Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Arus bongkar-muat di Priok dianggap sudah terlalu padat.
Pengusaha logistik juga mengeluhkan kemacetan yang memicu antrean kendaraan.
Patimban wajib memiliki layanan serba digital.
JAKARTA – Para penyedia jasa logistik menunggu kemantapan pengelolaan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, agar bisa menjadi jalur distribusi alternatif selain Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Mahendra Rianto, mengatakan proyek strategis nasional yang mulai dioperasikan secara terbatas pada akhir 2020 itu harus memiliki infrastruktur dan tata kelola yang baik agar dilirik eksportir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mumpung masih baru, rancanglah tata kelola yang memudahkan para pemilik barang, sehingga kami mau pindah ke situ," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Mahendra, peluang Pelabuhan Patimban menyerap sebagian pasar konsumen Pelabuhan Tanjung Priok terbuka luas. Selain padat oleh persinggahan kapal, arus bongkar-muat di Priok dianggap sudah membeludak, yakni mencapai 7,5 juta TEUs per tahun. Para distributor barang pun mengeluhkan kedalaman alur pelayaran di Teluk Jakarta yang belum bisa menampung kapal generasi baru yang berbobot besar.
Keluhan lainnya adalah kemacetan yang memicu antrean kendaraan barang di pintu Pelabuhan Priok. "Priok pun terlalu ramai oleh instansi yang membuat tahap pengiriman barang semakin panjang. Makanya Patimban ditunggu sebagai alternatif," ujarnya.
Suasana operasi Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, 3 Desember 2020. ANTARA/Humas Kementerian Perhubungan
Mahendra menyebutkan Patimban wajib memiliki layanan serba digital agar distribusi barang semakin singkat. Pengelolaannya pun diharapkan terintegrasi di bawah satu otoritas, sehingga tidak menyulitkan pemakai jasa. "Contohlah Port Authority of Singapore yang manajemennya tidak tumpang-tindih," dia mengungkapkan.
Wakil Ketua Umum Bidang Maritim dan Kepelabuhanan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Harry Sutanto, mengatakan pemilik barang menilai tiga hal utama saat memilih pelabuhan distribusi, yaitu kerapian, kecepatan, serta efisiensi tarif. Saat ini terdapat 3.412 entitas logistik yang menjadi anggota ALFI. Lebih dari 1.300 entitas di antaranya beroperasi di DKI Jakarta. "Yang paling andal soal harga dan akses pasti dipilih pasar," ujarnya, kemarin.
Hingga berita ini ditulis, pertanyaan Tempo kepada konsorsium pengelola Pelabuhan Patimban belum direspons. Berdasarkan keterangan tertulis dari Kementerian Perhubungan, pembangunan fase pertama paket 1 Pelabuhan Patimban sudah mencapai 99,8 persen. Paket konstruksi itu meliputi pembangunan dermaga pengumpul peti kemas, dermaga pengumpul kendaraan, area reklamasi, dan kolam pelabuhan.
Pengembangan paket 2, yang meliputi breakwater, seawall, dan pengerukan alur pelayaran, juga sudah mencapai 91,4 persen. Pembangunan jembatan penghubung dalam paket 3 sudah 69,2 persen. Adapun paket 4, yang mencakup jalan akses pelabuhan, sudah selesai meski butuh sedikit evaluasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan terminal mobil, gedung perkantoran, dan terminal kontainer di area proyek strategis nasional itu kelar paling lambat pada 2023.
Melalui Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok, Direktur Kenavigasian Kementerian Perhubungan, Hengki Angkasawan, sedang melengkapi aspek kenavigasian di Pelabuhan Patimban. Untuk mempermudah persinggahan kapal, Kementerian menata alur pelayaran, menempatkan sarana bantu navigasi pelayaran, dan menyusun peta perairan di kawasan tersebut.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo