Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dari Yogya Menembus Dunia

Menggandeng ribuan perajin dari Banyuwangi sampai Tasikmalaya, tas rajut Dowa merayap hingga pasar Amerika dan Italia. Bermodal tekun keluar-masuk pameran.

8 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA butuh lima menit bagi Tri Wagiyati untuk memutuskan lembar rajutan mana saja yang bakal digarapnya, Rabu siang pekan lalu. Tangan perempuan 38 tahun ini bergerak cekatan membentangkan kain rajut dan mengait benang agar lembaran itu mulai menyerupai sebuah tas.

Di lantai dua pabrik tas Dowa di Jalan Parangtritis, Yogyakarta, itu, Tri bersama lima kawannya bertugas menyambung bahan-bahan. "Perlu waktu lama ketika harus menyambung rajutan yang warnanya berbeda-beda," kata penduduk Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta, ini. Dalam sehari, Tri bisa kelar menjahit sepuluh tas.

Tri cukup terampil karena sudah lama bekerja di pabrik tas rajut yang dimiliki Delia Murwihartini itu. Sejak 1998, Delia merekrutnya bersama tetangga-tetangga yang tinggal di sekitar pabrik. Pada tahun-tahun itu, bisnis tas rajut Delia mendapat banyak pesanan untuk memenuhi permintaan pasar Amerika dan Eropa.

Baru delapan tahun belakangan, Delia gencar pula memasarkan produk tas rajut itu di Tanah Air. Nama Dowa yang dipilihnya berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti doa. Menurut perempuan 55 tahun kelahiran Yogyakarta ini, kata Dowa mudah dilafalkan, sehingga orang gampang mengingat produknya. "Ini yang kadang tidak disadari pengusaha di Indonesia," ujarnya saat ditemui di Yogyakarta, Selasa pekan lalu.

Bisnis tas rajut yang kini meraup omzet sekitar Rp 4 miliar per bulan ini lahir dari proses yang tak singkat. Meski mereknya baru diperkenalkan ke pasar lokal pada 2008, Delia sudah memulai perjalanan bisnisnya 18 tahun sebelumnya. Di pasar internasional, tas ini tenar dengan merek The Sak dan The Read's.

Di Italia, misalnya, sambutan konsumen atas produk Delia cukup menggembirakan. Karena tekun keluar-masuk pameran fashion, tas rajutnya meraup banyak peminat. "Pada awal 1990-an, masih sangat efektif menjaring buyer dari pameran," katanya.

Sayangnya, meski jaringan bisnis itu masih terjalin sampai kini, ia tak bisa memastikan tas rajutnya yang dikirim ke luar negeri itu dijajakan di outlet mana saja. Kendali atas harganya pun tak ia pegang lagi. "Saya jual putus."

Tentang rahasianya memikat pasar di kota-kota kiblat tata busana dunia, Delia menyebut konsep rajutannya sebagai salah satu hal yang punya daya tarik. Ia memilih model rajutan sebagai representasi buah karya asli Indonesia. Bahan gelondongan diperolehnya dari 3.000 perajin binaan yang tersebar dari Banyuwangi sampai Tasikmalaya.

Berbekal pengalaman Delia bolak-balik ke luar negeri, variasi bentuk dan warna juga dimainkan. Untuk mencari inspirasi, ia melawat ke Paris saban Februari dan Agustus untuk memantau tren mode dunia.

Kunci rahasia lainnya, Delia berusaha menjaga cita rasa eksklusif produknya. Dengan harga terendah dibanderol Rp 800 ribu per tas, Dowa selalu bisa menarik konsumen baru.

Anita Ratna membuktikannya. Dalam kunjungannya ke gerai Dowa di Yogyakarta akhir November tahun lalu, dosen sebuah universitas di Cilacap ini mendapati tas-tas di etalase toko itu tak ada yang mirip. "Satu model hanya diproduksi satu. Jadi beli mahal enggak khawatir atau takut dikembari," ujarnya. Anita semakin puas karena rajutan benangnya sangat rapi.

Demi eksklusivitas pula, Delia tak berniat membuka cabang. Hingga kini, tas rajut Dowa hanya dapat ditemukan di Yogyakarta dan Solo. Di Kota Gudeg, selain di showroom Jalan Godean dan Jalan Mangkubumi, tas Dowa dapat ditemukan di beberapa hotel. "Ini cara saya menjaga image."

Ayu Prima Sandi, Ali Nur Yasin, Switzy Sabandar (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus