Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bojonegoro -Pemerintah Kabupaten Tuban dan Bojonegoro ikut mengawasi keberadaan ikan arapaima gigas. Pasalnya di dua kabupaten di Jawa Timur itu, dialiri Sungai Bengawan Solo, dimana ikan raksasa asal Amerika Selatan ini bisa hidup dan berkembang biak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bengawan Solo yang mengalir di Bojonegoro dan Tuban, memiliki panjang sekitar 120 kilometer. Yaitu dari Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro hingga di Kecamatan Widang, Tuban. Selama ini, perairan di daerah ini, keberadaan airnya relatif stabil, baik itu saat kemarau maupun. Di tempat ini juga terdapat dua Bendungan di sungai yang airnya melimpah meski musim kemarau. Yaitu Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu dan Trucuk, Bojonegoro, serta Bendung Gerak Babat, Lamongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Ardiono, hingga sekarang ini belum ada laporan terkait keberadaan ikan arapaima gigas. Baik itu yang hidup di Sungai Bengawan Solo atau memang sengaja dipelihara masyarakat.
”Belum ada laporan,” ujarnya singkat pada Tempo, Kamis, 5 Juli 2018. Dia menyebutkan, di Bojonegoro Sungai Bengawan Solo melewati 16 kecamatan dari total 28 kecamatan.
Ardiono menyebutkan, di Sungai Bengawan Solo, terdapat banyak jenis ikan endemic. Seperti ikan tawes, areng-areng, wader pipih, jendil (patin), rengkik, sili, udang, lempuk, lele, gabus dan jenis ikan asli lainnya. Dari jenis ikan asli ini, sebagian telah sulit ditemukan. Seperti misalnya ikan lempuk dan udang capit biru. “Sebagian telah sulit ditemukan,” imbuhnya.
Pendapat yang diungkapkan Kepala Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan Tuban, Amenan mengatakan, kemungkinan kecil jika ikan arapaima gigas hidup di Sungai Bengawan Solo. Sebab selama ini, penjualan benik ikan-ikan yang diperbolehkan dan tidak cukup ketat.”Meski demikian kita tetap ikut mengawasi,” tegasnya pada Tempo Kamis, 5 Juli 2018. Pengawasan, lanjutnya, juga di beberapa tempat penjualan ikan di kios-kios.
Menurut Amenan, wilayah Sungai Bengawan Solo, dilewati beberapa kecamatan. Seperti di Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, Palang dan Widang. Daerah ini, diakui airnya stabil. Selain itu di beberapa titik terdapat palung sungai dengan kedalaman saat kemarau antara 5-7 meter. “Tapi, warga tentu akan lapor jika ada temuan ikan arapaima,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjelaskan berbagai karakteristik ikan arapaima gigas yang merupakan jenis ikan air tawar terbesar di dunia. Berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan, yang berbahaya apabila dibudidayakan di Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menginginkan berbagai pihak dapat menyosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat terkait bahayanya memasukkan hingga membudidayakan ikan arapaima di kawasan perairan nasional.
"Peristiwa (ikan arapaima) ini harus disosialisasikan atau dikampanyekan kepada masyarakat, banyak yang tidak tahu apa itu ikan arapaima dan mengapa tidak boleh dilepasliarkan," kata Susi Pudjiastuti dalam jumpa pers melalui konferensi video di kantor KKP Jakarta, Kamis, 28 Juni 2018.