Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK biasanya Anthoni Salim menyuguhkan beberapa mangkuk mi instan kepada sejumlah tamu dan orang dekatnya. Pada hari ”istimewa” itu, hidangan mi dari berbagai merek menjadi satu-satunya menu yang disajikannya.
Anthoni memang sedang ingin mendengar jawaban jujur dari para koleganya. ”Mana mi yang paling enak?” Presiden Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk itu bertanya, seperti ditirukan orang dekatnya. Dan jawaban rupa-rupanya tak bulat mengarah pada Indomie, produk andalan Indofood.
Dengan sedikit keraguan, beberapa telunjuk justru mengarah ke Mie Sedaap, keluaran Grup Wings, pesaing utamanya. Kok bisa? ”Ini karena tim product development Indofood dibajak Grup Wings,” sumber itu membisikkan.
Kedua grup bisnis ini memang dikabarkan dalam dua tahun terakhir terlibat ”pertarungan” sengit. Setelah produk mi instan Indofood digempur Mie Sedaap, kini giliran pangsa pasar sabun produk Wings yang digerus serbuan sabun BuKrim keluaran Grup Salim.
Erwan Teguh, Kepala Riset Danareksa Sekuritas, dalam laporan risetnya pada 31 Oktober lalu menyebutkan, ”serangan balik” ini tak lepas dari peran Anthoni sebagai nakhoda ba-ru Indofood—menggantikan Eva Riyanti Hutapea—sejak pertengahan 2004 lalu.
Sebagai ahli waris Grup Salim, anak bungsu Liem Sioe Liong ini punya kemampuan mengkoordinasi strategi bisnis di semua lini usaha konglomerasi miliknya. Itu sebabnya, strategi komprehensif langsung dilancarkan untuk membendung Mie Sedaap. Salah satunya lewat penjualan produk detergen pesaing Wings. ”Ini untuk ngerecoki Wings,” kata seorang analis pasar modal.
Buat Indofood, ancaman Mi Sedaap memang tak bisa dipandang enteng. Dalam waktu dua tahun, pangsa pasarnya sudah mencapai 12-15 persen. Padahal, sebelumnya, Indofood praktis melenggang tanpa pesaing berarti.
Sukses Wings tak lepas dari berbagai gebrakan yang dibuatnya. Harga jualnya yang murah, plus paket hadiah buat konsumen—beli lima bungkus dapat satu gelas—membuat konsumen langsung kepincut. Luasnya jaringan distribusi Wings juga turut melempangkan jalan Mie Sedaap ke pasar.
Nah, untuk membendung gelombang eksodus itulah, Indofood, yang kini masih menguasai pangsa pasar mi instan 75-80 persen, langsung pasang seribu jurus tandingan. Indofood pun mengiming-imingi konsumen dengan paket bonus: beli lima dapat satu bungkus tambahan, yang berarti diskon 20 persen.
Tak cukup dengan itu, Indofood juga melancarkan strategi perang merek. Sebuah produk baru, Supermi Sedaaap, diluncurkan. Kemunculannya jelas untuk menggerogoti pangsa pasar Mie Sedaap. Lihat saja karakter hurufnya, amat mirip Mie Sedaap.
Untuk mengecoh konsentrasi lawan, ”serangan” pun dilancarkan langsung ke jantung bisnis Wings. Caranya, ya, itu tadi, Salim meluncurkan produk sabun detergen BuKrim, yang sejak hampir enam dekade lalu merupakan bisnis inti Wings.
Di produk ini, perang harga dan bonus lagi-lagi dikobarkan. Untuk setiap pembelian dua bungkus sabun colek BuKrim, konsumen mendapat bonus sebungkus. Promosi pun digeber. Sederet bintang tenar, mulai dari Delon, Titi D.J., hingga Krisdayanti, dikontrak untuk iklan. Tak mengherankan, menurut survei Nielsen Media Research, dana promosi yang telah dikucurkan mencapai Rp 2 miliar.
Upaya itu tak sia-sia. Detergen colek BuKrim, yang baru diluncurkan pada 19 Desember 2003, kini sudah menguasai pangsa pasar lebih dari 25 persen—meski 50-60 persen sisanya masih dikuasai produk Wings (seperti Wings Biru). ”Di Jawa Timur, kami bahkan sudah menjadi market leader,” kata F. Gunawan, Deputi Chief Executive Officer PT Birina Multidaya, produsen BuKrim.
Untuk melengkapi produknya, sejak Oktober 2004 lalu Grup Salim meluncurkan produk detergen bubuk (powder detergent). Semula produk itu dipasok dari pabrik di Singapura (UICCD) dan Malaysia, yang diakuisisi Grup Salim pada Oktober 2004. Belakangan, pasokan disuplai dari pabrik PT Total Chemindo Loka di Pulogadung, Jakarta Timur, yang dibeli Salim pertengahan tahun lalu. ”Dengan begitu, kami tak perlu impor,” kata Gunawan.
Di segmen detergen bubuk ini, pangsa pasar BuKrim memang masih terbilang kecil: hanya 8 persen. Sisanya masih dikuasai empat pemain besar: Unilever, Wings, B29, dan Kao. ”Tapi kami sedang berencana membangun pabrik powder detergent di Jawa Timur dan Sumatera Selatan,” ujarnya.
Direktur Indofood, Franciscus Welirang, dan Direktur Wings, Eddy William Katuari, sama-sama membantah adanya perseteruan bisnis di antara kedua grup bisnis ini. ”Saya kira persaingan itu wajar-wajar sajalah,” kata Franciscus. Lagi pula, kata Eddy, Wings telah bergelut di bisnis makanan sejak lima tahun lalu.
Soal isu pembajakan tim pengembangan produk Indofood oleh Wings, keduanya sama-sama menampik. ”Kami punya tim research and development sendiri,” kata Eddy. Kalaupun terjadi perpindahan karyawan, menurut Franciscus, itu sah-sah saja. ”Kalau dia memang merasa bisa lebih baik di satu tempat dan memutuskan pergi, emangnya enggak boleh?” kata menantu Liem Sioe Liong itu.
Lepas dari kenyataan persaingan di lapangan, kedua kelompok bisnis itu hingga kini memang masih punya bisnis bareng di PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UIC). Perusahaan yang berdiri pada 1983 ini merupakan penghasil alkylbenzene, bahan baku utama detergen, dengan kapasitas produksi terbesar di Asia-Pasifik.
Di pasar domestik, pelanggan utamanya adalah para produsen detergen besar, seperti Wings, Unilever, dan Kao. Kepemilikan Salim di perusahaan ini salah satunya lewat PT Salim Chemicals Corpora. Sedangkan kepemilikan Wings, ”Tidak langsung,” kata Eddy.
Itu sebabnya, anak pendiri Wings, Johannes Ferdinand Katuari, ini pun tercatat sebagai komisaris di tiga anak perusahaan UIC, yaitu PT Petrocentral, PT Unggul Indah Investama, dan Albright & Wilson (Australia) Ltd. ”Jadi, apa benar kedua grup ini berantem?” kata seorang analis meragukan.
Metta Dharmasaputra
GRUP SALIM
SEBELUM diamuk krisis ekonomi pada 1998, Grup Salim merupakan konglomerasi terbesar di Indonesia. Aset kerajaan bisnis yang didirikan oleh Liem Sioe Liong ini saat itu ditaksir mencapai US$ 10 miliar (sekitar Rp 100 triliun). Tak mengherankan, majalah Forbes pun pernah menobatkan keluarga Liem sebagai salah satu keluarga terkaya di dunia.
Akibat krisis ekonomi, Liem sebagai pemilik Bank Central Asia didaulat berutang ke negara Rp 52 triliun. Untuk melunasi kewajibannya itulah, ia harus merelakan sejumlah tambang uangnya ”lepas” dari genggamannya. Beberapa di antaranya adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT Indomobil Sukses Internasional, dan BCA yang jatuh ke tangan Grup Djarum dan Farallon Capital.
Kini ladang duit utama Grup Salim di Indonesia salah satunya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan unit bisnisnya, PT Bogasari Flour Mills. Keduanya merupakan salah satu produsen mi instan dan terigu terbesar di dunia.
Tahun lalu, Indofood menjalin aliansi dengan Nestle SA untuk menjual dan mendistribusikan produk makanan di Indonesia. Di luar negeri, bisnis Salim berkibar di Filipina, Thailand, Hong Kong, dan Cina. Anthoni Salim, ahli waris kerajaan bisnis Grup Salim, kini juga tengah melebarkan sayap bisnisnya ke India.
GRUP WINGS
SUDAH hampir enam dekade Wings Corporations berdiri. Bermula dari Surabaya, perusahaan ini didirikan oleh Johannes Ferdinand Katuari (Oen Jong Khing), Harjo Sutanto (Tan Siek Miauw), dan Wakijo Tanojo, pada 1948.
Bisnisnya berawal dari produk sabun hijau batangan, sebelum akhirnya menjadi pio-nir penghasil detergen krim di Indonesia. Di tangan generasi kedua dan ketiga, Wings kini memiliki tujuh lini bisnis utama: produk konsumen, kemasan, kimia, bahan bangunan, real estate, agrobisnis, dan jasa keuangan.
Dari dua pabrik Wings di Surabaya (PT Wings Surya) dan Jakarta (PT Sayap Mas Utama), sabun dan detergennya kini diekspor ke 92 negara. Pada 2004 mereka mendirikan PT Lion Wings (sebelumnya PT Lionindojaya), yang merupakan hasil sinergi dengan Lion Corporation (Jepang).
Dari perusahaan inilah produk sampo Emeron, pasta gigi Ciptadent, dan sabun cair pembersih piring Mama Lime & Lemon dihasilkan. Beberapa produk unggulan Wings lainnya, antara lain, Daia, So Klin Power, Giv, Nuvo, dan Mie Sedaap.
Di bisnis perbankan, keluarga Katuari berkibar lewat bendera Bank Ekonomi Raharja. Wings (Eddy William Katuari dan Fifi Sutanto) pun berkongsi dengan Grup Lautan Luas (Jimmy Masrin) dan Grup Djarum (Robert Budi Hartono) di PT Ecogreen Oleochemicals Ltd. Perusahaan yang didirikan pada 1989 ini merupakan penghasil natural fatty alcohol satu-satunya di Indonesia dan terbesar keempat di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo