Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

12 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Giliran Laksamana Dibidik

LAKSAMA Su-kardi bo-leh jadi kini tak enak tidur. Menteri Ne-gara BUMN Sugiharto te-ngah mengusut penyaluran kre-dit usaha mikro la-yak t-anpa agunan oleh PT Bank Mandiri Tbk. Termasuk di dalamnya, aset kredit yang dibeli bank pelat merah itu dari PT Bank Artha Graha, yang juga ditunjuk Laksamana untuk menyalurkan kredit mikro dengan nilai maksimal Rp 5 juta.

Kredit usaha mikro tak b-eragunan ini merupa-kan buah kebijakan bekas Men-teri Negara BUMN Lak-sama-na Sukardi pada Juni 2004, b-eberapa bulan menjelang pe-milihan presiden. Saat itu, fungsionaris PDI Perjuang-an ini memerintahkan 80 BUMN mengumpulkan dana hing-ga Rp 200,2 miliar untuk dijadikan jaminan kredit mikro yang akan dikucurkan Bank Mandiri (semasa dipimpin E.C.W. Neloe) dan Artha Graha.

Dana jaminan yang berhasil dihimpun sebesar Rp 197,6 miliar. Namun, kredit itu malah macet pengembaliannya se-kitar 60 persen atau sekitar Rp 136 miliar. Bank Mandiri merasa perlu menyita aset jaminan tersebut. Ting-gi-nya kredit seret diduga ka-rena terjadi penyimpangan: audit BPK 2005 menyebutkan, kebijakan Laksamana melanggar Undang-Undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003 yang melarang intervensi menteri terhadap manajemen BUMN.

Laksamana men-yangkal temuan BPK dan menilai-nya sebagai upaya untuk mencemarkan diri-nya. Na-mun, Laks tak men-olak menunjuk Bank Artha Graha. Hingga akhir pekan lalu, manajemen Artha Graha belum memberikan penjelasan apa pun.

Norwegia Hengkang dari Freeport

KECAMAN atas operasi Freeport di Papua kali ini datang dari Norwegia. Sebuah lembaga pengelola dana pensiun di wilayah Skandinavia itu memutuskan untuk mencabut investasinya di Freeport McMoRan Copper and Gold Inc. (AS) senilai US$ 240 juta atau sekitar Rp 2,3 triliun. Alasannya, PT Freeport Indonesia telah melakukan perusakan lingkungan serius. Menurut Menteri Keuangan Norwegia, Kris-tin Halvorsen, keputus-an diambil atas rekomendasi Dewan Etik di Norwegia. ”Keputusan ini refleksi penolakan kami terhadap pelanggaran norma etika pada investasi kami,” ujarnya.

Juru bicara Freeport Indonesia, Siddharta Moersjid, kepada Nur Aini dari Tempo menyatakan telah terjadi misinformasi yang membuat lembaga dana pensiun itu hengkang. CEO Freeport McMoRan, Richard Adkerson, juga menyayangkan penilaian hanya didasarkan pada kenyataan sungai di-jadikan sarana pembuangan limbah. Katanya, limbah di sana tak beracun, juga tak mengandung bahan kimia dan logam berat.

Rekening Penilap BLBI Ditelusuri

INILAH pesan pen-ting d-a-ri Wakil Presiden J-usuf Kal-la. Rabu pekan lalu, K-al-la m-eminta Pusat Pelapor-an dan Analisis Transaksi Keuangan menelusuri reke-ning para penerima dana bantuan likuiditas Bank Indonesia sejak 1998.

Menurut Kalla, para penilap BLBI kabur dan hidup nyaman di luar negeri, padahal para pejabat pemerintah dan Bank Indonesia yang memutuskan pemberian BLBI sudah masuk penjara. Kalla juga meminta PPATK meng-ulik kembali audit yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangun-an terhadap bank-bank penerima bantuan, yang totalnya mencapai Rp 450 triliun. Hasil audit akan menjadi bekal untuk mencari aliran dana BLBI.

Berdasarkan data la-poran tim pemberesan BPPN ke Kejaksaan Agung pada 18 November silam, terdapat le-bih dari 30 debitor yang belum menyelesaikan utangnya ke negara. Sebagian besar di a-ntaranya termasuk peng-utang nonkooperatif yang pena-nganannya di-limpah-kan ke Kejaksaan Agung dan Kepolisian. Tiga di antara pengutang yang tak mau bekerja sama itu kini tinggal di luar negeri. Mereka ada-lah Agus Anwar (Bank Pe-lita-I-stismarat), Marimutu Sini-vasan (Bank Putera Multikarsa), dan Lidia Muchtar (Bank Tamara).

BI Pertahankan Suku Bunga

TREN penurunan suku bu-nga tak jadi berlanjut. Ra-pat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Selasa pekan la-lu, memutuskan BI Rate te-tap d-ipertahankan pada level 12,50 persen. Suku bu-nga pa-tokan bank sentral itu tak jadi diturunkan karena se-panjang Mei lalu, tekanan terhadap kestabilan makro-ekonomi Indonesia mening-kat. Hal ini dipicu oleh ke-mungkinan ber-lanjutnya ke-bijaan moneter ketat bank sentral Amerika, the Federal Re-serve, dengan menaikkan suku bunga.

Akibatnya, terjadi a-liran m-o-dal keluar dari para pe-modal asing dalam ju-mlah c-ukup besar. Kurs rupiah pun longsor 5,1 per-sen se-pan-jang Mei lalu, dan kini mencapai Rp 9.400 per d-olar AS. Ancam-an lainnya, harga mi-nyak dunia masih mem-bu-bung. ”De-ngan memper-timbangkan berbagai per-kembangan itu, BI Rate tetap diperta-hankan,” kata Direk-tur Hu-bungan Masyarakat BI, Budi Mulya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus