PAMERAN buku yang merupakan acara tahunan IKAPI (Ikatan Penerbit
Indonesia), yang biasanya diselenggarakan selama sepekan, kali
ini sebulan penuh -- 16 Mei sampai dengan 16 Juni. Tempatnya pun
di Aldiron Plaza, lantai III, di pusat perdagangan kawasan
Kebayoran Baru. Konon disebabkan peserta pameran yang makin
banyak -- sekitar 40 penerbit. Dalam pembukaannya, Wapres Adam
Malik, menyinggung kemungkinan buku menjadi komoditi ekspor.
Tapi berapa besar dan tentang apa saja produksi buku kita,
hingga kita berani bicara tentang ekspor buku?
Penerbit BPK Gunung Mulia sudah menerbitkan sekitar 400 judul
buku, rata-rata sebulan bisa menerbitkan 5-10 judul buku baru.
Itu meliputi buku-buku keagamaan, pengetahuan populer untuk
anak-anak dan remaja.
Penerbit Cypress yang biasanya menerbitkan novel-novel pop dan
cerita anak-anak -- mengaku sebulan menerbitkan 25 judul dan
Cypress aktif menerbitkan buku sejak 1977. Bila pada 1978 bisa
mencetak 15 ribu eksemplar dan terjual, kini hanya berani
mencetak setengah jumlah tersebut.
Biografi
Agaknya penerbit-penerbit kita memang sudah mempunyai ciri khas
masing-masing. Artinya, pasaran buku memang beragam. Buku
menejemen terbitan Bhratara memang tak besar jumlahnya, sekali
cetak 5 ribu eksemplar dan rata-rata baru cetak ulang dua kali.
Tapi buku tentang tata-buku terbitan Pradnya Paramita sekarang
sudah cetak ulang 14 kali -- meski ada musim novel pop atau yang
lain. Dan penerbit Alma'arif di Bandung, sebulannya bisa
mencetak 150 ribu buku Al-Qur'an.
PT Gunung Agung yang sudah berusia seperempat abad ternyata baru
mempunyai 250 judul buku. "Paling laris seri biografi," kata Ali
Amran Direktur Pemasarannya.
PT Dunia Pustaka Jaya yang mengkhususkan diri pada buku sastra
dan cerita anak-anak, sudah mempunyai 400 lebih judul buku.
Omzet rata-rata per tahun Rp 250 juta dan dalam jumlah
eksemplarnya rata-rata 500 ribu. Tahun 1977 memang yang
terbesar: oplag mencapai 700 ribu lebih. "Karena pesanan
Departemen P & K," kata Rachmat, wakil direkturnya. Bagi
Pustaka Jaya, buku paling laris adalah novel karangan Nh. Dini
-- dua di antaranya mencapai cetak 15 ribu lebih.
Menurut daftar buku PT Gramedia keluaran 1978, tercatat judul
yang telah diterbitkan 500 lebih -- meliputi novel pop, cerita
anak-anak, karangan nonfiksi dan ilmiah. Yang paling top dari
Gramedia adalah novel pengarang yang pernah sangat populer,
Marga T., yang sebuah novelnya mengalami cetak ulang sembilan
kali.
Tapi untuk Indonesia yang berpenduduk 135 juta, angka-angka di
atas jauh dari memadai. Maka, selain berusaha merangsang minat
baca dalam negeri, sebaiknya Indonesia mencetak buku dalam
berbagai bahasa untuk tujuan ekspor. Kecil-kecilan Alma'Arif
sudab mengekspor Al-Qur'an ke Malaysia dan Afrika. Kalau
prosedur ekspor memang tak berbelit-belit, bisa jadi orang
Malaysia yang punya ejaan sama dengan Indonesia, akan suka
membaca novel-novel Motinggo Boesje atau Ashadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini