TUJUH tahun yang lalu, pemerintah membentuk satu team yang
bertugas mempelajari kemungkinan untuk mendirikan Pasar Modal.
Dibayangkan ketika itu betapa besar potensi yang ada, mengingat
jumlah penduduk, meskipun sebagian besar rakyat melarat.
Tantangan ialah bagaimana menyusun organisasi untuk membuat
rakyat tertarik menabung hinga terkumpul kapital. Team itu
terdiri atas pejabat ahli pemerintah dan Bank Indonesia, dan
drs. J.A. Turangan ditunjuk sebagai sekretarisnya. Turangan,
kini Ketua Bapepam, minggu lalu di ruang kantornya yang kecil
menerima dua wartawan TEMPO, Fikri Jufri dan Amir Daud, dan
bercakap-cakap tentang tantangan baru sekitar Pasar Modal yang
diharapkan dibuka mulai Juni. Petikan dari wawancara itu:
Kenapa diperlukan waktu sekian lama?
Krisis energi, krisis moneter, baik di luar maupun di dalam
negeri dengan tingkat inflasi yang tinggi, mempengaruhi keadaan
kenapa kita terlambat membuka Pasar Modal. Pemerintah merasa
perlu ikut campur di dalamnya. Tidak bisa diserahkan pada swasta
saja. Campur tangan pemerintah bertujuan supaya menarik
kepercayaan masyarakat. Pada mulanya semangat menabung rakyat
bisa ditarik ke deposito berjangka, tapi secara berangsur mau
dialihkan ke pembelian saham. Pengertian masyarakat akan saham
perusahaan masih sedikit. Di lain fihak, perlu pula perusahaan
diberi pengertian supaya jangan mau untung sendiri, dan supaya
terbuka sifatnya.
Maukah rakyat membeli saham?
Omong kosong kalau mau mengharapkan sebagian besar rakyat akan
tertarik. Tapi tentu saja ada golongan masyarakat yang punya
uang, ingin beruntung. Bank sebentar lagi tidak mau membeli
dana mahal, dan ada kemungkinan bank menurunkan suku-bunga
deposito yang sekarang masih 12% untuk jangka setahun. Dengan
membeli saham, keuntungan juga terjamin 10% paling sedikit,
bahkan bisa dapat lebih banyak kalau nilai saham naik. Mereka
yang suka makan di restoran, mungkin akan mau mengurangi
belanjanya karena tertarik pada adanya saham murah. Dari pada
memboros di restoran, bukankah lebih baik pegang saham. Di
daerah musiman, misalnya panen cengkeh atau kopra, biasanya
rakyat menghambur uang pergi pesiar ke Singapura dan Jakarta.
Nanti dengan Pasar Modal, mereka akan tahu ke mana sebaiknya
dibelanjakan uang.
Apa gunanya Bapepam?
Badan ini menjaga bagaimana menceah permainan negatif,
spekulasi berlebihan, penyelundupan dana dari luar yang bisa
menggoncang pasar. Kalau tidak hati-hati, fluktuasi nilai saham
bisa dipermainkan orang. Jangan sampai pasar dipengaruhi oleh
kekuatan tertentu. Pemerintah menertibkan.
Bagaimana kalau seseorang mendadak kaya mau beli saham? Adakah
larangan bagi isteri pejabat?
Tidak soal. Siapa saja boleh pegang saham. Tidak ada pengusutan.
Kalau mau memborong, hanya boleh beli sampai seharga Rp 10 juta
seorang. Kalau masih ada uang berlebih, bisa saja disalurkan via
lembaga keuangan nonbank.
Orang asing boleh?
Di Jepang ada tersedia 20% saham atas unjuk. Di Pilipina 40%.
Saham atas unjuk itu boleh untuk orang asing. Di Indonesia hanya
tersedia untuk warganegara lndonesia saja, belum ditentukan
untuk orang asing. Kalau bisa, jual-beli dibatasi pada WNI.
Makelar yang bergerak, diharap metmbantu men-check.
Makelar?
Sudah ada 26. Mungkin jumlahnya bertambah, tapi harus diseleksi
betul.
Siapa berminat ikut aktif?
Bukan perusahaan-perusahaan kecil. Cukup besar, seperti
Indovest, PT Merincorp, Morgan Guaranty dll. Tujuan sekarang
ialah menarik sumber modal domestik, tapi nanti meningkat ke
usaha membawa modal luar negeri ke sini. Pasar Modal ini adalah
barometer dari perekonomian, jadi Wall Street Indonesia.
Seharusnya Jakarta bisa jadi pusat keuangan di Asia Tenggara.
Potensinya ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini