Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAWASAN industri baru sedang dikembangkan di Surabaya. Sejumlah kapling berukuran 0,1 ha-5 ha sejak dua bulan lalu sudah mulai ditawarkan developernya, PT Suri (Sunan Giri) Mulia. Perusahaan yang didirikan 1981 itu, dengan saham terbesar milik H. Ibnu Sutowo, untuk sementara baru menguasai tanah 50 ha di wilayah Desa Margomulyo, meski izin prinsip yang diberikan gubernur Jawa Timur mencakup 200 ha. Kapling-kapling tersebut dijual Rp 25.000 per m2, bisa dicicil setahun tanpa bunga. PT Suri Mulia, yang telah mengeluarkan modal Rp 5 milyar, optimistis bahwa kawasan yang hanya sekitar 5 km dari pusat kota tersebut akan laku. Pengelola kawasan itu telah melengkapi jalan berlampu merkuri dan telepon. Kawasan itu merupakan kantung-kantung penduduk yang padat yang bisa ditarik sebagai tenaga kerja. Bila jalan tol Malang-Surabaya-Gresik rampung, tahun depan, lalu lintas ke wilayah perindustrian itu di perkirakan bakal lebih mudah. Sampai pekan lalu, menurut Mohamad Hamzah, direktur pemasaran PT Suri Mulia, kawasan industri itu sudah mulai mendapatkan peminat. "Transaksi sudah berjalan 20%," kata Hamzah. Di sekitar Margomulyo di Kecamatan Tandes itu memang mulai tumbuh pabrik-pabrik, misalnya industri perkayuan, baja, cat, dan permesinan. Pendiri Suri Mulia sendiri, Saleh Aldjufri, sejak 1975 sudah berusaha di situ, mengelola gudang pupuk. Menurut Saleh, adik kandung pengusaha ternak diJakarta, Abubakar Aldjufri, banyak spekulan tanah sebelumnya gagal membeli lahan-lahan tambak garam di sekitar Margomulyo. Ternyata, setelah Saleh menawarkan kerja sama, para pemilik lahan bersedia menjual lahannya. Mereka menerima 40% uang tunai dan sisanya berbentuk saham-saham dengan nilai nominal Rp 1 juta per lembar. Saleh pula yang menarik bekas direktur utama Pertamina, Ibnu Sutowo, untuk membeli 40% saham Suri Mulia. Tapi, sejauh ini, modal yang terkumpul baru sekitar Rp 5 milyar. Modal yang diperlukan untuk mengembangkan tanah 200 ha itu, menurut studi kelayakan oleh PT Sier (perintis kawasan industri pertama di Surabaya), sekitar Rp 30 milyar. Untuk itu, Suri Mulia masih mengundang pemilik tambak di sekitar kompleks untuk ikut berpatungan. Pemasaran saham-saham Suri Mulia yang tidak lewat bursa saham itu ternyata cukup menggiurkan: nilai sahamnya kini Rp 2 juta per lembar. Harga yang ditawarkan PT Suri Mulia ternyata cukup bersaing dengan kapling-kapling PT Sier di kawasan industri Rungkut. Sier menjual tanahnya Rp 37.500 per m2, bisa kredit enam bulan, berbunga 20% dari sisa utang. Tetapi Sier tak merasa tersaingi oleh munculnya Suri Mulia. "Masing-masing mempunyai keistimewaan, tinggal industriwan mau pilih yang mana," tutur Bambang Suharnadi, kepala Bagian Pemasaran Sier. Menurut Bambang, dari 180 ha tanah yang ditawarkan PT Sier sejak 1975, kini tinggal sekitar 5 ha yang belum terjual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo