Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan lengkung bentang panjang atau longspan di lintasan light rail transit atau LRT Jabodebek yang berada di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, belakangan ini jadi sorotan. Longspan LRT Jabodebek disebut salah desain lantaran memiliki kemiringan tajam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menariknya, dulu beberapa pihak menilai jembatan lengkung itu sangat spesial. Tapi kini longspan LRT Jabodebek justru disebut salah desain. Lantas, sebenarnya bagaimana asal muasal terkuaknya longspan LRT Jabodebek yang disebut miring tajam?
Awal Mula Terkuaknya Longspan LRT yang Disebut Salah Desain
Kritik soal longspan LRT yang disebut salah desain itu pertama kali dilontarkan oleh oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Dia menyebut jembatan tersebut salah desain karena tidak dites sudut kemiringannya sehingga ketika kereta melintas tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menyatakan bahwa kesalahan desain pada longspan LRT Jabodebek mengakibatkan adanya tikungan tajam yang berdampak pada melambatnya kecepatan kereta. Menurutnya, jika tikungan jembatan itu digarap melebar, maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.
Diketahui, jembatan lengkung LRT itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota dan membentang sepanjang 148 meter. Longspan LRT ini memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton.
Tanggapan Jokowi Soal Longspan LRT
Jembatan lengkung bentang panjang itu berkode emiten ADHI, dengan menggukanan metode "balanced cantilever". Jembatan memiliki tipe box girder dengan radius lengkung 115 meter. Panjang bentang utama 148 meter dan beban pengujian pondasi seberat 4.400 ton.
Pembangunan jembatan itu dilakukan oleh kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk. hasil rancangan Arvila Delitriana alias Dina, lulusan S1 dari Teknik Sipil dan S2 Geoteknik ITB 2003.
Tanggapan Jokowi Soal Longspan LRT Jabodebek Disebut Salah Desain
Menanggapi soal kritikan Longspan LRT Jabodebek yang disebut salah desain, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta tiap pihak tak langsung berharap proyek LRT Jabodebek langsung menjadi proyek yang sempurna. Ia menilai bisa jadi ada kekurangan pada proyek tersebut dan perlu dikoreksi.
“Sehingga apabila ada kekurangan, ada yang perlu dikoreksi, sehingga itu wajar,” kata Jokowi di Stasiun LRT Dukuh Atas, Kamis, 3 Agustus 2023.
Jokowi memaklumi apabila masih ada kekurangan pada LRT yang merupakan proyek perdana di Indonesia. Oleh sebab itu, ia meminta tidak perlu ada pihak yang sengaja mencari-cari kesalahan dalam LRT. "Kalau ada koreksi akan kami perbaiki. Tetapi jangan senang mencari-cari kesalahan. Karena kesalahan pasti ada, karena baru pertama kali,” ungkapnya.
Jokowi kemudian menyinggung soal kontruksi LRT Jabodebek yang semuanya merupakan produk dalam negeri. Selanjutnya Jokowi membantah jika proyek LRT Jabodebek dikerjakan tanpa perencanaan yang matang.
"Ini adalah produksi INKA, konstruksinya juga dikerjakan oleh kita sendiri, semuanya oleh kita sendiri. Jadi kalau ada kurang-kurang ya harus kita maklumi tetapi kita perbaiki," kata Jokowi.
Staf Khusus Menteri BUMN Ikut Angkat Bicara
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga turut angkat bicara soal longspan di lintasan LRT Jabodebek yang belakangan disebut-sebut salah desain. Soal itu, Arya menjelaskan bahwa longspan di lintasan LRT Jabodebek yang tanpa tiang memang mengharuskan kereta bergerak lebih lambat. Hal tersebut dinilai sebagai pilihan tepat, baik dari sisi ekonomi maupun konstruksi.
Menurutnya, longspan yang memiliki panjang tanpa tiang tambahan akan meningkatkan efisiensi LRT secara signifikan. Meskipun pada akhirnya, efisiensi ini berdampak pada kecepatan kereta yang sedikit berkurang. “Dari sisi ekonomi, ini pun lebih ekonomis dibandingkan harus bangun tiang. Ataupun memperbesar ruang bagi LRT," kata Arya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2023.
Dari sisi waktu, menurut Arya, dampaknya tidak akan begitu banyak. "Karena toh tidak terlalu panjang longspan tersebut. Jadi dari sisi waktu tidak merugikan. Dan jika membangun tiang-tiang di tengah, maka akan jauh lebih mahal,” tuturnya.
Keistimewaan Longspan LRT Jabodebek
Meski disebut salah desain, namun Ahli jembatan dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran, pernah mengungkap keistimewaan longspan LRT Jabodebek. Menurutnya, jembatan dengan bentang panjang itu dinilai tidak sederhana karena bentuknya sangat lengkung.
Pada awalnya, ada rencana untuk memasang pier atau tiang jembatan di tengahnya, tetapi hal itu tidak dimungkinkan karena ruang yang tersedia terlalu sempit. Menurutnya, secara estetika, menempatkan pier di tengah jembatan juga tidak menguntungkan dalam hal tampilan.
"Secara pelaksanaan pun sangat sulit dan butuh waktu lama karena sudah banyak konstruksi terbangun di sana," kata Iswandi kepada Tempo, pada 7 Desember 2019 lalu.
Lokasi pendirian jembatan itu pun relatif kompleks. Di bawah ada underpass, ada jalan at grade di atasnya, kemudian ada flyover. "Kalau kita mau lakukan sesuatu (pasang tiang) di tengah pasti nggak sederhana banget dan mungkin butuh waktu yang malah lebih panjang lagi," ujar guru besar di Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur ITB itu. Sementara waktu pembangunan terbatas.
Lebih lanjut, Iswandi mengungkapkan bagi kalangan insinyut jembatan lengkung LRT Jabodebek ini ikonik. "Karena mereka paham betapa sulitnya jembatan ini untuk dirancang dan dibangun.”
Karena panjang dan rancangannya yang presisi, lengkung LRT itu juga sempat menuai pujian karya jembatan itu menuai pujian dari Presiden Joko Widodo juga beberapa menterinya. Jembatan itu bahkan meraih dua penghargaan sekaligus dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada 11 November 2019 lalu,
Dua penghargaan itu yakni Rekor Jembatan Kereta Box Beton Lengkung dengan Bentang Terpanjang dan Radius Terkecil di Indonesia. Serta Rekor Pengujian Axial Statistic Loading Test pada Pondasi Bored Pile dengan Beban Terbesar di Indonesia. Penyerahan sertifikat rekor MURI itu dilakukan bersamaan dengan pengecoran terakhir jembatan lengkung bentang panjang LRT Kuningan.
MOH KHORY ALFARIZI | ANTARA | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | RIZKI DEWI AYU
Pilihan editor: Longspan LRT Jabodebek Salah Desain, Ini Tanggapan Erick Thohir