Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ORANG nomor satu di Direktorat- Jenderal Pajak itu akhirnya da-tang dari luar komunitas pajak. Pe-kan lalu, pemerintah secara resmi telah menunjuk Darmin Nasution seba-gai Dirjen Pajak, menggantikan Hadi Purnomo. Sebuah akhir kisah yang agak di luar dugaan orang-orang pajak.
Semula mereka mengira bahwa bakal bos barunya akan datang dari kalangan sendiri. Maklum, tanda-tanda ke arah itu lumayan kuat. Isyarat itu terutama da-tang dari kediaman Menteri Keuang-an Sri Mulyani Indrawati di kompleks Wi-dya Candra, Jakarta. Tiga orang pejabat eselon dua di Direktorat Jenderal- Pa-jak telah dipanggil ke rumah dinas- Sri Mul-yani pada Jumat dua pekan si-lam.- Ketiganya adalah Sumihar Petrus Tambunan (Direktur Pajak Penghasilan), Syarifuddin Alsyah (Direktur Pajak Pertambahan Nilai), dan Amri Zaman (Kepala Kantor Wilayah IV Pasar Minggu).
Sumber Tempo menyebutkan, ketiga-nya lolos saringan sebuah tim yang di-pim-pin Sekretaris Jenderal Departemen- Keuangan J.B. Kristiadi. Sebelum me-milih, tim ini sudah memanggil 16 orang pejabat eselon dua. Perkembangan ini-lah- yang menerbitkan harapan besar bagi orang-orang pajak. Beberapa pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang ditemui Tempo menyatakan rasa senangnya bakal dipimpin ”orang dalam”.
Tetapi akhir cerita berbelok ke arah la-in. Darmin Nasution, yang sebelum-nya adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), akhirnya naik menjadi orang nomor satu. Darmin sebenar-nya tidak datang tiba-tiba. Sumber Tem-po di pemerintahan membisikkan, nama Darmin Nasution sebelumnya sudah di-ga-dang-gadang pemerintah. ”Tinggal me-nunggu Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono meneken keputusannya, sebelum berangkat ke Timur Tengah pada 24 April ini,” kata sumber itu.
Informasinya ternyata benar. Dengan- Keputusan Presiden No. 45/2006 Tang-gal 20 April 2006, Darmin akhir-nya meng-gan-tikan Hadi Purnomo, yang sudah- lima tahun menjabat Dirjen Pa-jak-. -Dengan surat yang sama Presiden menunjuk Anwar Suprijadi, saat ini Ke-tua Lembaga Administrasi Negara, meng-gantikan Eddy Abdurachman se-bagai Dirjen Bea Cukai.
Sederet pos yang pernah dan sedang diduduki Darmin tampaknya dinilai men-jadi modal kuat baginya berkiprah di perpajakan. Selain menjabat Ketua- Bapepam, dia juga Dirjen Lembaga Ke-uangan. Mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini pernah aktif pula di Lembaga Penyelidik Ekonomi Masyarakat UI, organisasi yang pernah dipimpin Sri Mulyani.
Naiknya Darmin sekaligus meng-ak-hiri- spekulasi kuatnya pengaruh Hadi Pur-no-mo. Sejatinya, desakan untuk meng-ganti Dirjen Pajak sudah lama me-ng-emuka. Kabar penggantiannya timbul-tenggelam sejak era pemerintahan Megawati Soekar-noputri hingga sekarang.
Banyak kalangan menilai Hadi Purno-mo cukup kuat dan berpengaruh, sehing-ga lama bertahan. Setidaknya sejak diangkat pada Februari 2001, ia sudah mengalami tiga presiden: Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Yudhoyono.
Dia juga tetap memangku jabatan, meski Menteri Keuangan berganti empat kali: Prijadi Praptosuhardjo, Rizal Ram-li, Boediono, dan Jusuf Anwar. Pada-hal, sejawatnya di eselon satu Depar-temen Keuangan sudah silih berganti.- Hadi sebenarnya akan pensiun pada April tahun depan.
Beragam reaksi langsung merebak begitu Darmin naik. Bagi orang pajak, keputusan itu menunjukkan, ”Bahwa pe-merintah tidak percaya pada orang dalam,” kata seorang petinggi Ditjen Pajak, pekan lalu.
Benih keresahan itu tampaknya di-ra-sa-kan anggota DPR dan ekonom Dradjad H. Wibowo. Ia khawatir keber-ada-an orang luar akan menimbulkan keresahan baru. Apalagi Dradjad menilai ada kesan nepotisme universitas: seolah orang dari UI itu superior. ”Padahal belum tentu,” katanya. ”Orang luar juga tidak menjamin bisa merombak sistem yang ada.”
Reaksi sebaliknya ditunjukkan dunia- usaha. ”Bagaimanapun, (Hadi) sudah -sa-at-nya diganti,” ujar seorang peng-usaha yang mengenal dekat Dirjen Pajak- yang lama. Menurut dia, Direktorat Pajak memerlukan penyegaran. Apalagi lembaga ini ditargetkan menyumbang Rp 360 triliun atau 70 persen dari total penerimaan negara tahun ini.
Faisal Basri menekankan, pengganti-an Dirjen Pajak diperlukan untuk me-re-formasi sistem perpajakan sekaligus meningkatkan penerimaan negara. Dia berharap bahwa pejabat baru, selain mam-pu mereformasi perpajakan, juga mempersempit ruang pemerasan. ”Dirjen Pajak baru harus bisa memburu dan membantu wajib pajak. Bukan (malah) memerasnya,” kata Faisal kepada Surya-ni Ika Sari dari Tempo pekan lalu.
Hadi Purnomo menanggapi pergan-ti-an ini dengan dingin. Mengenai kemung-kinan penggantian karena faktor kele-mahan selama dia memimpin, dia menjawab, ”Tidak ada apa-apa.”
Heri Susanto, Mohamad Teguh, Retno Sulistyowati, Yudha Setiawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo