Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kalau lurah darso membangun

Lurah darsosumarto merancang bermacam-macam program pembangunan di desa sabrang. karena kas kosong dan prioritas program tak diberikan, akhirnya lurah itu terjerat rentenir.(ds)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARIR Darsosumarto sebagai lurah rupanya tidak selalu mulus. Sukses di berbagai desa Kabupaten Klaten (Jawa Tengah, 1976 ia dialih tugaskan ke Desa Sabrang, Delanggu, masih Klaten juga. Atasannya, Bupati Sumanto memang tidak menyuruhnya membuat serangkaian kejutan. Tapi didorong perasaan sebagai lurah yang pernah berprestasi, di tempat baru, ia ingin menunjukkan bobotnya. Rapat dengan perangkat desa diselenggarakan. Banyak program pembangunan dirancang. Sejak peningkatan pembangunan SD Inpres, sampai membangun gedung serba guna. Sementara para pejabat desa dan tentu juga sang lurah yang masih pejabat ini tahu betul kas desa kosong -- prioritas program tidak diberikan. Gali Lobang Meskipun pemerintah sudah menyediakan dana Rp 3,4 juta buat membangun SD Inpres, Darso rupanya ingin melihat SD yang lebih keren. Entah macam apa gedung SD yang diangankan, tapi untuk mewujudkannya ia butuh dana tambahan Rp 8,7 juta. Direncanakan dana diperoleh dari penarikan uang penghakmilikan 38 kios yang terdapat di pasar kota Kecamatan Delanggu. Dari penjualan tanah kios seluas 2000 mÿFD ini ia berharap akan memperoleh Rp 30 juta. Ini adalah uang halal sebab tanah kios itu dulunya tanah kas Desa Sabrang juga. Sementara itu program lain sudah menguntit. Darso juga mengidap keinginan membangun gedung serba guna. Gunanya selain kelak bisa disewakan, filmpun bisa diputar -- sumber duit yang lumayan. Kantor kelurahan yang bertingkat dua melekat di sisinya. Hitung-hitung pembangunan spektakuler ini butuh duit Rp 21 juta. Darimana lagi? Darso berniat melego pangkalan andong yang 1000 mÿFD seharga Rp 20 juta. Siapa pembelinya tidak diketahui. P~okoknya di atas kertas, proyek itu akan menguntungkan. Tiba-tiba belum lagi berbagai proyek tadi selesai, ide membangun di kepala Darso mengalir lagi bagai serat rosela keluar dari mesin pintal. Pasar, pertokoan, pangkalan andong yang baru musti ada. Pasar jadi sasaran berikut. Tanahnya sudah tersedia yaitu tanah lungguh kepala desa. Biaya pembangunan pasar yang Rp 39 juta ini hendak ditutupnya d~engan hasil penjualan sebagian tanah lungguh kepada penduduk. Ia menghargai tanah itu Rp 10 ribu/mÿFD hingga kelak didapat hasil penjualan lebih Rp 31 juta. Hampir klop dengan rencana biayanya. Bupati Klaten Sumanto tampaknya waspada, maklum program Darso tidak pakai Pelita dan modal kerja. Dengan surat 5 Desember '77 Sumanto memerintahkan seluruh program pembangunan Lurah Darso dihentikan. Banyak dugaan kemudian muncul, dari soal korupsi sampai kecerobohan administrasi. Tapi jelas instruksi bupati itu membikin puyeng Darso. Sebab dari rencana uang penjualan tanah kios, Pangkalan andong dan tanah lungguh itu, belum seluruhnya terujud. Karena didesak program, Darso pinjam uang Rp 6,5 juta dari rentenir dengan bunga tinggi. Walau proyek sudah dibekukan selama 1,5 tahun, sang rentenir tetap saja tidak menghentikan bunganya. "Selama proyek ini dihentikan saya sudah bayar bunga Rp 7 juta. Hutang saya seluruhnya dengan bunga Rp 14 juta," keluh Darso. Korupsi? FB Irawan SH, Kepala Inspektorat Keuangan Kab. Klaten menyanggah. "Tak ada penyelewengan, tak ada korupsi," katanya. Tapi kenapa dihentikan? "Sebab proyek di Sabrang itu tidak hanya satu, tapi banyak. Karena itu kami perlu mengontrol dari mana sumber dananya," sambung Irawan SH. Belum lama ini bupati sudah memerintahkan Camat Delanggu untuk mencairkan program pembangunan Lurah Sabrang. Tapi nyatanya Camat Surinto lebih suka menarik uang penghakmilikan 38 kios saja. Gedung serba guna yang sudah berdiri sosoknya tapi belum beratap dan calon pasar masih dibiarkan terbengkalai. Apakah program Lurah Darso dinyatakan gagal? "Nanti 1,5 bulan lagi akan ada surat bupati, untuk mengaktifkan proyek Sabrang," sahut Irawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus