Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BI: Uang Beredar pada Februari 2023 Capai Rp 8.300 Triliun, Tumbuh 7,9 Persen

Perkembangan uang beredar pada Februari 2023 terutama didorong oleh perkembangan aktiva dalam negeri bersih.

24 Maret 2023 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI mengumumkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2023 tetap tumbuh positif. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan posisi M2 pada Februari 2023 tercatat sebesar Rp 8.300 triliun atau tumbuh 7,9 persen secara year on year (yoy)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 6,6 persen secara yoy," kata Erwin dalam keterangan resmi pada Jumat, 24 Maret 2023.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun sejak posisi data September 2021, Erwin menjelaskan M1 terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Penjelasan lebih lanjut terkait hal ini dapat dilihat pada publikasi Analisis Uang Beredar periode data Agustus 2021.

Lebih lanjut ia menyebutkan perkembangan M2 pada Februari 2023 terutama didorong oleh perkembangan aktiva dalam negeri bersih. Tercatat perkembangan aktiva dalam negeri bersih tumbuh sebesar 8,2 persen secara yoy. 

Sebagai informasi, aktiva dalam negeri bersih pada Januari 2023 tumbuh 8,7 persen secara yoy. Menurut Erwin, hal tersebut sejalan dengan perkembangan modal dan tagihan lainnya kepada sektor swasta. 

Di sisi lain, tuturnya, penyaluran kredit pada Februari 2023 tumbuh sebesar 10,4 persen secara yoy. Pada bulan sebelumnya, penyaluran kredit tumbuh 10,2 persen. Hal itu juga dinilai sejalan dengan perkembangan kredit produktif maupun konsumtif. 

Kredit yang dimaksud hanya diberikan dalam bentuk pinjaman (loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker's acceptances), dan tagihan repo. Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor bank umum yang berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.

Sementara itu, ia menuturkan tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi sebesar 19,6 persen secara yoy. Pada Januari 2023, tagihan tersebut juga terkontraksi sebesar 20,5 persen secara yoy.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus