Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gurihnya Bisnis Umrah Saat Ramadan

Jemaah umrah Indonesia membesar di bulan Ramadan. Memiliki potensi ekonomi tinggi yang belum dimanfaatkan di Tanah Air. 

7 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jumlah peziarah umrah di bulan Ramadan terus meningkat dari tahun ke tahun.

  • Jemaah mengincar akomodasi untuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

  • Umrah mandiri kian marak dan meresahkan pengusaha travel.

TAHUN ini, Ricky Nugraha menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadan di Tanah Suci Mekah. Di sana, pria 34 tahun ini menunaikan umrah bersama ibu dan kakak perempuannya. Ricky, yang berangkat dari Jakarta pada 31 Maret 2024, menjalankan rangkaian ibadah umrah mulai 1 April dan kembali ke Indonesia pada 13 April 2024. “Tadinya mau berangkat lebih awal, tapi terlambat daftar," kata staf digital strategist sebuah perusahaan di Jakarta ini pada 25 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk berangkat ke Tanah Suci, Ricky dan keluarganya memakai jasa biro travel umrah Wisata Halal di Tangerang Selatan, Banten, milik kenalan kakaknya. Awalnya Ricky merencanakan dua kali ibadah umrah, yang pertama buat dirinya dan kedua untuk “badal” mendiang ayahnya. Rupanya, rencana Ricky tak selaras dengan kebijakan pemerintah Arab Saudi tahun ini. “Arab Saudi membatasi satu anggota jemaah melaksanakan satu umrah selama Ramadan,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keberangkatan Ricky bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadan sehingga paket yang ia ambil adalah Umroh Itikaf Mekkah. Wisata Halal membuka program ini untuk 42 peziarah umrah. Dalam paket ini, setiap anggota jemaah harus membayar Rp 39,9 juta untuk perlengkapan umrah, tiket pesawat, visa umrah, kamar hotel bintang tiga selama 10 malam di Mekah dan dua malam di Madinah, transportasi bus privat, serta jasa mutawif dan pemandu tur.

Dengan fasilitas serupa, harga yang harus dibayar Ricky lebih mahal daripada biaya umrah awal Ramadan yang ditawarkan Wisata Halal. Misalnya, untuk keberangkatan pada 5-13 Maret 2024, biayanya Rp 27,9 juta.

Jemaah umrah asal Indonesia berswafoto dengan latar belakang Jabal Rahmah di Mekkah, Arab Saudi, Desember 2022. Antara/Muhammad Iqbal

Penawaran paket khusus berikut harga yang lebih mahal adalah hal lumrah saat Ramadan. Manajer Chatour Travel, Haykal Rafsanjany, mengatakan harga paket umrah Ramadan bervariasi dari Rp 33,5 juta hingga Rp 54 juta. “Sedangkan umrah reguler atau bulan biasa mulai Rp 25 juta,” katanya. Para calon anggota jemaah, menurut Haykal, sudah mengetahui adanya kenaikan permintaan saat Ramadan. Karena itu, mereka biasanya memesan paket umrah dua atau tiga bulan sebelum keberangkatan.

Ada faktor selain permintaan yang mempengaruhi biaya umrah. “Ada pengaruh inflasi dan biaya operasional yang meningkat," ucap Haykal. Beban terberat ongkos umrah, menurut dia, adalah harga tiket pesawat dengan proporsi 55-60 persen dari total biaya. 

Berbeda dengan Chatour Travel, Ventour, biro travel umrah dan haji di bawah PT Ventura Semesta Wisata, sudah menyiapkan paket umrah Ramadan empat bulan sebelumnya. Konsultan travel Ventour, Natasya, mengatakan harga yang makin tinggi mendekati akhir Ramadan tak menyurutkan permintaan peziarah. “Justru makin banyak yang ingin melaksanakan umrah sekaligus iktikaf,” ujarnya. “Bahkan ada permintaan paket sebulan penuh selama Ramadan sampai Idul Fitri.”

Ventour menyediakan empat program umrah saat Ramadan tahun ini, yaitu perjalanan 11 hari dengan keberangkatan pada 13 Maret, paket reguler 9 hari dengan keberangkatan pada 16 Maret, program Ramadan 10 hari sejak 17 Maret, dan program Lailatul Qadar selama 15 hari dengan keberangkatan pada 31 Maret. “Sebulan sebelum Ramadan sudah full booked.” Tahun ini Ventour mencatatkan peningkatan jumlah anggota jemaah dari 213 orang pada 2023 menjadi 231 orang.

Selama Ramadan tahun ini, PT Madani Prabu Jaya atau Madani Tour mencatatkan lonjakan jumlah permintaan sampai 15 persen. Madani Tour cabang Surabaya memberangkatkan 120-150 peziarah yang terbagi menjadi empat kali keberangkatan. Padahal, menurut Chief Financial Officer Madani Tour Nor Daniah Assegaf, perbandingan tarif umrah saat Ramadan hampir dua kali lipat ongkos bulan biasa. “Dari Rp 35 juta hingga Rp 52 juta, bulan biasa Rp 30 juta,” ucapnya.

Petugas di kantor biro perjalanan umrah Madani Tour, di Surabaya, 28 Maret 2024. Tempo/Aris Novia Hidayat

Meski biayanya lebih mahal, masyarakat tetap tertarik berumrah saat Ramadan. Menurut Daniah, mereka merasa ada sejumlah keistimewaan, seperti nilai pahala yang lebih tinggi dan atmosfer spiritual yang lebih khusyuk. "Permintaan paling tinggi itu umrah di 10 hari terakhir Ramadan, dengan harapan mengejar malam Lailatulqadar,” katanya.

Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia Farid Aljawi mengatakan banyak faktor yang membuat ongkos umrah makin mahal mendekati Idul Fitri. “Permintaannya makin tinggi dan harga pesawat serta hotel makin mahal,” tuturnya pada 27 Maret 2024.

Presiden Direktur Biro Haji dan Umrah Jejak Imani, Muhammad Rizaldy, mengatakan, seusai masa pandemi Covid-19, jumlah peziarah umrah terus meningkat drastis. “Sebelumnya kami memberangkatkan satu grup sebulan, kini bisa 15 grup sebulan,” katanya pada 18 Maret 2024. Tahun ini, Jejak Imani akan memberangkatkan 8.000 peziarah umrah. “Biaya bulan Ramadan sebenarnya lebih tinggi daripada bulan lain dan jemaah juga tumpah ruah,” ucap Rizaldy.

Toh, kondisi itu tak membuat permintaan umrah saat Ramadan surut. Menurut Rizaldy, faktor pendorongnya antara lain hadis riwayat Imam Bukhari yang menyebutkan umrah saat Ramadan senilai dengan haji dan berumrah di bulan puasa seperti berhaji bersama Nabi Muhammad SAW. Dengan target pasar kelas menengah ke atas, Jejak Imani mengutamakan berbagai fasilitas spesial, termasuk ustad pembimbingnya. “Berumrah beda dengan berwisata, ada nilai ibadahnya sehingga jangan sampai ibadah itu bermasalah atau tidak sempurna.”

•••

SEMENJAK pemerintah Arab Saudi membuka kembali gerbang untuk perjalanan haji dan umrah seusai masa pandemi Covid-19, terjadi lonjakan jumlah anggota jemaah asal Indonesia di Tanah Suci. Berdasarkan laporan penyelenggara perjalanan ibadah umrah pada 2023, ada 1,368 juta anggota jemaah, naik dari jumlah pada 2022 yang mencapai 1,006 juta. Di masa pandemi 2020 dan 2021, jumlah peziarah hanya 253 ribu dan 2.603 orang. 

Pada Ramadan tahun lalu, jumlah anggota jemaah per hari mencapai 2.671. Kenaikan terjadi pada 10 hari terakhir menjelang Ramadan, yakni mencapai 5.000 peziarah per hari. Sedangkan pada tahun ini, menurut data sementara yang diperoleh Kementerian Agama per 11-20 Maret 2024, rata-rata ada 2.623 anggota jemaah per hari. “Sebetulnya jumlah sebelum Ramadan bisa lebih tinggi, tapi ada kelompok masyarakat yang memang preferensinya berangkat di bulan Ramadan," tutur Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief. 

Awal April 2024, Badan Pusat Statistik melaporkan jumlah wisatawan nasional yang melakukan perjalanan ke luar negeri pada Februari 2024 sebanyak 622.150. Jumlah perjalanan ke Arab Saudi naik 16,05 persen dari bulan sebelumnya. Menurut pelaksana tugas Kepala BPS, Amalia Widyasanti, kenaikan ini didorong oleh perjalanan umrah. Amalia mengatakan kemungkinan besar akan ada peningkatan jumlah kunjungan ke Arab Saudi pada Maret 2024.

Sedangkan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Taufiq al-Rabiah pada awal Januari 2024 mengumumkan jumlah orang yang telah menunaikan ibadah umrah sepanjang 2023 mencapai 13,55 juta, naik 58 persen dibanding sebelum masa pandemi pada 2019. “Angka ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah jemaah umrah luar negeri,” ucapnya. Data yang dilaporkan Saudi Gazette pada Senin, 25 Maret 2024, menyebutkan saat ini ada 1 juta orang dari seluruh dunia yang memadati Masjid Al-Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah untuk menghabiskan 10 malam terakhir Ramadan.

Dosen antropologi agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi, mengatakan ledakan jumlah peziarah umrah ini berkaitan dengan fasilitas ibadah yang makin menyenangkan. Dia memberi contoh maskapai penerbangan yang menawarkan penerbangan langsung tanpa transit sehingga perjalanan peziarah lebih cepat. Ada pula layanan hotel berbintang lima dan berbagai fasilitas lain. Ini berbeda dengan cerita dengan masa lalu, ketika anggota jemaah haji dan umrah harus meninggalkan Tanah Air selama berbulan-bulan. 

Perubahan itu, menurut Dadi, turut menggeser kultur masyarakat Mekah saat ini. Dulu, dia menerangkan, Mekah diistimewakan lantaran warganya sangat baik dan terbuka kepada pendatang. “Pernah ada larangan kepada orang Mekah untuk memungut biaya dari pendatang yang bermukim di rumahnya,” ujar Dadi.

Kini biaya umrah pun makin mahal karena para penyelenggara jasa perjalanan berebut fasilitas. Dadi memberi contoh, kamar-kamar hotel sudah dipesan oleh banyak perusahaan penyedia jasa perjalanan. Bahkan ada perusahaan yang menjual jatahnya kepada perusahaan lain dengan harga berlipat. “Setahun sebelum musim haji, sudah dibeli perusahaan A, nanti dijual lagi ke perusahaan B,” tuturnya. "Banyak perusahaan yang menjadi middle man."

Kementerian Agama mencatat rata-rata setiap tahun lebih dari sejuta peziarah umrah berangkat dari Tanah Air. Dari data tersebut, industri umrah Indonesia diperkirakan memiliki nilai paling sedikit Rp 30 triliun per tahun, dengan asumsi setiap anggota jemaah merogoh kocek hingga Rp 30 juta. Angka itu bakal jauh lebih tinggi karena belum termasuk pengeluaran untuk belanja lain. 

Sayangnya, menurut Dadi, pemerintah belum bisa memanfaatkan potensi ekonomi kegiatan umrah yang cukup besar setiap tahun secara optimal. Dia mengatakan semua potensi ekonomi yang besar dari umrah masuk ke Arab Saudi. “Padahal kita seharusnya berpikir untuk bisa mendapatkan sesuatu, misalnya dengan memasok produk makanan olahan, oleh-oleh. Tidak hanya untuk melayani jemaah kita, tapi juga jemaah negara lain,” katanya.

Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Farid Aljawi menyambut baik jika ada inisiatif pemerintah atau pelaku usaha lokal untuk melayani kebutuhan jemaah Indonesia yang punya nilai ekonomi tinggi. Namun, dia mengungkapkan, ada hambatan untuk mewujudkan hal itu. “Regulasi di sana tidak mendukung."

•••

BERBEDA dengan peziarah umrah lain yang berangkat bersama agen perjalanan, Yerisa Fajrina merancang sendiri rencana ibadahnya ke Tanah Suci. Tahun lalu, ibu rumah tangga 36 tahun ini berangkat umrah bersama suaminya. Yerisa berangkat pada 16 Maret dan kembali ke Tanah Air sepuluh hari kemudian. Ketika itu dia mendapat tiket pesawat pulang-pergi seharga Rp 5 juta per orang. “Hampir setengah harga," ujarnya pada 19 Maret 2024. 

Proses perjalanan umrah mandiri ini diawali dengan pencarian tiket pesawat menuju Jeddah. Setelah mendapatkan tiket, Yerisa dan suaminya mencari informasi tentang umrah mandiri di grup Facebook. Dari sana, mereka lantas mendaftarkan diri ke biro travel umrah Al Bayt Wisata Universal yang melayani permintaan orang yang sudah mengantongi tiket pesawat sendiri. “Mereka membantu mengurus visa, menyediakan hotel dan transportasi selama di Mekah-Madinah," ucapnya.

Total Yerisa mengeluarkan dana Rp 17 juta untuk perjalanan umrah saat itu. Biro travel, menurut dia, mematok harga layanan Rp 12 juta per orang karena jadwal keberangkatannya masih pada pertengahan Ramadan. “Kalau berangkat pada sepuluh hari terakhir Ramadan, harganya beda lagi.”

Pelaku perjalanan umrah mandiri kian banyak. Banyak orang yang memilih berumrah tanpa agen travel untuk memangkas biaya, juga agar lebih leluasa mengatur perjalanan. Dorongan kian kuat karena tahun lalu pemerintah Arab Saudi membuka akses ibadah umrah dengan visa turis yang permohonannya bisa diajukan secara online lewat aplikasi Nusuk. Pemilik visa transit juga bisa berumrah asalkan menggunakan maskapai penerbangan Arab Saudi.

Padahal umrah mandiri sebetulnya dilarang pemerintah. Pasal 86 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menetapkan perjalanan umrah dapat dilakukan secara perseorangan ataupun berkelompok melalui penyelenggara perjalanan ibadah. Aturan itu, menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief, dibuat untuk memberi perlindungan kepada anggota jemaah.

Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementrian Agama, Hilman Latief, di Jakarta, 19 Maret 2024. Tempo/Febri Angga Palguna

Hilman mengatakan pihak yang memanfaatkan kesempatan berumrah mandiri biasanya mereka yang sudah punya pengalaman dan pengetahuan. “Yang dari desa, majelis taklim, rata-rata masih pakai agen perjalanan. Tapi bukan berarti semua aman dari masalah yang mungkin terjadi,” tuturnya. Pendaftaran umrah melalui agen perjalanan, menurut Hilman, juga mempermudah pendataan. “Akan mudah untuk segera ditangani kalau sesuatu terjadi di sana." 

Meski begitu, ada dugaan aktivitas umrah mandiri bakal merusak bisnis penyelenggara perjalanan umrah. Hilman mengatakan saat ini perusahaan jasa perjalanan haji dan umrah sedang kembali menata bisnisnya setelah digebuk pagebluk. Seusai masa pandemi, kata dia, ada banyak usaha travel umrah yang tutup lantaran tak kuat menanggung kerugian akibat larangan perjalanan selama dua tahun. Pada 2021, ada 60 ribu orang yang batal berangkat umrah. “Padahal biro travel sudah bayar pesawat, hotel, katering,” ucapnya.

Melihat tren ini, perusahaan agen perjalanan umrah Madani Tour berinovasi dengan menawarkan paket perjalanan menarik bagi masyarakat. Chief Financial Officer Madani Tour Nor Daniah Assegaf mengatakan sedang menyiapkan program untuk pelaku umrah mandiri. Menurut Daniah, pelaku umrah mandiri menghendaki fleksibilitas anggaran dan akomodasi. "Tujuannya, memberikan pilihan akomodasi kepada pelanggan agar tetap nyaman selama umrah," katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Caesar Akbar dan Hanaa Septiana dari Surabaya berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Berkah Rupiah Jemaah Umrah"

Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus