Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Minat Ekspor Yang Terhambat

Pameran buku oleh Ikatan Penerbit Indonesia di Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti sekitar 40 penerbit & dibuka oleh Wapres Adam Malik yang menyinggung kemungkinan buku untuk komoditi ekspor. (eb)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAMERAN buku yang merupakan acara tahunan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), yang biasanya diselenggarakan selama sepekan, kali ini sebulan penuh -- 16 Mei sampai dengan 16 Juni. Tempatnya pun di Aldiron Plaza, lantai III, di pusat perdagangan kawasan Kebayoran Baru. Konon disebabkan peserta pameran yang makin banyak -- sekitar 40 penerbit. Dalam pembukaannya, Wapres Adam Malik, menyinggung kemungkinan buku menjadi komoditi ekspor. Tapi berapa besar dan tentang apa saja produksi buku kita, hingga kita berani bicara tentang ekspor buku? Penerbit BPK Gunung Mulia sudah menerbitkan sekitar 400 judul buku, rata-rata sebulan bisa menerbitkan 5-10 judul buku baru. Itu meliputi buku-buku keagamaan, pengetahuan populer untuk anak-anak dan remaja. Penerbit Cypress yang biasanya menerbitkan novel-novel pop dan cerita anak-anak -- mengaku sebulan menerbitkan 25 judul dan Cypress aktif menerbitkan buku sejak 1977. Bila pada 1978 bisa mencetak 15 ribu eksemplar dan terjual, kini hanya berani mencetak setengah jumlah tersebut. Biografi Agaknya penerbit-penerbit kita memang sudah mempunyai ciri khas masing-masing. Artinya, pasaran buku memang beragam. Buku menejemen terbitan Bhratara memang tak besar jumlahnya, sekali cetak 5 ribu eksemplar dan rata-rata baru cetak ulang dua kali. Tapi buku tentang tata-buku terbitan Pradnya Paramita sekarang sudah cetak ulang 14 kali -- meski ada musim novel pop atau yang lain. Dan penerbit Alma'arif di Bandung, sebulannya bisa mencetak 150 ribu buku Al-Qur'an. PT Gunung Agung yang sudah berusia seperempat abad ternyata baru mempunyai 250 judul buku. "Paling laris seri biografi," kata Ali Amran Direktur Pemasarannya. PT Dunia Pustaka Jaya yang mengkhususkan diri pada buku sastra dan cerita anak-anak, sudah mempunyai 400 lebih judul buku. Omzet rata-rata per tahun Rp 250 juta dan dalam jumlah eksemplarnya rata-rata 500 ribu. Tahun 1977 memang yang terbesar: oplag mencapai 700 ribu lebih. "Karena pesanan Departemen P & K," kata Rachmat, wakil direkturnya. Bagi Pustaka Jaya, buku paling laris adalah novel karangan Nh. Dini -- dua di antaranya mencapai cetak 15 ribu lebih. Menurut daftar buku PT Gramedia keluaran 1978, tercatat judul yang telah diterbitkan 500 lebih -- meliputi novel pop, cerita anak-anak, karangan nonfiksi dan ilmiah. Yang paling top dari Gramedia adalah novel pengarang yang pernah sangat populer, Marga T., yang sebuah novelnya mengalami cetak ulang sembilan kali. Tapi untuk Indonesia yang berpenduduk 135 juta, angka-angka di atas jauh dari memadai. Maka, selain berusaha merangsang minat baca dalam negeri, sebaiknya Indonesia mencetak buku dalam berbagai bahasa untuk tujuan ekspor. Kecil-kecilan Alma'Arif sudab mengekspor Al-Qur'an ke Malaysia dan Afrika. Kalau prosedur ekspor memang tak berbelit-belit, bisa jadi orang Malaysia yang punya ejaan sama dengan Indonesia, akan suka membaca novel-novel Motinggo Boesje atau Ashadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus