Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Indofarma Tbk (INAF) menyatakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023 tidak mencapai kuorum dan ditunda hingga 10 sampai 21 hari sejak RUPST pertama. Beberapa pemegang saham individu INAF yang telah hadir turut menanggapi penundaan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alvano, salah satu pemegang saham pribadi yang juga diundang mengikuti rapat, menyebutkan bahwa ini kali pertama ia mendatangi rapat yang dinyatakan tidak memenuhi kuorum. “Baru sekali yang saya datang, kemarin-kemarin nggak bisa masuk,” ujar Alvano kepada Tempo usai penundaan RUPS Tahunan Indofarma, di Gedung Indonesia Health Learning Institute (IHLI) Bio Farma Group, Jakarta Timur, pada Kamis, 25 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, ia pernah ditolak masuk ke dalam ruang rapat dengan alasan kuota peserta rapat sudah penuh. Meski sudah mengantongi undangan resmi, rapat pemegang saham itu diperuntukkan khusus untuk pihak internal. “Tahun lalu, masuk ke sini kita nggak dikasih masuk. Di depan ditanyain. Nggak boleh, disuruh pulang,” katanya.
Menanggapi RUPS Tahunan yang ditunda, Alvano menaruh keraguan terhadap alasan yang diberikan Indofarma. “Bio Farma 80 persen, Asabri 7 persen. Kita nih, masuk di sini, yang 11 persen. Delapan puluh persen, masa nggak kuorum? Direksinya kan lengkap,” kata ia.
Menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, kepemilikan saham Indofarma per 31 Desember 2023 dengan jenis saham Seri B terdiri dari Bio Farma (Persero) sebesar 80,66 persen, PT. ASABRI (Persero) sebesar 7,34 persen, dan publik sebesar 11,99 persen, dengan kepemilikan saham masing-masing kurang dari lima persen.
Pemegang saham publik lainnya yang turut hadir, Suman, juga menanggapi RUPS Tahunan yang ditunda ini. Seperti Alvano, Suman mengaku sudah pernah ditolak masuk ke ruang rapat. “Pernah dua kali kemarin nggak boleh masuk,” ujar Suman kepada Tempo. Alasannya juga sama, rapat dilaksanakan hanya untuk pihak internal.
Belakangan ini, Indofarma diketahui terlibat sejumlah permasalahan. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan masalah di manajemen Indofarma dan anak perusahaannya. Perusahaan milik negara yang bergerak di bidang produksi obat dan alat kesehatan ini terlilit pinjaman online atau pinjol yang menimbulkan piutang macet sebesar Rp124,9 miliar.
Selain indikasi fraud dan pinjol yang menghantui Indofarma, permasalahan juga muncul dari sisi pemenuhan hak karyawan. Hingga Juni 2024, karyawan Indofarma belum menerima hak mereka secara penuh. Pembayaran gaji yang ditunda-tunda juga menyebabkan karyawan Indofarma melakukan aksi penuntutan terhadap pihak direksi untuk segera menyelesaikan kewajiban mereka.
Permasalahan-permasalahan ini berimbas pada turunnya harga saham INAF. Mengenai alasan ia mendatangi RUPS Tahunan ini, Alvano sebagai pemegang saham ingin tahu kelanjutan nasib pemegang saham individu INAF. Harga saham INAF yang kian menurun membuatnya ketar-ketir. “Kalau kita kan pemegang saham, misalnya punya berapa, itu kan kita juga pengen tahu di sini. Kemarin aku beli aja, sekarang udah minus 50 persen,” ungkap Alvano.