Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

1200 km dengan alkohol

Mahasiswa univ. brawijaya melakukan uji coba menggunakan bahan bakar bensin dengan campuran 10% alkohol untuk penelitian selanjutnya akan mendapat bantuan dari menteri negara ristek.

18 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAGI itu sekitar 30 sepeda motor meninggalkan kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) di Malang, Jawa Timur. Sebagian terbesar pengendaranya mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Universius itu. Mereka menempuh perjalanan selama 5 hari, melintasi koea Blitar, Tulungagung, Madiun, Sala, Yogyakarta, Magelang, Ambarawa dan kembali lagi ke Malang. Perjalanan 1.200 km itu bukan sekedar acara parawisata, melainkan suatu uji-coba yang unik, setidaknya buat Indonesia. Separuh kendaraan bermotor itu menggunakan bensin dengan campuran 10% alkohol sebagai bahan bakar. Gagasan mengadakan penelitian itu timbul dari Ir. Imam Zaky dan Ir. Handono Sasmito, keduapya dosen di Fakultas Teknik itu. "Minat itu timbul sejak saya baca buku dari BPPT," ujar Zaki kepada TEMPO pekan lalu. Buku itu yang diterbitkan BPPT (Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi) menguraikan rencana mengembangkan penelitian alkohol sebagai kemungkinan diversifikasi bahan bakar minyak. Kurang Menanggapi Kedua dosen itu -- dibantu Ir. Hamid Bachri, Ketua Laboratorium Percobaan Mesin dan Ir. Made Gunadiarta, Ketua Laboratorium Mesin Pendingin -- semula menyusun usulan proyek penelitian itu. Ini kemudian disampaikan kepada Ir. Wardiman Djojonegoro, Asisten I Menteri Negara Riset dan Teknologi. Wardiman di BPPT juga memimpin Proyek Penelitian Alkohol "Mula-mula ia kurang menanggapi gagasan kami," tutur Zaky. "Tapi akhirnya mendukung juga." Pejabat BPPT itu bahkan kemudian memberi ceramah di Unibraw tentang Program Alkohol di Indonesia. Setelah mereka mendapat dukungan BPPT itu, sponsor lain juga tidak ketinggalan, terEnasuk pihak Pemda Kodya Malang dan beberapa perusahaan swasta. Degan biaya Rp 26 juu, program peneliian dimulai. Tahap pertama, stational test, menjalankan mesin dalam keadaan berhenti, untuk mengetahui pemakaian gasohol (campuran bensin dengan alkohol) dibanding 100% bensin. Kemudian, road test, menguji kendaraan itu di jalan raya. Gasohol dipakai pada 15 sepeda motor, sedang 15 lainnya diisi bensin biasa. "Dengan begitu kami dapat perbandingan langsung," ujar Sasmito yang pernah belajar di Konsruktive Maschinenbau Technische Universitat, Berlin Barat. Percobaan itu mempergunakan sepeda motor merk Honda dari tipe CB 100, CB 125, CG 100, CG 125, GL 100 dan GL 125. Semua kendanan keluaran antara tahun 1975 dan 1980. "Selain efisien dalam pemakaian bahan bakar, juga pembakarannya tak menimbulkan kepulan asap," ujar seorang mahasiswa yang ikut percobaan itu. Dalam perjalanan itu terbukti lebih sukar men-start kendanan yang menggunakan gasohol dalam keadaan dingin. "Umumnya pengemudi mengatasinya dengan menutup choke," cerita Zaky. Kekurangan ini juga terjadi dalam keadaan mesin itu panas, meski tidak sesering bila dalam keadaan dingin. Pada kecepatan konstan kendaraan berbahan bakar gasohol sering ragu jika ditambah kecepatannya. Juga timbul guncangan pada kecepatan konsun 70 km per jam. Tapi hal ini pun bisa diatasi dengan memperkaya bahan bakar dalam karburator. "Tapi ini juga meningkatkan pemakaian minyak lumas," ujar Zaky. Di daerah Pujon Batu, pada jalan tanjakan dan turun, sengaja dua kendaraan diadu kecepatannya. Yang satu menggunakan gasohol dan lainnya bensin. "Yang gasohol ternyata punya kecepatan lebih tinggi sedikit," tutur Zaky. "Karena pembakarannya cepat panas."Tapi rupanya 'kendaran gasohol" itu harus selalu diperkaya bahan bakar agar mampu menarik kecepatan. Dari 30 kendaraan itu, satu mengalami modifikasi pada mesinnya. Mesin sebuah Honda tipe GL diganti dengan mesin rancangan fakultas sendiri. Kompresi pada mesin ini lebih besar dan hasilnya jelas terlihat karena lebih cepat berakselerasi. "Ini berarti perlu mengubah besarnya perbandingan kompresi mesin jika memakai gasohol," ujar Zaky. Dari percobaan dengan mesin yang tidak dimodifikasi, ternyata pemakaian gasohol jelas kurang menghasilkan daya efektif. "Untuk mengatasi kekurangan ini bahan bakar harus diperkaya," ujar Zaky. "Ini berarti bertambahnya pemakaian bahan bakar spesifik." Juga yang menggunakan gasohol cenderung baru bertenaga jika puuran mesin tinggi. Pada komponen mesin yang kurang kaya bahan bakarnya, pengaruhnya memberikan warna kecokelatan pada ruang bakar. Pada yang diperkaya, warnanya keputih-putihan. Juga terjadi korosi berbentuk bintik-bintik yang menyumbat tabung karburator dan terdapat sisa air berwarna kecokelatan pada dasar karburator. "Sejauh ini semua tak menyebabkan kerusakan," ujar Zaky. Perjalanan uji-coba kedua konon akan segera menyusul, dengan campuran 20% alkohol. Jerih payah 88 tenaga dari Fakutas Teknik Mesin itu cukup mendapat sambutan. Bahkan untuk keperluan penelitian lebih lanjut, Menteri Negara Ristek, Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie, akan menyumbangkan dua mobil VW Passat dan 15 sepeda motor Honda semuanya bermesin yang dirancang untuk pemakaian gasohol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus