Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) tengah dalam proses pelaksanaan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di bursa saham. Aksi korporasi yang rencananya dilakukan Februari mendatang ini dinilai memiliki prospek cerah, seiring dengan kinerja fundamental solid yang disampaikan perusahaan dalam prospektusnya.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro, berujar dari sisi aset, misalnya, Bank Sumut memiliki total aset yang cukup memadai dan tergolong besar untuk kalangan BPD, yaitu mencapai Rp 40,67 triliun. “Kinerja keuangannya kalau dicermati juga konsisten dan naik berkala,” katanya.
Pada akhir semester II 2022, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 706 miliar (sebelum diaudit), atau tumbuh 15,15 persen secara tahunan. Perseroan pun memproyeksikan laba bersih akan mengalami kenaikan menjadi Rp 800 miliar pada 2023. Dari sisi outstanding penyaluran kredit sepanjang tahun lalu, dilaporkan sebesar Rp 27,85 triliun, atau naik 10,58 persen dari tahun sebelumnya.
Di tengah kredit yang ekspansif, perusahaan mencatatkan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) nett sebesar 1,21 persen, membaik dibanding level 2021 lalu, yaitu sebesar 1,80 persen. Kemudian, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun pada akhir 2022 mencapai Rp 31,9 triliun, atau naik 3,01 persen secara tahunan. Adapun komposisi dana pihak ketiga perseroan didominasi oleh produk tabungan dan giro sebesar 60 persen.
PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk (Bank Sumut) segera melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham atau IPO. Sebanyak 80 persen dana yang diperoleh dari hasil IPO rencananya dialokasikan untuk modal kerja guna mendukung ekspansi bisnis perseroan, termasuk kredit modal kerja, kredit investasi, hingga kredit konsumtif. Berikut kinerja Bank Sumut.
Bank Sumut Berpotensi Meraup Rp 1,49 Triliun
Dalam IPO, saham yang ditawarkan ke publik mencapai 2,93 miliar lembar saham, atau setara dengan 23 persen dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana. Penawaran sahamnya berada pada rentang harga Rp 350 hingga Rp 510 per lembar saham. Dengan demikian, Bank Sumut berpotensi meraup dana Rp 1,02 triliun hingga maksimal Rp 1,49 triliun.
Jika mengacu pada rentang harga IPO, menurut Nico, level harga yang ditawarkan mencerminkan valuasi price-to-book value (PBV) berada di rentang 0,84-1,12 kali, atau bisa dikatakan setara dengan PBV dua BPD yang telah melantai di bursa. Kedua bank tersebut adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), dengan masing-masing PBV yaitu 1 kali dan 0,96 kali. “Jadi, bisa disimpulkan harga yang ditawarkan untuk IPO ini tidak kemahalan.”
Dirut Bank Sumut, Rahmat Fadillah Pohan (dua dari kiri) usai paparan Kinerja Keuangan PT Bank Sumut di Medan, Juli 2022. ANTARA/Evalisa Siregar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari sisi persepsi investor, dia memprediksi minat investasinya akan tinggi, sebab Bank Sumut berencana menggunakan dana IPO untuk kepentingan ekspansi. “Investor menyukai prospek di mana dana IPO digunakan untuk kepentingan ekspansinya.” Namun yang harus dicermati tahun ini tantangannya adalah potensi kelanjutan kenaikan suku bunga yang akan berdampak negatif terhadap kegiatan ekonomi dan kinerja keuangan emiten tersebut.
Plt Direktur Utama Bank Sumut, Hadi Sucipto, berujar perseroan akan menggunakan dana yang diperoleh dari IPO sebanyak 80 persen untuk modal kerja, guna mendukung ekspansi bisnis, termasuk kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Sedangkan 20 persen sisanya bakal digunakan untuk perluasan jaringan dan pengembangan teknologi informasi, guna menunjang kegiatan usaha perseroan, termasuk layanan digital.
“Kami punya cita-cita beroperasi tidak hanya di Sumut, tapi lebih luas lagi, paling tidak di Sumatera,” ucapnya. Adapun akhir tahun lalu, Bank Sumut telah membuka kantor cabang di Pekanbaru, dan pada tahun ini rencananya akan dibuka di wilayah Jambi dan Palembang.
GHOIDA RAHMAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo