Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menceritakan pengalamannya naik pesawat Garuda Indonesia jenis Airbus A330-900 Neo jurusan Surabaya-Denpasar. Menurut Dahlan, pesawat itu dijuluki Pesawat Brompton oleh penumpang lantaran pesawat jenis ini membuat para direksi Garuda dicopot setelah membawa motor Harley Davidson dan sepeda Brompton secara ilegal.
"Kemarin, para penumpang merasa bangga-bangga-sedih. Bangga lantaran merasakan naik pesawat baru. Yang bakal mengalahkan Boeing 787 dan Boeing 767. Juga bangga karena Garuda sudah mampu membeli pesawat jenis ini. Yang kini paling bisa diajak bersaing --konsumsi BBM-nya hemat 14 persen," tulis Dahlan dalam situs www.disway.id, Sabtu, 28 Desember 2019.
Menurut Dahlan, sejak kedatangan "Pesawat Brompton" itu sebenarnya sudah dua lagi A330-900 Neo tiba di Jakarta. Berarti Garuda kini sudah punya tiga. Masih akan datang lagi enam buah. Tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan pesawat A330-990 Neo milik Citilink --anak Garuda-- juga sudah datang. Satu buah.
Berikut tulisan Dahlan selanjutnya:
"Saya menyesal tidak naik kelas bisnis. Agar bisa membedakan dengan kelas bisnis pesaing Garuda --Cathay, Emirates, Qatar, dan seterusnya.
Kali ini saya naik ekonomi. Dengan logika: untuk apa jarak pendek naik bisnis.
Saya tidak mengira jurusan sependek Surabaya-Denpasar kemarin itu menggunakan pesawat berbadan lebar.
Teorinya, untuk jarak sedekat itu cukup dilayani dengan Boeing 737 atau A320. Bahkan cukup dengan pesawat baling-baling seperti ATR.
Maka begitu tahu ini adalah "Pesawat Brompton" saya bertekad untuk mampir ke kelas bisnisnya.
Sekedar tahu.
Ternyata bagus sekali. Tidak kalah dengan milik perusahaan penerbangan negara maju.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu saya mencari kursi saya di kelas ekonomi. Duduk di 38E. Sambil melongok fasilitas yang tersedia.
Tempat duduknya nyaman. Tidak ada cela sama sekali. Jarak antar kursi pun sangat longgar --biar pun ini kelas ekonomi.
Setelah take off, ada pengumuman menarik: pesawat ini dilengkapi wifi. Gratis! Bisa dilihat di ponsel masing-masing.
Saya langsung buka ponsel. Demikian juga dua penumpang seberang saya.
Penumpang bisa mendaftar dalam dua kategori. Sebagai pelanggan atau tamu.
Saya coba yang pelanggan. Ternyata harus isi banyak pertanyaan. Saya gagal untuk pertanyaan ke-5: apakah binatang peliharaan Anda.
Saya pun pindah ke pilihan lain: sebagai tamu. Cukup mengisi alamat email.
Langsung connect.
Ada banyak pilihan: yang bayar USD 20, USD 16, USD 11, atau yang gratis.
Perbedaan harga itu berdasar besar kecilnya megabyte.
Sedang yang gratis itu, hanya bisa untuk kirim teks.
Cukuplah.
Saya bisa kirim WA ke teman. Untuk membanggakan Garuda --bahwa saya bisa kirim WA dari pesawat Garuda terbaru."
Setelah itu, Dahlan bercerita soal Jiwasraya. Usai membahas Jiwasraya, dia kembali bercerita pengalamannya naik Garuda.
"Pesawat ini penuh sekali. Ini memang musim liburan. Manusia seperti air bah menuju Bali.
Saya hanya mampir di Bali. Untuk terus ke arah Tenggara.
Saya memuji Garuda. Yang menggunakan pesawat besar di musim liburan ke Bali.
Daripada menambah extra flight. Satu pesawat ini saja sama dengan menambah tiga extra flight.
Di musim mudik lebaran pun baiknya ditempuh cara ini: masukkan pesawat besar ke jalur Jakarta-Surabaya. Atau Jakarta-Medan. Jakarta-Makassar.
Pesawat Brompton yang saya naik ini pun baru tiba dari Amsterdam. Besoknya harus terbang ke Amsterdam lagi.
Di sela-sela waktunya itu masih bisa "mencangkul" dua kali: Denpasar-Surabaya-Denpasar. Balik lagi Denpasar-Surabaya-Denpasar.
Dulu, menggunakan pesawat besar untuk jarak pendek dianggap bunuh diri. Kini, dengan pesawat seefisien A330-900 Neo, teori itu perlu direvisi.
Kini Airbus punya dua gacoan. Untuk pesawat kelas Boeing 737, Airbus punya A320 Neo. Yang lebih efisien dari B737.
Untuk kelas Boeing 777, B787 dan B767, Airbus punya gacoan A330-900 Neo ini.
Garuda menjadi salah satu pembeli awalnya. Armada Garuda pun kian kuat --sudah bisa mengalahkan Malaysia Airlines.
Garuda memang terpuruk oleh Brompton tapi semua orang harus segera move on."
BISNIS