EGON Bahr. Menteri Kerjasama Ekonomi Luar Negeri Jerman Barat
punya kesibukan yang lebih dari biasa,sepulang dari sidang ADB
di Jakarta awal Mei lalu. " Dia mulai siap-siap ikut kampanye
Pemilu" kata seorang pembantu dekatnya. Tapi di tengah
kesibukannya untuk tampil sebagai calon PM dalam Pemilu di bulan
Nopember nanti, Menteri Egon Bahr rupanya berhasil menggolkan
pesan Presiden Soeharto. Yakni agar pemerintah Jerman bersama
perusahaan raksasa yang terlibat dalam penyelesaian proyek
Krakatau Steel -- seperti Siemens, Klockner dan Ferrostahl --
mengatasi kesulitan pembiayaan calon pabrik baja itu. Sekalipun
team Menteri Sumarlin sudah berhasil menekan nilai kontrak
Krakatau Steel dari $ AS 2,5 milyar menjadi $ 1.1 milyar, toh
proyek raksasa di Cilegon itu masih mengidap kesulitan keuangan.
Maunya Pemerintah agar kekurangan biaya yang kabarnya jatuh di
seputar $ AS 450 juta (sekitar DM 1,2 milyar) diperoleh dari
sumber-sumber Jerman Barat. Apakah jumlah sebesar itu seluruhnya
sudah disepakati Jerman Barat' Dubes RI Letjen Ahmad
Tirtosudiro belum bersedia menjawabnnya. Tapi kepada Fikri Jufri
dari TEMPO yang menemuinya di Bonn. Dubes Tirtosudiro ada
mengemukakan bahwa pinjaman untuk Krakatau Steel itu akan berupa
kredit eksp (buyer's credit). Yang masih menjadi pertanyaan bagi
sang Dubes adalah: apakah penyaluran kredit untuk Krakatau Steel
itu akan mengurangi kredit ekspor yang sudah disediakan bagi
proyek-proyek lainnya?
Ariwibowo
Mungkin saja. Meuurut pembantu dekat Menteri Bahr, komitmen
kredit ekspor dari kelompok bank-bank di Jerman bagi
proyek-proyek di Indonesia tahun ini memang mencapai sekitar $
450-an juta. Maka bukan mustahil kredit yang nantinya akan
disalurkan ke Krakatau Steel itu akan membuat proyek-proyek lain
terpaksa harus ikat pinggang dulu. Tapi yang jelas, penyaluran
kredit ekspor yang kabarnya akan dilakukan bertahap
itu,mengandung bunga yang sama dengan bantuan dari kelompok
Morgan Trust di London Yakni kira-kira jatuh di seputar 8 1/2%
setahun. Sedang jangka waktupengembalian di perkirakan antara 9
sampai 12 tahun. "Taruhlah 10 tahun", kata sumber itu.
Nah, kesediaan Jerman Barat untuk memberi kredit itu agaknya
bisa melegakan ir Ariwibowo Dirut PT Krakatau Steel. Sebab
berbeda dengan zaman Marjuni Warganegara yang terkenal borosnya,
PT Krakatau Steel tak lagi dibolehkan mencari dana-dana sendiri
dari luar negeri. "Semua usaha mencari tambahan kredit kini
langsung diurus Pemerintah", kata Ariwibowo pada TEMPO dalam
suatu kesempatan beberapa waktu lalu. Namun begitu seorang
pejabat lain beranggapan bahwa mau tak mau fihak swasta Jerman
yang langsung terlibat itu toh harus membantu. Sekalipun rencana
produksi baja Krakatau Steel sudah dikembalikan pada tingkat
semula yang 500 ribu ton setahun, toh ada satu bagian dari
proyek itu yang dipandang sudah terlanjur perlu meneruskan
rencana produksi sebanyak 2 juta ton. Yakni bagian pembuatan
besi batangan (ingot) dari calon pabrik baja yang menyeluruh itu
(integrated steel plant).
Dari hasihlya kelak, sebanyak 1/2 juta ton akan dipakai dalam
negeri. Sedang yang 1 1/2 juta ton lagi rencananya akan diekspor
ke luar negeri. Mengapa bagian produksi yang satu ini tak bisa
lagi dikutak-kutik' Ini adalah akibat PLTU bikinan siemens yang
sebelum pecahnya krisis Krakatau Steel sudah terlanjur mulai
membangun 5 generator uap yang masing-masing berkapasitas 80 MW.
Mungkin pertimbangan itulah yang membuat diplomasi Bahr lebih
cepat membuat itu swasta Jerman manggut-manggut.
Namun begitu sebuah sumber yang dekat dengan Krakatau Steel
masih menyangsikan adakah kredit yang dibutuhkan itu akan bisa
terealisir dalam waktu dekat. Begitu pula jumlahnya yang
diperkirakan meliputi $ AS 480 juta. Menurut sumber tersebut,
sebuah team dari Jerman Barat yang dua pekan lalu melakukan
perundingan di Jakarta memang ada menyebutkan keinginan
memberikan kredit. "Tapi jumlah yang mereka lemparkan baru
mencapai sekitar DM 450 juta", katanya. Dengan kata lain baru
meliputi $AS 180 juta. Mungkin itu sebabnya sebuah team dari
Indonesia yang dipimpin ir Ariwibowo siap bertolak ke Jerman
sebelum berlangsungnya sidang IGGI 7 Juni mendatang. Seberapa
jauh Ariwibowo akan berhasil membujuk fihak Jerman agaknya baru
hisa terungkapkan seusai sidang IGGI di Amsterdam .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini