Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Buah hanga dari kalinga

Buah hanga yang mengandung 16% alkohol murni dihaharapkan oleh filifina sebagai salah satu sumber energi pengganti minyak bumi. permintaan akan bibit itu sudah mulai meningkat.

18 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Filipina, pohon itu dinamai Hanga. Buahnya, sepanjang sekitar 5 cm, bergerombol di ranting-ranting seperti kopi. Penduduk pribumi di Provinsi Kalinga-Apayao, sekitar 400 km dari Manila, sudah lama memanfaatkan buah itu untuk mengobati sakit perut dan bengkak akibat gigitan serangga. Bahkan dipakai mereka pula sebagai bahan baku penerangan. Ketika dilakukan tes kimia, buah Hanga diketahui mengandung 16% alkohol murni. Jika dipijit, buah itu akan mengeluarkan semacam getah, yang mudah dibakar dan menimbikin, nyala biru. Adalah Juan Liwag, guru suatu sekolah, yang pertama kalinya (1974) memperkenalkan kelebihan pohon Hanga kepada Biro Tanaman Industri Filipina. Karena waktu itu harga minyak bumi (crude oil) masih murah, keunggulannya tak diacuhkan. Tapi kini Hanga ditengok kembali dengan penuh perhatian, sebagai salah satu sumber energi pengganti, sesudah harga minyak bumi makin tak terkejar. Ia mempunyai sejumlah kelebihan dibanding alkohol yang dihasilkan dari produk pertanian lain. Ketimbang alkohol dari tebu atau ubi misalnya, pengolahan buah Hanga bisa lebih sederhana dan tak memakan ongkos banyak. Untuk kebutuhan rumah tangga dan penerangan, alkohol dari buah Hanga bisa diperoleh tanpa melewati suatu proses apa pun. Banyak Menguap Pohon Hanga kemudian diketahui bisa tumbuh subur di daerah yang mempunyai ketinggian 32 sampai 658 m dengan temperatur 70ø sampai 80ø F. Selain di Kalinga Apayao, pohon Hanga ternyata juga tumbuh subur di kawasan Laguana (sebelah selatan Manila), di Pegunungan (sejuk) Benguet, Isabela (Luzon Utara), Albay (Luzon Tenggara), Cotabato Utara di Mindanao dan Pulau Samar. Ia mulai berbuah setelah berusia tiga tahun -- dan berbunga setiap tahun tiga kali. Dalam setiap musim, setiap pohon mampu menghasilkan 15 kg buah. "Pengaruh komersial pohon itu tak akan terukur," kata Rene Mondragon, seorang pejabat Biro Tanaman Industri seperti dikutip Tbe' Straits Times. Di sejumlah stasiun percobaan milik biro itu, pohon tadi masih terus diamati. "Kami masih tetap mengadakan percobaan, dan terlalu pagi untuk mengatakan buah Hanga akan mampu menyumbang seluruh kebutuhan energi Filipina," lanjut Mondragon. "Tapi kami percaya buah Hanga akan banyak membantu." Filipina kini masih mengimpqr sekitar 85% dari seluruh kebutuhannya akan minyak bumi. Dalam usaha mengurangi ketergantungan akan minyak bumi itu, Komisi Alkohol Nasional Filpina (PNAC), tahun lalu memperkenalkan Alcogas (campuran alkohol tebu dan bensin) ke pasaran. Tapi para penanam tebu di Pulau Negros menentang upaya pembuatan Alcogas yang menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Sedang pemilik kendaraan mengeluh karena bahan bakar itu terlalu banyak menguap dalam pemakaiannya. Mereka juga sering menghadapi problem mekanik. "Jauhkan kami dari Alcogas, " bunyi sticker sejumlah pemilik kendaraan yang memprotes. Tapi PNAC terus memberi penerangan akan kelebihan bahan bakar itu, sambil tak lupa mendirikan sejumlah bengkel. Jika masyarakat mau menerima Alcogas, kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) Filipina diharapkan akan berkurang sekitar 20% tahun 1985 kelak. Namun program itu mendapat tentangan masyarakat. Karenanya kini pemerintah juga memperkenalkan Cocodiesel, campuran 30% minyak kelapa dan 70% bensin. Baik alkohol murni maupun minyak kelapa murni sudah pernah digunakan sebagai bahan campuran dalam Perang Dunia II di Filipina. Buat sementara hanya kendaraan militer saja yang menggunakan Cocodiesel. Kini Alcogas nnaupun Cocodiesel dianggap tak ekonomis, tapi para pejabat PNAC percaya kedua jenis bahan bakar pengganti itu akan penting artinya di masa depan. Mereka juga yakin buah Hanga akan bisa diandalkan. Sudah 8.000 bibit pohon Hanga, sejak Februari sarnpai Mei, ditanam PNAC untuk kelak dijual secara komersial. Permintaan akan bibit itu konon sudah pula meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus