SOLIDA Bank di Medan, yang tahun lalu naik pangkat dari BPR menjadi bank umum, kini tengah mempersiapkan diri untuk masuk kategori bank devisa. Salah satu upaya yang ditempuh ke arah tujuan itu ialah kerja sama teknis dengan Sanwa Research Institute Corp. (SRIC), sebuah lembaga riset yang dikelola Sanwa Bank, Tokyo. Dari SRIC, Solida berharap akan memperoleh banyak ilmu tentang teknik mengelola bank secara profesional, mulai dari manajemen pemasaran, personalia, hingga ke analisa kredit. Untuk itu, terhitung November 1993, seorang konsultan dari Sanwa akan ''bertamu'' di Solida untuk memberikan asistensi. Dengan adanya kerja sama ini, ''mudah-mudahan pada tahun 1995 kami bisa menjadi bank devisa,'' kata Rudy Dharmawan, Direktur Kredit Solida. Konon, menurut sebuah sumber, untuk asistensi ini, Solida membayar US$ 500 ribu setahun. Mahal juga. Lagi pula, apakah pengetahuan dari SRIC akan tepat dan bermanfaat bagi Solida? Soalnya, selama ini Solida bisa berkembang dan bertahan kendati manajemennya tidak terlalu profesional. Dalam penyaluran kredit, misalnya, Solida lebih banyak mengandalkan perasaan atau, menurut Rudy, feeling. Kini, aset Solida tercatat Rp 26,5 miliar, naik 51% dibandingkan tahun sebelumnya. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 15 miliar, sedangkan dana masyarakat yang terhimpun diperkirakan Rp 13 miliar. Di mana letak keberhasilan Solida? ''Kami mengkhususkan diri pada kredit di bawah Rp 200 juta, sehingga kredit macet yang ditanggung tak pernah lebih dari 1%,'' Rudy membeberkan rahasianya, bangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini