Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Cara Dokter Tirta Siapkan Talangan Agar Tak Potong Gaji Karyawan Saat Pandemi

Dokter Tirta mengungkap rahasia sukses berbisnis pada masa pandemi. Di antaranya menyiapkan dana talangan.

27 Oktober 2020 | 08.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dr. Tirta, influencer, dokter, dan pengusaha sepatu lokal memberi keterangan soal undangan BNPB. Instagram.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Semarang - Dokter sekaligus "influencer" Tirta Mandira Hudhi atau akrab dengan sebutan Dokter Tirta mengungkap rahasia sukses berbisnis. Salah satunya dengan merangkul pegawai yang 50 persen di antaranya merupakan anak jalanan.

"Saya menemukan kesenangan tersendiri ketika pegawai dapat duit dari situ (usaha yang dimilikinya), apalagi sebagian dari mereka sebelumnya merupakan kaum marginal," kata pemilik tempat cuci sepatu Shoes and Care ini saat menjadi salah satu narasumber pada acara bincang bisnis sebagai rangkaian kegiatan "UKM Virtual Expo" yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah di Semarang, Senin, 26 Oktober 2020.

Ketika tidak sedikit pengusaha terpaksa memotong upah karyawannya dan menunda pemberian tunjangan hari raya (THR), pria lulusan Fakultas Kedokteran (FK) UGM ini mengklaim tidak sedikitpun melakukan pemotongan.

"Pelaku usaha itu butuh dana talangan. Saya tidak pernah mengurangi gaji, sedikitpun tidak ada potongan gaji, THR lancar bahkan H-7 sudah saya berikan. Ini karena saya selalu menyisihkan 10 persen dari omzet setiap bulan untuk digunakan sebagai dana talangan. Selama pandemi dana talangan ini yang digunakan untuk menggaji mereka," kata relawan Covid-19 ini.

Bahkan, menurutnya, karyawan adalah "stakeholder" atau mitra paling kuat dalam perusahaan.

"Selama ini kesalahan paling besar pebisnis muda adalah mengambil laba terlalu besar lalu dibuat profit pibadi, sebetulnya ini salah. Ini menimbulkan kecemburuan sosial antara 'owner' (pemilik) dengan pegawai. Misalnya pegawai gaji Rp 2,5 juta, padahal dia sudah totalitas tapi gaji tidak naik-naik, besoknya 'owner' beli mobil mewah. Ini membuat pekerja marah, akhirnya terjadi boikot, frontal," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi, dia menyarankan pemilik usaha memberdayakan pegawai dan merangkul mereka. "Dengan begitu kamu (pemilik usaha) akan menjadi pemimpin yang baik," katanya.

Selain memberdayakan pegawai, menurutnya, pemilik usaha juga harus memiliki "financial plan" atau perencanaan keuangan yang baik, termasuk biaya listrik, rugi, dana talangan, riset dan pengembangan, biaya sewa tempat usaha, hingga keberadaan kompetitor.

"Jangan yang penting niat, perkaya juga kekuatan pikiranmu, belajar 'financial plan' yang bagus. Seperti hitungan pajak, jangan kaget kalau suatu saat dapat surat dari pajak, kok segini. Padahal pajak UMKM hanya 0,5 persen, bahkan selama pandemi pajak UMKM dibayar oleh Negara," kata Dokter Tirta.

ANTARA

Baca juga: Dokter Tirta Bilang Bakal Ada Gesekan Baru soal Inpres Protokol Kesehatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus