Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pasokan beras diperkirakan aman hingga akhir tahun.
Pasokan tanaman pangan melimpah akibat penyerapan rendah dan produksi berlebih.
Bapanas memastikan akan mengintervensi harga pangan yang terlalu rendah.
MEMASUKI akhir tahun, Tarsono bisa sedikit bernapas lega. Harga gabah kering giling masih bagus. Bulan lalu, harganya pernah mencapai kisaran Rp 8.000 per kilogram. Sekarang sudah turun ke kisaran Rp 7.200 per kilogram.
Harga gabah terpantau bagus sejak awal 2024. Petani asal Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ini mencatat harga gabah pernah menyentuh Rp 8.500 per kilogram pada Februari 2024. Sayangnya, ia tak bisa menikmati gejolak harga tersebut lantaran tak punya stok gabah. Padahal normalnya harga gabah di kawasan tersebut sekitar Rp 5.900 per kilogram.
Tarsono dan kebanyakan petani di daerahnya tak punya stok lantaran musim tanam padi tahun ini baru dimulai pada Januari 2024. Hasilnya baru bisa mereka tuai tiga bulan setelahnya.
Keterlambatan menanam padi ini disebabkan oleh kekeringan ekstrem akibat El Nino yang berkepanjangan. Sejak musim tanam kedua 2023, para petani mengalami gagal panen. Sulitnya akses terhadap air sampai akhir 2023 membuat musim tanam harus mundur hingga tahun berikutnya.
Untungnya, panen pada periode April-Mei lalu serta Oktober ini berhasil. Tarsono mengatakan kini para petani di Indramayu punya stok untuk mengisi gudang mereka. "Dari panen Oktober ini, harapannya gabah disimpan dulu. Saat harga bagus, baru dijual," katanya kepada Tempo, Senin, 7 Oktober 2024.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengkonfirmasi bahwa stok gabah sedang berlimpah. Hujan yang telat datang tahun lalu membuat panen dari masa tanam kedua tahun ini berbarengan dengan panen dari masa tanam ketiga di sawah irigasi teknis. Dia mencatat, hingga November nanti, masih ada panen raya.
Kondisi ini membuat ia yakin pasokan beras untuk kebutuhan domestik masih cukup sampai akhir tahun nanti. "Stok di gudang penggilingan masih penuh," kata dia. Yang jadi masalah, Perum Bulog tak bisa menyerap stok gabah di atas harga pembelian pemerintah yang dipatok Rp 5.100 per kilogram di tingkat penggilingan.
Saat produksi padi meningkat, Henry mencatat serapan beras di masyarakat lambat. Kondisi ini memicu penurunan harga beras. Grafik harga beras medium di Badan Pangan Nasional terpantau turun saat memasuki masa panen pertama. Dari Rp 14.270 per kilogram rata-rata nasional per Maret menjadi Rp 13.810 per kilogram sebulan kemudian. Hingga kemarin, grafiknya terus melandai. Harga beras jenis ini terpantau masih bertahan di kisaran Rp 13 ribu per kilogram per 7 Oktober 2024.
Penurunan harga beras memicu deflasi per Mei 2024. Badan Pusat Statistik mencatat deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan. Penyumbang utamanya adalah deflasi beras sebesar 3,59 persen karena pasokan yang tinggi. Produksi beras pada Mei mencapai 3,58 juta ton, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,86 juta ton.
Selain terjadi penurunan harga beras, Henry mencatat harga sejumlah bahan pangan lain ikut turun dalam beberapa bulan terakhir. "Ada produksi yang berlebih, ada juga efek penurunan daya beli," ujar dia. Dari survei anggotanya di lapangan, cabai keriting dan bawang merah merupakan dua contoh bahan pangan yang harganya turun.
Data tersebut terkonfirmasi Badan Pangan Nasional yang mendata tren penurunan harga cabai keriting serta bawang merah. Jika pada awal tahun harga rata-rata nasional bawang merah mencapai kisaran Rp 36 ribu per kilogram, kemarin harganya tercatat ada di kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Sementara itu, grafik harga cabai merah keriting turun dari kisaran Rp 50 ribu per kilogram pada awal tahun menjadi Rp 31 ribu per kilogram kemarin.
Sama seperti beras, harga kedua komoditas ini mempengaruhi data deflasi Indonesia yang terjadi dalam lima bulan terakhir. Bawang merah, misalnya, menjadi penyebab utama deflasi Juni dengan andil 0,09 persen dan deflasi Juli dengan andil 0,11 persen. Sementara itu, BPS mencatat cabai merah masuk daftar lima besar komoditas penyumbang deflasi per Juli dan September.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menuturkan pihaknya berupaya menjaga harga pangan tetap wajar. "Tidak terlalu tinggi agar terjangkau konsumen, tapi juga tidak terlalu rendah agar petani tidak rugi," kata dia. Untuk beras misalnya, pihaknya bersama badan usaha milik negara berupaya menyerap saat pasokan berlebih, salah satunya untuk disimpan menjadi cadangan pangan pemerintah.
Sementara itu, untuk tanaman pangan, tantangannya lebih kompleks. Arief mengatakan daya tahan komoditas, seperti bawang merah atau cabai merah, hanya sebentar. "Kita butuh menambah nilai produk," tutur dia. Pemerintah perlu bekerja sama dengan industri dalam hal ini.
Agar bisa bergerak lebih leluasa menyerap stok dari para petani, Arief mengatakan butuh dukungan anggaran. Tak selalu dari kantong negara. Menurut dia, sumbernya bisa juga dari bank pelat merah, tapi dengan bunga rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo