Lima bulan ke depan jelas bukan bulan-bulan yang mengenakkan bagi pegawai Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penyebabnya adalah masih rendahnya setoran BPPN kepada pemerintah selama semester I, yakni baru Rp 11,25 triliun atau sekitar 30 persen dari target yang dibebankan oleh pemerintah. Dalam APBN 2001, BPPN dibebani setoran ke anggaran sebesar Rp 27 triliun plus pengembalian obligasi perbankan Rp 10 triliun. Namun, Kepala BPPN, I Gde Putu Ary Suta, tetap yakin lembaganya akan berhasil menyetor ke kas negara sesuai dengan yang ditargetkan. Selama ini, BPPN memang selalu melampaui target.
Tapi ganjalan akan menghadang di depan. Rencananya, seperti terungkap dalam siaran pers yang diterbitkan Selasa pekan lalu, BPPN akan menjual sejumlah per-usahaan pada semester II dengan nilai buku Rp 14 triliun. Kalau melihat rekor BPPN selama ini, dari nilai buku sebesar itu, paling banter BPPN akan berhasil men-dapatkan sekitar Rp 8 triliun. Selain itu, BPPN juga akan menjual pinjaman komersial dengan nilai buku Rp 18 triliun. Dari sini, BPPN paling-paling akan memperoleh Rp 9 triliun. Di atas kertas, target BPPN akan terlampaui. Tapi semuanya ada syaratnya, yakni kondisi politik dan keamanan benar-benar sudah stabil. Jika bom terus meledak, tampaknya tugas BPPN akan makin berat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini