Nasib Asia Pulp & Paper (APP) memang benar-benar di ujung tanduk. Tahun lalu, lima anak perusahaan APP diperkirakan rugi hampir US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9,5 triliun, dengan penjualan sekitar US$ 4,7 miliar. Kerugian terbesar diderita tiga anak perusahaannya yang berada di Indonesia, yakni Tjiwi Kimia (US$ 338 juta), Pindo Deli (US$ 328 juta), dan Indah Kiat (US$ 147,4 juta). Dalam siaran pers yang dikeluarkan di Singapura, Kamis pekan lalu, kerugian ini disebabkan oleh naiknya harga bahan baku dan makin besarnya cicilan bunga pinjaman yang harus dibayar anak perusahaan Grup Sinar Mas ini.
Namun, kinerja APP ini masih belum diaudit karena sampai saat ini APP dan anak-anak perusahaannya belum juga mengeluarkan laporan keuangan. Bahkan, gara-gara belum membuat laporan keuangan itu, perdagangan saham Tjiwi Kimia dan Indah Kiat dihentikan sejak 13 Juli lalu. Adapun saham APP di New York Stock Exchange juga menunggu di-delist (dikeluarkan dari bursa). Ini jelas bukan kabar gembira bagi perusahaan yang tengah menegosiasi utang senilai US$ 13,4 triliun itu. Apalagi, kondisi bisnis pulp masih labil meski sudah menunjukkan sedikit perbaikan. Jika keadaan ini berlarut-larut, posisi APP akan makin berat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini