PRAJOGO Pangestu, yang belakangan ini lebih banyak tampil dalam berbagai resepsi, ternyata diam-diam menyiapkan sebuah megaproyek baru. Dan Jumat lalu, bos Grup Barito Pacific itu menandatangani perjanjian kerja sama dengan Ny. Siti Hardiyanti Rukmana (bos Cipta Lamtoro Gung), Marubeni Corporation, serta Nippon Paper Industries untuk mendirikan PT Tanjung Enim Lestari Pulp & Paper (TELPP) di Sumatera Selatan. TELPP akan membangun pabrik pulp (bubur kertas) berkapasitas produksi 450.000 ton dengan investasi US$ 1 miliar (sekitar Rp 2,15 triliun). Komisaris Barito Pacific Timber, Jansen Wiraatmadja, menjelaskan bahwa para pemegang saham akan menginvestasikan US$ 250 juta-300 juta. Dana selebihnya (US$ 750 juta) akan dipinjam dari luar negeri oleh sindikat pimpinan Marubeni Corporation dan Morgan Grenfell. Utang ini berbentuk non-recourse financing alias sistem ijon, yang berarti akan dicicil dari hasil produksi TELPP. Di atas kertas, dalam hal pemasaran tidak ada masalah, karena produksi TELPP pasti akan dibeli Marubeni dan Cellmark (Swedia) selama 10 tahun. Dengan harga pulp US$ 550 per ton, utangnya diperhitungkan lunas dalam 6-7 tahun. "Tapi mungkin lebih cepat. Sebab, saat pabrik itu jadi tahun 1997, harga pulp diperkirakan mencapai US$ 750 per ton," tutur Jansen. Komposisi kepemilikan adalah sebagai berikut: Barito Pacific 40%, konsorsium Jepang 20-30%, Cipta Lamtoro Gung 30-40%. Kata Prajogo, "Marubeni ingin menjalin kerja sama di pabrik pulp karena mereka melihat terjaminnya suplai bahan baku." Ditambahkannya, pabrik pulp Tanjungenim akan dibangun di dekat HTI (hutan tanaman industri) milik PT Musi Hutan Persada di Sumatera Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini