Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau menebar ambisi untuk membuat negara lain tergantung dengan baterai listrik produksi Indonesia. Ambisi ini disampaikannya usai mengetahui, banyak negara bergantung dengan batu bara dan minyak kelapa sawit mentah alias crude palm oil (CPO) Indonesia ketika pemerintah menyetop ekspor kedua komoditas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jokowi menyebut hampir semua komponen dari yang dibutuhkan untuk produksi baterai listrik ada di Indonesia. Untuk itu, Jokowi bertekad menjadikannya sebagai sebuah ekosistem baterai listrik, yang diklaim bisa menjadikan 60 persen kebutuhan baterai untuk mobil listrik dunia bergantung pada Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini yang saya mati-matian harus jadi, karena ini yang akan membuat kita melompat menuju ke peradaban lain," kata Jokowi di depan para pemimpin perusahaan kakap tanah air dalam acara Kompas 100 CEO Forum di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 2 Desember 2022.
Ambisi ini disampaikan di depan beberapa bos perusahaan tanah air. Mulai dari Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir alias Boy Thohir, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas, dan beberapa bos perusahaan nasional lainnya.
Semula Jokowi bercerita tentang kesalahan yang terjadi di negara Amerika Latin, yang telah menjadi negara berkembang sejak tahun 50-60an. Tapi mereka tidak naik menjadi negara maju sampai sekarang karena salah mengartikan keterbukaan ekonomi.
Ekonomi di negara Amerika Latin tumbuh, tapi tidak membuat produk yang membuat negara lain bergantung ke mereka. Alih-alih, negara mereka hanya jadi lokasi cabang produksi yang membuatnya tidak masuk ke rantai pasokan global.
Kondisi yang berbeda terjadi di Taiwan dan Korea Selatan. Taiwan, yang tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia, disebut Jokowi bisa meloncat karena fokus salah satunya pada pembuatan chip untuk komponen perangkat digital. Walhasil, banyak perusahaan besar Amerika Serikat tergantung dengan Taiwan.
Selanjutnya: Jokowi merinci tujuh bahan baku yang dibutuhkan Indonesia ..
Kondisi serupa terjadi Korea Selatan dengan berbagai produk lokalnya. Jokowi mengaku pernah bertanya resep ekonomi ini kepada Presiden Yoon Suk-yeol. Jokowi pun mendapat informasi bagaimana Korea Selatan tak ingin mengikuti apa yang sudah diperbuat negara maju di barat. Korea Selatan memilih untuk unggul di produk yang mereka kuasai.
"Kalau kita mengikuti, kita selalu di belakangnya terus. Kalau kita tangganya mengikuti, ya kita kan di bawahnya dia terus," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Jokowi melihat Indonesia punya kekuatan lewat sumber daya alamnya. Cadangan nikel Indonesia nomor satu di dunia, timah nomor dua, bauksit nomor enam, dan tembaga nomor tujuh. "Punya semuanya," kata dia.
Total, Jokowi merinci tujuh bahan baku yang dibutuhkan Indonesia. Lima di antaranya sudah dimiliki, yaitu nikel, mangan, kobalt, tembaga, dan alumunium. Awalnya Indonesia kekurangan bahan keenam, yaitu grafit. Tapi sekarang sudah ada pabrik produksi grafit sintetis di Morowali, Sulawesi Tengah.
Maka tinggal tersisa bahan ketujuh yang Indonesia kekurangan yaitu lithium. Jokowi mengaku sudah bicara dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese untuk memberi lithium dari negaranya. "Tapi ternyata dari kita (orang Indonesia) sudah ada yang punya tambang di sana," kata Jokowi.
Dengan kenyataan inilah, Jokowi ingin membuat hasil tambang yang jadi komponen baterai listrik menjadi sebuah ekosistem besar. Sehingga dengan keyakinan akan menguasai 60 persen pangsa pasar baterai listrik dunia, Jokowi menebar ambisinya tersebut. "Sekali lagi harus kita bisa mendesain negara lain tergantung kepada kita," kata dia.
Baca: Jokowi Minta Jajaran Cari Solusi Kenaikan Harga di Pasar Malangjiwan Colomadu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini