Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS menyatakan, berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,66 miliar sepanjang November 2019. Angka itu meningkat 16,13 persen secara bulanan (mtm) atau sebesar US$ 231,7 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Impor barang konsumsi tersebut paling banyak terjadi untuk komoditas Apel dan Jeruk Mandarin dari Cina serta white refine sugar dari Thailand," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat mengelar konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin 16 Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati secara presentase cukup besar, secara nilai impor barang konsumsi tersebut masih lebih kecil dibandingkan impor bahan baku atau bahan penolong dan impor barang modal. Namun, kedua kategori impor tersebut sama-sama mencatatkan kenaikan.
Impor bahan baku misalnya mengalami kenaikan sebesar 2,63 persen menjadi US$ 11,16 miliar atau naik US$ 286,5 juta. Sedangkan impor barang modal mengalami kenaikan sebesar 2,58 persen menjadi US$ 2,50 miliar atau naik sebesar US$ 62,9 juta.
BPS mencatat, posisi impor sepanjang November 2019 mengalami kenaikan sebesar 3,94 persen atau US$ 581,1 juta menjadi US$ 15,34 miliar secara bulanan. Namun, dibandingkan November 2018, angkanya menurun 9,24 persen.
Suhariyanto menjelaskan kenaikan posisi impor tersebut terjadi baik untuk impor minyak dan gas (migas) maupun impor non migas. "Impor meningkat dipicu naikknya seluruh komponen migas, mulai dari minyak mentah, hasil minyak dan gas," ujar dia.
Menurut catatan BPS, nilai impor migas tercatat naik sebesar 21,60 persen menjadi US$ 379,1 juta. Sedangkan impor non migas juga naik sebesar 1,55 persen menjadi US$ 202 juta.
Adapun dilihat per komponen, impor minyak mentah (ICP) tercatat mengalami kenaikan paling signifikan sebesar 84,15 persen menjadi US$ 302,2 juta. Impor hasil minyak meningkat 5,82 persen menjadi US$ 68,7 juta dan gas meningkat 3,81 persen menjadi US$ 8,2 juta.
Secara kumulatif, total impor sepanjang Januari-November 2019 justru menurun sebesar 9,88 persen menjadi US$ 17,12 miliar dibandingkan pada periode yang sama 2018. Adapun penurunan tersebut, terjadi baik untuk impor migas dan non migas masing-masing 29,06 persen dan 6,21 persen.
DIAS PRASONGKO