RUPANYA, kini zamannya hama wereng -- menyerang insektisida. Mulainya dari instruksi Presiden, awal bulan ini, yang melarang pemakaian 57 jenis obat antiserangga yang dipandang tak ampuh lagi memerangi wereng cokelat. Maka, bisa dibilang, sejak itu sawah-sawah tak subur lagi bagi sebagian besar industri insektisida yang ada: puso bagi industri insektisida. Walau demikian, pukulan itu tak membikin industri insektisida pupus harapan. "Saya yakin, kebijaksanaan itu sudah dikaji betul, dan pemerintah tentu akan ikut menanggulangi dampaknya," ujar Hamim Penna, Ketua Asosiasi Perusahaan Perindustrian Pestisida Indonesia (AP3I), tanpa merinci dampak yang dimaksudkannya. Hamim masih mencoba mengambil sikap tenang. "Dilarang untuk padi, tapi 'kan masih boleh untuk palawija," katanya, berharap. Sebelum ada kebijaksanaan itu, pukul rata produksi pestisida di sini mencapai 150 ton sehari. Tiga perempatnya -- terdiri dari 80-an jenis -- digunakan untuk melindungi padi sawah. Nah, sekarang 57 jenis dari sekian itu tak diperbolehkan lagi turun ke sawah. Penciutan itu, tampaknya, akan menyebabkan PT Pertani, persero milik Departemen Pertanian, berkurang kesibukannya. Sebab, selama ini, memang Pertanilah yang mengantarkan jenis-jenis pestisida itu ke tangan petani, melalui KUD dan Puskud. Untuk dua masa tanam mendatang, bisa jadi, Pertani tak akan mampu lagi memasarkan 2.000 kl Dursban 20 EC, seperti dicapai dua musim lalu. Dan ini yang merepotkan: ada 900 kl Agrothion 50 EC yang menumpuk di gudang-gudang Pertani dan tak boleh disemprotkan ke sawah. Entah ladang palawija mana yang bisa menyerap. Yang repot, tentu, pemerintah. Untuk mengisi kekosongan insektisida harus didatangkan Applaud 10 WP dari luar negeri. Walaupun daya bunuh antiserangga ini lebih rendah ketimbang jenis-jenis yang dilarang itu, Applaud kabarnya lebih aman, karena tak mematikan musuh alamiah wereng cokelat. Betapapun, beleid baru ini bisa juga mendatangkan rezeki. Sebab, insektisida yang bisa bertahan tentu bakal diorder besar-besaran. Ada enam jenis eks lokal yang masih direkomendasikan untuk melindungi padi. Bagi-bagilah. Putut T.H. (Laporan Biro Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini