NYONYA Yenny Rumengan, kelahiran Plaju (Sumatera Selatan) 42 tahun silam, mengembangkan bisnis yang tergolong unik, yakni membuat rumah dengan arsitektur Minahasa (Sulawesi Utara) dan menjualnya ke mancanegara. Direktur PT Insan Banu Pertiwi itu menggelar sebuah rumah adat Minahasa di Pameran Produk Ekspor (PPE) yang berlangsung di arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, pekan lalu. Ternyata banyak peminatnya, antara lain Wakil Presiden Try Sutrisno, yang dengan penuh perhatian meninjau rumah kayu Minahasa berukuran 14 m x 9 m itu. Rumah ini beratapkan genting Tegola, dan harganya Rp 45 juta. Mahal? ''Rumah di Desa Woloan memang bisa sampai Rp 56 juta. Tapi bahan dan desain yang saya pakai tidak murah. Gentingnya saja sudah Rp 11 juta, finishing sekitar Rp 8 juta. Bahan-bahan kayu sudah dioven, dibeli dari industri HPH. Belum lagi biaya tenaga yang saya datangkan dari Desa Woloan,'' kata Yenny, mengungkap informasi tentang biaya produksinya. Desain rumah dibuat oleh anaknya sendiri, Ery Rumengan, yang mempelajari arsitektur di Universitas Trisakti. Yenny, yang pernah kursus desain interior, menata ruang dalam. Kerja sama ibu-anak itu tak sia-sia. PT Insan Banu Pertiwi ternyata mendapat pesanan 25 unit dari Mauritius. Malaysia juga berminat, tapi terbentur soal desain. Adapun rumah yang dipajang di Pekan Raya tadi sudah dibeli oleh seorang pengusaha di Jakarta. ''Katanya mau dipasang di Palmerah (Jakarta), untuk ruang pameran ekspor jaket kulit,'' tutur Yenny. Sebelum ini, Yenny pernah memamerkan rumah Minahasa dalam PPE di Seoul dan Darwin. ''Di Darwin terjual 5 unit, sedangkan di Seoul ada orang Kanada membeli 2 unit,'' kata pengusaha wanita yang bersuamikan seorang pegawai negeri ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini