi hanya sekitar dua jam.
Pengerjaan bagian kedua proyek tersebut, persisnya pada segmen Cigombong-Cibadak sepanjang 11,9 kilometer, sempat ditargetkan rampung pada Desember 2022. Ruas seksi II Ciawi-Sukabumi segmen Cigombong-Cibadak itu didanai penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 637 miliar yang didapat Grup Waskita Karya pada 2021.
Menurut Wahyu, belakangan rancangan teknik akhir (RTA) segmen tersebut harus diperbarui karena kebutuhan lapangan. Salah satunya penambahan fondasi tiang pancang (pile slab) dan pengerukan tanah. Kondisi hujan ekstrem menjelang akhir 2022 pun membuat proyek harus tertunda hingga paruh pertama tahun ini. “Butuh tambahan waktu. Tapi kami masih optimistis segmen ini bisa dikejar pada 2023,” ucap dia.
Segmen ketiga jalan tol Ciawi-Sukabumi itulah yang permodalannya terancam macet di tengah tekanan keuangan Grup Waskita. Segmen yang menghubungkan Cibadak-Sukabumi Barat sepanjang 13,7 kilometer itu sebelumnya memasuki tahap pembebasan lahan. Namun nasibnya kini masih belum jelas. “Di perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT), segmen ini pun masih dalam lingkup Waskita. Tapi perusahaan, kan, sedang standstill,” kata Wahyu.
Standstill adalah penundaan jadwal pelunasan bunga dan/atau pokok kewajiban keuangan Waskita Karya demi kecukupan dana untuk modal kerja dan restrukturisasi. Langkah itu diberlakukan setara oleh perseroan kepada kreditor dan pemegang obligasi non-penjaminan sejak 7 Februari hingga 15 Juni 2023.
Proyek pembangunan Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi II di Cigombong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 2021. ANTARA/RAISAN AL FARISI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, total liabilitas Waskita Karya—termasuk utang—naik dari Rp 83,98 triliun pada akhir Desember 2022 menjadi Rp 84,37 triliun per 31 Maret lalu. Dalam kondisi ini, ekuitas WSKT tercatat sebesar Rp 13,84 triliun, sedangkan rugi periode berjalannya mencapai Rp 395,36 miliar. Kontraktor pelat merah ini dihadang utang jatuh tempo yang tahun ini mencapai Rp 5,4 triliun, terdiri atas utang obligasi senilai Rp 3,6 triliun dan utang pinjaman sebesar Rp 1,8 triliun.
Opsi Pengalihan Proyek Waskita Karya ke BUMN Lain
Dikoordinasikan kepada KPPIP, Wahyu menyebutkan opsi kelanjutan proyek jalan tol Waskita Karya masih digodok oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selain membuka peluang pengajuan PMN baru, dia membenarkan munculnya opsi pengalihan proyek ke badan usaha konstruksi pelat merah lainnya. Namun skema itu membutuhkan pengkajian dari sisi legal dan keuangan. “Kita belum tahu bisa disambung BUMN lain atau tidak. Waskita merupakan perusahaan terbuka, jadi proyeknya tidak bisa segampang itu dialihkan,” ujarnya.
Meski enggan merincikan, Wahyu membenarkan soal urgensi dukungan pendanaan Paket III Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, yaitu segmen Taman Mekar-Sadang sepanjang 27,8 kilometer. Proyek garapan Grup Waskita ini sempat dirancang selesai pada 2020, tapi ternyata masih berjalan. Bila bisa tersambung penuh, jalan tol Jakarta-Cikampek II Selatan, yang investasinya mencapai Rp 14,69 triliun, menjadi jalur keluar Jakarta dari sisi selatan. “Di situ juga butuh usaha ekstra untuk membantu permodalan," kata dia.
Peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan biaya proyek Waskita tersebut berisiko meningkat bila tak diselesaikan sesuai dengan tenggat awal. Proyek yang dibiayai oleh utang perbankan pun masih akan dihantui beban biaya bunga. “Bisa memicu cash shortage atau jumlah uang masuk lebih sedikit dari uang keluar. Perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas."
Pertanyaan Tempo kepada sejumlah pejabat Kementerian Pekerjaan Umum ihwal opsi bantuan pendanaan sejumlah proyek jalan tol Waskita Karya belum disahut hingga berita ini ditulis. Adapun Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, mengakui jadwal konstruksi sejumlah proyek terganjal beberapa persoalan lapangan. “Dapat kami sampaikan faktor nonteknis, seperti proses pembebasan lahan dan kondisi cuaca yang menjadi kendala,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Meski begitu, Ermy mengklaim konstruksi segmen Cigombong-Cibadak sudah menembus 94,8 persen hingga akhir April 2023. Segmen II jalan tol Ciawi-Sukabumi itu juga sempat difungsikan untuk kebutuhan mudik Lebaran. Menurut dia, perseroan menargetkan pengoperasian ruas tersebut pada kuartal III tahun ini. "Konstruksi proyek Paket III Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan pun disebutkan sudah mencapai 80 persen. Namun masih ada pembebasan lahan yang dikejar perusahaan hingga triwulanan ketiga 2023. Waskita optimistis dapat segera menyelesaikan proyek tersebut setelah pembebasan lahan,” kata Ermy.
GHOIDA RAHMAH | YOHANES PASKALIS | ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo