Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masuk Gelanggang dengan Tarif Murah

AirAsia Ride akan menyaingi Gojek dan Grab lewat strategi tarif rendah.

1 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengemudi Airasia Ride. airasia.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Taksi online AirAsia Ride meluncur di Malaysia dan segera mengaspal di Indonesia.

  • AirAsia Ride memungut komisi dari pengemudi lebih rendah dibanding Gojek dan Grab.

  • Pendapatan bisnis digital AirAsia tumbuh hingga 45 persen di kuartal pertama tahun ini.

JAKARTA — AirAsia masuk dalam bisnis transportasi online dengan meluncurkan AirAsia Ride di Malaysia, pekan lalu. Setelah di Malaysia, AirAsia Ride akan berekspansi ke beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah pun menanti ekspansi grup usaha transportasi raksasa di Asia Tenggara ini dengan sederet regulasi. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, mengatakan aplikasi AirAsia Super App dan AirAsia Ride harus terdaftar lebih dulu di Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelum layanan transportasinya bisa beroperasi di Indonesia. “Prosedur tersebut harus dipatuhi jika mereka mau masuk Indonesia,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Chief Executive Officer AirAsia, Tony Fernandes, mengklaim tarif yang ditawarkan AirAsia Ride lebih murah dibanding pesaingnya. Dia memastikan AirAsia Ride akan masuk ke Indonesia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Pengguna layanan ini bisa mengaksesnya melalui AirAsia Super App, ekosistem digital AirAsia yang juga berisi layanan logistik, e-commerce, hingga jasa keuangan berbasis teknologi (fintech).

Lewat keterangan tertulis, Kepala Eksekutif AirAsia Ride, Lim Chiew Shan, mengklaim sudah merekrut 1.500 mitra pengemudi di Malaysia. Jumlah itu belum termasuk 5.000 calon mitra yang disiapkan untuk awal operasi selama enam bulan ke depan. Di Malaysia, AirAsia Ride mematok tarif 1 ringgit atau Rp 3.450 per kilometer. “Penumpang bisa booking sesuai dengan waktu yang diinginkan, atau bisa juga memesan untuk langsung jalan,” ucapnya, kemarin. AirAsia Ride mempromosikan potongan harga untuk calon penumpang pertama yang berlaku sejak 24 Agustus hingga akhir bulan ini.

Armada AirAsia Ride. Newsroom.airasia.com.

Pendaftaran pengemudi dibuka melalui laman web resmi AirAsia. Di situs web itu disebutkan bahwa AirAsia Ride hanya memungut komisi 15 persen dari biaya transaksi perjalanan. Para pengemudi pun dijanjikan penghargaan bila ikut mempromosikan AirAsia Ride kepada pengemudi lainnya. Angka komisi ini di bawah yang dipungut pesaingnya, yaitu rata-rata 20 persen. 

Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, menilai pasar ride hailing, terutama taksi online, akan kembali membesar seiring dengan pelonggaran pembatasan mobilitas di berbagai negara. Namun, kata dia, ekspansi ke Indonesia masih terlalu cepat bagi AirAsia Ride karena pasarnya sudah dikuasai Gojek dan Grab. “Mereka (Grab dan Gojek) sudah menguasai merchant, payment, sampai pengemudi, sehingga tidak mudah ditembus,” ujarnya. Dia memberi contoh Maxim, operator ride hailing asal Rusia, yang masih kesulitan menggalang mitra pengemudi di Indonesia.  

Menurut Nailul, peluang bagi AirAsia Ride lebih menjanjikan di negara lain, termasuk Thailand. Apalagi, kata dia, AirAsia baru mengakuisisi bisnis Gojek di sana. Layanan Gojek di Negeri Gajah Putih baru saja diambil AirAsia Digital Sdn Bhd, entitas AirAsia Super App. Valuasi merger tersebut diperkirakan menembus US$ 50 juta, yang sudah mencakup lini bisnis transportasi dan dompet digital.

Meski begitu, ekspansi ke bisnis digital, seperti ride hailing, bisa mendongkrak pendapatan AirAsia saat pasar penerbangan lesu. Dalam laporan keuangan yang dirilis pada Mei lalu disebutkan pendapatan AirAsia Super App pada kuartal pertama tahun ini melonjak 45 persen dibanding periode yang sama pada 2020. Hal ini disokong oleh layanan logistik Teleport dan fintech BigPay. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan AirAsia Ride akan bermain di pangsa penumpang multimoda, khususnya dari bandara. Karena kalah di dalam kota, layanan ride hailing ini bisa diintegrasikan dengan tiket penerbangan AirAsia. “Tinggal memberi bonus tertentu kepada konsumen,” kata Rendy. Adapun Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara, pesimistis terhadap strategi itu karena kondisi penerbangan, menurut dia, belum akan pulih hingga dua atau tiga tahun ke depan

FAJAR PEBRIANTO | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS | MALAY MAIL

Persaingan para operator aplikasi multifungsi di Asia makin ketat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus