Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjaminan Dikurangi
Pemerintah akan mengurangi jenis-jenis dana yang dijamin. Sementara selama ini seluruh dana pihak ketiga di perbankan dijamin sepenuhnya (blanket guarantee) oleh pemerintah, mulai 18 April mendatang tinggal simpanan nasabah dan pinjaman antarbank yang mendapat penjaminan. "Kita akan mengurangi penjaminan secara bertahap," kata Menteri Keuangan Yusuf Anwar, Rabu pekan lalu. Program penjaminan ini sudah dimulai sejak awal 1998 sebagai akibat krisis perbankan yang melanda Indonesia pada awal tahun itu.
Menurut Yusuf, pengurangan tersebut telah diatur dalam Keputusan Presiden No. 95/2004, yang mulai diberlakukan pada 18 Oktober silam. Keppres ini merupakan penjabaran Undang-Undang No. 24/2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Keputusan itu mengatur tahap-tahap pengurangan jenis dan besaran penjaminan dana perbankan. Enam bulan pertama sejak keppres itu diberlakukan, penjaminan masih dilakukan pemerintah dan seluruh kewajiban pembayaran bank umum dijamin. Enam bulan berikutnya, mulai April 2005, pemerintah hanya menjamin simpanan dan pinjaman antarbank.
Setahun setelah Keppres 95 diberlakukan, penjaminan akan diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Badan ini akan mengurangi penjaminan secara bertahap sehingga yang dijamin tinggal simpanan nasabah. Jumlahnya pun dibatasi hanya sampai Rp 100 juta. "Nasabah kecil pada umumnya kurang memiliki kemampuan mengetahui kesehatan bank," kata Yusuf. Jumlah nasabah kecil ini mencapai 98 persen. Itu sebabnya, simpanan mereka tetap dilindungi. Perlindungan nasabah secara terbatas ini jamak berlaku di mana saja, termasuk di Amerika Serikat.
Obligasi Pemerintah Kebanjiran
Surat utang negara agaknya tetap menjadi instrumen finansial yang sangat menarik. Lelang terakhir obligasi pemerintah senilai Rp 1,7 triliun mendapat animo investor sampai Rp 7,32 triliun atau kelebihan pesanan (oversubscribed) 4,3 kali. Ini merupakan rekor tertinggi sejak lelang surat utang negara digelar pada April silam. Lantaran itulah, pemerintah kemudian menaikkan jumlah nominal yang dimenangkan menjadi Rp 1,804 triliun. Penambahan itu dilakukan untuk menggenapkan target penerbitan obligasi pemerintah pada tahun ini senilai Rp 32,3 triliun.
Dengan imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang 10,27 persen, surat utang yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2011 itu memang sangat menarik. Dibandingkan dengan deposito atau sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi seri FR 0025 itu memang memberikan imbal hasil paling tinggi. Secara keseluruhan, kata Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara, Mulia P. Nasution, dari 10 kali lelang surat utang negara, yang sepi peminat hanya sekali, yakni pada Mei 2004. Selebihnya, selalu kebanjiran peminat. Ketika itu pemerintah meniadakan pemenang dan menunda lelang pada bulan berikutnya. "Kondisi pasar tidak memungkinkan," kata Mulia, Selasa pekan lalu.
Ekspor Naik Terus
Ekspor Indonesia pada Oktober 2004 mencapai US$ 7,27 miliar, naik 1,62 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang US$ 7,15 miliar. Secara kumulatif, ekspor dalam kurun waktu Januari-Oktober 2004 mencapai US$ 58,5 miliar, naik 15,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kepala Badan Pusat Statistik, Choiril Maksum, mengatakan peningkatan itu dipicu kenaikan ekspor nonmigas 3,13 persen dari US$ 5,68 miliar menjadi US$ 5,86 miliar.
Peningkatan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada ekspor perabot dan penerangan rumah sebesar US$ 103,4 juta. Sedangkan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah Jepang sebesar US$ 889,2 juta, Amerika Serikat US$ 835,7 juta, Singapura US$ 580 juta, dan Cina US$ 372,7 juta. "Peranan keempat negara ini mencapai hampir 50 persen dari seluruh ekspor bulan Oktober ini," kata Choiril. Dengan Jepang, Amerika, dan Cina, Indonesia masih mencatat surplus perdagangan yang lumayan besar.
Impor Indonesia pada Oktober 2004 juga masih menunjukkan kenaikan, meskipun angkanya mulai menurun. Pada bulan itu, impor Indonesia hanya naik 2,12 persen menjadi US$ 4,32 miliar pada Oktober dari US$ 4,23 miliar pada September. Secara kumulatif, impor Januari-Oktober 2004 mencapai US$ 37,8 miliar, naik 40,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 26,87 miliar. Menurut Choiril, kenaikan impor akibat meningkatnya impor nonmigas sebesar 5,75 persen dari US$ 3,09 miliar menjadi US$ 3,26 miliar. Dengan masih naiknya impor, kemungkinan besar ekspor Indonesia masih akan naik pada dua bulan tersisa pada tahun ini.
Inflasi Enam Persen
Tahun ini, angka inflasi Indonesia diperkirakan masih di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2004. Kepala Badan Pusat Statistik, Choiril Maksum, optimistis laju inflasi tahun ini akan jauh di bawah target APBN 2004 sekitar tujuh persen. Bahkan, angkanya tidak akan sampai enam persen. Prediksi Choiril didasarkan pada angka inflasi November 2004 yang 0,89 persen, sehingga secara keseluruhan selama Januari-November 2004 hanya 5,31 persen.
Menurut Choiril, berdasarkan pengalaman 2003, inflasi November adalah yang paling tinggi sepanjang tahun karena peningkatan permintaan pada bulan puasa dan Lebaran. "Artinya, bulan Desember nanti inflasi lebih kecil dari inflasi November," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu pekan lalu. Tahun lalu inflasi November 2003 mencapai 1,01 persen, sedangkan pada bulan berikutnya hanya 0,94 persen. Pola yang sama terjadi pada tahun 2002 dan 2001. "Kami perkirakan inflasi Desember akan lebih kecil dari 0,89 persen," ujarnya.
Harga BBM Akan Naik
Pemerintah mulai berani melepaskan diri dari lingkaran setan bernama subsidi bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono ini akan menaikkan harga BBM hingga 40 persen. Dengan begitu, subsidi BBM tahun depan dianggarkan cuma Rp 25 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahun ini yang mencapai lebih dari Rp 63 triliun. Namun, dalam sidang kabinet yang berlangsung Jumat pekan lalu, pemerintah belum menetapkan kapan kenaikan itu akan diberlakukan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, akibat harga minyak dunia yang terus tinggi, setiap bulan pemerintah harus merogoh kocek dalam-dalam hingga Rp 10 triliun hanya untuk subsidi itu. "Kita tak mungkin terus-menerus mempertahankan kebijakan populis seperti itu," kata Jusuf Kalla usai membuka diskusi gas sebagai alternatif energi yang diselenggarakan Tempo, Selasa pekan lalu.
Subsidi yang akan dicabut adalah subsidi untuk premium, solar, dan bahan bakar konsumen industri. Subsidi minyak tanah, yang banyak dikonsumsi rakyat kecil, dipertahankan. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menyiapkan enam skenario penurunan subsidi, yakni harga BBM tidak naik; hanya minyak bakar dan diesel yang naik; premium juga dinaikkan; bersama ketiga jenis BBM itu, sebagian solar akan dinaikkan; minyak tanah juga dinaikkan; dan semua jenis BBM tanpa kecuali harganya dinaikkan mengikuti harga pasar.
Anwar Ketua BPK
Anwar Nasution akhirnya disumpah menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Jumat pekan lalu, di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bekas Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia ini mengucapkan sumpah dalam upacara yang dipimpin Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan. Bersama Anwar, Abdullah Zainie dan lima anggota pimpinan BPK yang lain juga disumpah menjadi pimpinan BPK. Abdullah, yang sebelumnya menjadi Ketua Panitia Anggaran DPR, dikukuhkan menjadi Wakil Ketua BPK.
Ketujuh pimpinan BPK disumpah setelah Yudhoyono mengeluarkan Keputusan Presiden No. 185/M Tahun 2004 pada 19 Oktober silam. Pengambilan sumpah pimpinan BPK ini sempat tertunda setelah Dewan Perwakilan Daerah (DPD) meminta agar pengesahan pimpinan BPK tidak dilakukan karena pemilihannya tidak melibatkan DPD seperti diamanatkan dalam UUD 1945 yang sudah diamendemen. Sebelumnya, pemerintah Megawati juga tidak kunjung mengambil sumpah Anwar dkk. karena alasan yang sama. Namun, menjelang pemerintahannya berakhir, Megawati menyetujui hasil pemilihan DPR tersebut.
Gagal Seribu
Bursa Efek Jakarta gagal menorehkan rekor baru pekan lalu. Indeks bursa Jakarta, yang selama seminggu lalu "ngebut" menuju indeks seribu, akhirnya ditutup melemah 16,291 poin pada penutupan perdagangan Jumat lalu menjadi 981,407. Padahal, pada penutupan perdagangan Kamis sesi pagi, indeks sempat menyentuh angka 100,221, sebelum akhirnya ditutup pada angka 997,698.
Sebelum terjerembap sampai 981,407 poin, para pelaku pasar yakin bahwa indeks akan mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Namun, ternyata indeks malah turun lumayan drastis. Para analis berpendapat bahwa banyak investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena kenaikan indeks sampai Kamis lalu sudah dianggap terlalu tinggi. Selama empat hari itu, indeks sudah naik 3,4 persen. Saham-saham unggulan yang turun antara lain Gudang Garam, HM Sampoerna, Telkom, dan Semen Gresik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo