DI Filipina, pohon itu dinamai Hanga. Buahnya, sepanjang sekitar
5 cm, bergerombol di ranting-ranting seperti kopi. Penduduk
pribumi di Provinsi Kalinga-Apayao, sekitar 400 km dari Manila,
sudah lama memanfaatkan buah itu untuk mengobati sakit perut dan
bengkak akibat gigitan serangga. Bahkan dipakai mereka pula
sebagai bahan baku penerangan.
Ketika dilakukan tes kimia, buah Hanga diketahui mengandung 16%
alkohol murni. Jika dipijit, buah itu akan mengeluarkan semacam
getah, yang mudah dibakar dan menimbikin, nyala biru. Adalah
Juan Liwag, guru suatu sekolah, yang pertama kalinya (1974)
memperkenalkan kelebihan pohon Hanga kepada Biro Tanaman
Industri Filipina. Karena waktu itu harga minyak bumi (crude
oil) masih murah, keunggulannya tak diacuhkan.
Tapi kini Hanga ditengok kembali dengan penuh perhatian,
sebagai salah satu sumber energi pengganti, sesudah harga minyak
bumi makin tak terkejar. Ia mempunyai sejumlah kelebihan
dibanding alkohol yang dihasilkan dari produk pertanian lain.
Ketimbang alkohol dari tebu atau ubi misalnya, pengolahan buah
Hanga bisa lebih sederhana dan tak memakan ongkos banyak. Untuk
kebutuhan rumah tangga dan penerangan, alkohol dari buah Hanga
bisa diperoleh tanpa melewati suatu proses apa pun.
Banyak Menguap
Pohon Hanga kemudian diketahui bisa tumbuh subur di daerah yang
mempunyai ketinggian 32 sampai 658 m dengan temperatur 70ø
sampai 80ø F. Selain di Kalinga Apayao, pohon Hanga ternyata juga
tumbuh subur di kawasan Laguana (sebelah selatan Manila), di
Pegunungan (sejuk) Benguet, Isabela (Luzon Utara), Albay (Luzon
Tenggara), Cotabato Utara di Mindanao dan Pulau Samar. Ia mulai
berbuah setelah berusia tiga tahun -- dan berbunga setiap tahun
tiga kali. Dalam setiap musim, setiap pohon mampu menghasilkan
15 kg buah.
"Pengaruh komersial pohon itu tak akan terukur," kata Rene
Mondragon, seorang pejabat Biro Tanaman Industri seperti dikutip
Tbe' Straits Times. Di sejumlah stasiun percobaan milik biro
itu, pohon tadi masih terus diamati. "Kami masih tetap
mengadakan percobaan, dan terlalu pagi untuk mengatakan buah
Hanga akan mampu menyumbang seluruh kebutuhan energi Filipina,"
lanjut Mondragon. "Tapi kami percaya buah Hanga akan banyak
membantu."
Filipina kini masih mengimpqr sekitar 85% dari seluruh
kebutuhannya akan minyak bumi. Dalam usaha mengurangi
ketergantungan akan minyak bumi itu, Komisi Alkohol Nasional
Filpina (PNAC), tahun lalu memperkenalkan Alcogas (campuran
alkohol tebu dan bensin) ke pasaran. Tapi para penanam tebu di
Pulau Negros menentang upaya pembuatan Alcogas yang menggunakan
tebu sebagai bahan bakunya. Sedang pemilik kendaraan mengeluh
karena bahan bakar itu terlalu banyak menguap dalam
pemakaiannya. Mereka juga sering menghadapi problem mekanik.
"Jauhkan kami dari Alcogas, " bunyi sticker sejumlah pemilik
kendaraan yang memprotes.
Tapi PNAC terus memberi penerangan akan kelebihan bahan bakar
itu, sambil tak lupa mendirikan sejumlah bengkel. Jika
masyarakat mau menerima Alcogas, kebutuhan akan Bahan Bakar
Minyak (BBM) Filipina diharapkan akan berkurang sekitar 20%
tahun 1985 kelak. Namun program itu mendapat tentangan
masyarakat. Karenanya kini pemerintah juga memperkenalkan
Cocodiesel, campuran 30% minyak kelapa dan 70% bensin. Baik
alkohol murni maupun minyak kelapa murni sudah pernah digunakan
sebagai bahan campuran dalam Perang Dunia II di Filipina. Buat
sementara hanya kendaraan militer saja yang menggunakan
Cocodiesel.
Kini Alcogas nnaupun Cocodiesel dianggap tak ekonomis, tapi para
pejabat PNAC percaya kedua jenis bahan bakar pengganti itu akan
penting artinya di masa depan. Mereka juga yakin buah Hanga akan
bisa diandalkan. Sudah 8.000 bibit pohon Hanga, sejak Februari
sarnpai Mei, ditanam PNAC untuk kelak dijual secara komersial.
Permintaan akan bibit itu konon sudah pula meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini