Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RETNOWATI selalu menyempatkan diri berolahraga setiap hari. Ia rutin berjalan cepat, bermain tenis, dan berenang. “Supaya badan tetap sehat dan lentur meski sudah berumur,” kata perempuan 63 tahun itu, Kamis tiga pekan lalu.
Dari tiga olahraga yang dilakoninya itu, Retno—sapaan akrabnya—paling menyukai aktivitas jalan cepat dan main tenis. Ia biasa berjalan cepat bersama lima-enam kawannya tiap pagi di sekitar rumahnya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, lalu bermain tenis tiga kali sepekan saat malam.
Retno menuturkan, sepanjang jalan atau sesudah bermain tenis, ia biasa mengobrol dengan kawan-kawannya. “Kami selalu ledek-ledekan. Misalnya ada teman yang salah mukul bola, biasanya dibercandain, ‘Sudah tua, ya, enggak sinkron antara otak sama tangan’, ha-ha-ha…,” ujarnya. Selain menyenangkan, dua olahraga pilihan Retno itu ternyata berfaedah untuk memperpanjang usia.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Mayo Clinic Proceedings bulan lalu menyimpulkan olahraga bersama-sama atau dalam tim membuat umur lebih panjang ketimbang olahraga sendirian. Mereka yang bermain tenis, bulu tangkis, atau sepak bola memiliki usia lebih lama dibanding mereka yang bersepeda, berenang, joging, atau berlatih kebugaran (lihat infografis).
Penelitian yang dilakukan Studi Jantung Kota Kopenhagen (CCHS) ini melibatkan data dari 8.577 peserta. Semua responden berkulit putih dan tak memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, atau kanker. Mereka diminta mengisi kuesioner tentang gaya hidup dan kesehatan masing-masing, termasuk soal jenis dan frekuensi olahraga.
Responden yang melakukan berbagai macam olahraga diminta menyebutkan olahraga utama. Jawaban-jawaban tersebut kemudian dikorelasikan dengan lama hidup mereka. Para peserta dipantau selama 25 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, sekitar 4.500 orang meninggal.
Waktu berolahraga yang lama rupanya tak selalu membuat umur lebih panjang. Meski responden yang bergabung dalam klub olahraga rata-rata menghabiskan 600 menit sepekan dengan 150 menit digunakan untuk berlatih di gimnasium, umur mereka kalah panjang dibanding peserta yang berolahraga sekitar 520 menit per pekan dengan 100 menit dipakai untuk bermain tenis. “Koneksi sosial mungkin menjadi fitur penting untuk panjang umur, hidup sehat, dan bahagia,” ucap kardiolog dari Saint Luke’s Mid America Heart Institute,- James O’Keefe, yang juga menjadi penulis dalam penelitian ini, seperti dikutip Time, 4 September lalu.
Menurut dokter spesialis kesehatan olahraga, Michael Triangto, semua gerak badan yang dilakukan teratur dan berkesinambungan dapat meningkatkan kesehatan. Namun olahraga permainan, misalnya tenis atau bulu tangkis, lebih menyehatkan ketimbang olahraga perorangan, seperti berlari atau berenang. “Kesehatan itu tak hanya dipengaruhi apa yang kita makan dan minum, tapi juga bagaimana kita bersosialisasi. Maka tak mengherankan orang yang melakukan olahraga yang memiliki unsur sosialisasi punya kesempatan hidup lebih panjang,” tutur dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta, itu.
Berolahraga bersama bisa menghilangkan stres karena, selain mengolah fisik, aktivitas tersebut memungkinkan orang berbagi cerita. Efek lain berbagi informasi ini membuat daya ingat terlatih. “Misalnya diajak ngobrol tentang anak, nanti ketika ketemu lagi ngobrol lagi. Kita jadi harus mengingat informasi yang dulu disampaikan,” kata dokter spesialis kesehatan olahraga, Angelica Anggunadi.
Faedah lain, Angelica melanjutkan, ketika menjalankan olahraga bersama yang membutuhkan lawan, seperti tenis dan bulu tangkis, kemampuan otak lebih ter-asah lantaran mesti menyiapkan strategi menghadapi lawan. “Kita harus bergerak sekaligus berpikir dan mengambil keputusan,” ujar dokter yang berpraktik di Indonesia Sport Medicine Center, Jakarta, tersebut.
Menurut Michael Triangto, olahraga bersama juga bisa membuat para pesertanya saling menjaga dan mengingatkan kondisi. Kalau ada teman segrup yang lama tak terlihat, misalnya, teman lain biasanya akan mengajaknya kembali bergabung. Jika ada keadaan darurat, mereka yang berolahraga bersama-sama kemungkinan besar lebih cepat tertolong ketimbang yang sendirian.
Tapi, menurut Michael, tak tertutup kemungkinan olahraga bersama malah membahayakan kesehatan. Contohnya setelah lelah berolahraga makan bareng dengan menyantap makanan tak sehat.
Selain itu, saat bertanding, bisa jadi lawan akan menantang kita melebihi batas kemampuan. Karena itulah tak sedikit orang yang meninggal di lapangan. “Tenis itu salah satu olahraga yang banyak menyebabkan kematian, lho,” ucap Michael. April tahun lalu, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Furqon, meninggal saat bermain tenis di lapangan kampusnya.
Terlepas dari olahraga yang dilakukan berjenis permainan atau bukan, Michael menambahkan, yang terpenting adalah orang harus mengetahui tujuannya berolahraga. Kalau targetnya adalah sehat, kondisi tubuh semestinya lebih bagus setelah berolahraga. Selain itu, gula darah terkontrol dan kadar kolesterol baik. Mereka yang sakit pun bisa pulih.
Untuk mencapai target ini, selain menjaga apa yang masuk ke badan, sebaiknya periksakan kesehatan sebelum berolahraga. Jenis olahraga dan durasinya bisa disesuaikan dengan hasil pemeriksaan itu. “Kalau ada yang membahayakan, bisa ditunda,” kata Michael.
NUR ALFIYAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo