ADA 200 perusahaan farmasi di Indonesia, 40 di antaranya milik
asing. Bagi media massa, mereka merupakan sumber iklan yang
mencapai Rp 5 milyar per tahun.
Sebagian dana itu sudah tersedot oleh penerbitan dari Jakarta,
seperti Majalah Kedokteran Indonesia, Media Aesculapius, Medika,
Paediatrica Indonesiana dan Obstetri Gineakologi Indonesia.
Perusahaan besar seperti Kalbe Farma dan Pharos Indonesia
menerbitkan majalah sendiri untuk menyiarkan iklan masing-masing
dengan leluasa.
Namun demikian masih ada -- sekali ini mata asing pula -- yang
melihat iklan tadi belum seluruhnya tergarap baik untuk pasaran
Indonesia. Segera akan masuk pula dari Hongkong sebuah koran
kedokteran berbentuk tabloid. Namanya Asian Medical News yang
terbit 2 kali seminggu. Penerbitnya, Medical News Group, telah
mengeluarkan berbagai majalah dan berkala untuk sekitar 600.000
dokter di Amerika, Jepang, Jerman, Austria, Swiss, Perancis,
Korea, Afrika Selatan dan Inggeris.
Bekerjasama dengan kelompok yang menerbitkan koran South China
Morning Post (Hongkong), AMN itu dicetaknya dan diedarkannya
secara cuma-cuma kepada 23.000 dokter yang tersebar di Hongkong,
Taiwan, Korea Selatan, Pilipina, Malaysia, Singapura, Muangthai,
Birma dan Indonesia. Dipimpin oleh GB Ong, ahli bedah dari
University of Hongkong, AMN terutama menitikberatkan
perhatiannya pada penemuan atau pun kejadian di sekitar dunia
kedokteran.
"Biaya penerbitan ini datang dari iklan tertentu yang erat
berhubungan dengan kepentingan dokter setempat," kata suatu
siaran AMN. Sekalipun dasar penerbitannya dikatakan "tidak
komersial", penghasilan utamanya adalah iklan, mengingat para
dokter bisa menerimanya gratis. Dia hanya menerima uang
langganan dari pembaca yang bukan dokter (US$16 pertahun) dan
mahasiswa (US$10).
Untuk peredaran ke Indonesia, AMN mengincar perusahaan farmasi
besar. Dalam nomor 20 Maret ini, misalnya, nampak iklan dari
Voltaren (Ciba-Geigy), Polycrol (Nicholas Laboratories
Indonesia) dan Neuro-Novalgin (Hoechst Pharmaceuticals of
Indonesia PT, Jakarta).
Kini setebal 16 halaman ini, AMN mulai Juni akan disisipi
lampiran khusus untuk Indonesia. "Supplement Indonesia tersebut
(8 halaman) akan memuat berita kedokteran di Indonesia, termasuk
berita ringan sebagai penghibur," ujar Yusuf Salim, direktr PT
Multi Indo Jasa. Perusahaan ini, berkantor di Cikini Baru
Building, Jakarta itu, mewakili AMN, dengan mengejar iklan dari
berbagai perusahaan farmasi setempat. Proses pengiriman koran
tersebut kepada para dokter di sini dikerjakan langsung oleh
Hongkong. Alamat dari 700 dokter Indonesia sudah tersimpan di
sana.
Untuk lampiran Indonesia itu, Multi Indo Jasa akan merekrut
beberapa dokter yang punya kemampuan menulis. "Dengan imbalan
yang cukup memuaskan," cetus Salim. Sampai nomor keempat,
menurut ceritanya pada Marth Aleida dari TEMPO, lampiran itu
masih akan ditulis dalam bahasa Inggeris, tapi selanjutnya akan
memakai bahasa Indonesia. "Kami harus lebih dulu menghubungi
pihak Bea Cukai Halim, karena ada peraturan yang melarang
masuknya penerbitan dalam bahasa Indonesia dari luar negeri,"
sambung Soebagio T. Soedarmo, manajer iklan Multi Indo Jasa.
Dilarang?
Apa reaksi para dokter kita? AMN bisa "memperbanyak informasi
tentang masalah kedokteran," kata dr Agus Purwadianto. Tapi
sebagai Pemimpin Umum Media Aesculapius, ia sama sekali
keberatan kalau AMN menyertakan lampiran dalam bahasa Indonesia.
"Kalau hal itu sampai terjadi, kami akan minta perlindungan
Departemen Kesehatan," katanya.
Bukan itu saja. "Sangat disayangkan apabila promosi obat
produksi dalam negeri untuk pasaran dalam negeri disalurkan
melalui media luarnegeri," demikian drs Sunarto Prawirosujanto,
dirjen pengawasan obat dan makanan, ketika ia menyambut
penerbitan Medika pada awal 1975.
Dalam hal ini Dirjen POM yang baru Dr. Midian Sirait kabarnya
sudah sering mendiskusikannya dengan Dirjen Pembinaan Pers dan
Grafika, Soekarno SH. "Yang jelas kalau Asian Medical News
terbit dalam bahasa Indonesia, pemerintah akan melarangnya
beredar," demikian seorang pejabat tinggi Departemen Penerangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini