Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi harga pasar dikekang

Untuk mendongkrak harga plywood dunia, apkindo membanjiri pasar di jepang, dan mengekang ekspor ke negara lain. berhasilkah siasat ini?

16 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH geger soal bahan baku gelap, pengusaha kayu lapis kini menghadapi masalah pemasaran. Harga kayu lapis di pasar dunia, secara perlahan tapi pasti menurun. Ini membuat Bob Hasan, Ketua Apkindo (Asosiasi Pengusaha Kayu Lapis Indonesia), pekan lalu mengumpulkan 29 anggotanya. Pertemuan itu membahas bagaimana caranya agar harga jual kayu lapis di pasar dunia tetap bertahan antara US$ 450 dan US$ 500 per meter kubik. Hatta, Apkindo bersemangat untuk mengerem suplai kayu lapis ke pasar dunia. Siasat mengekang pasar untuk meraih harga tinggi sudah dilakukan Apkindo sejak awal Agustus lalu. Hanya, ketika itu banyak eksportir yang tidak menyetujui langkah berani itu. Maklum, di bulan Agustus itu harga jual sedang bagus- bagusnya, bahkan mampu mencapai US$ 500 per meter kubik. Seorang eksportir plywood pun berkomentar, "Kami tak begitu paham siasat Apkindo untuk mengekang pasar.'' Waktu itu pihak Apkindo mencanangkan untuk menyetop penjualan ke seluruh negara, kecuali Jepang. Indonesia dikenal sebagai pemasok 85% kebutuhan dunia akan kayu lapis. ''Ini merupakan taktik dagang,'' kata Mohamad Bob Hasan. Maksudnya, dengan hanya membanjiri pasaran di Jepang, harga kayu lapis yang di negeri pengimpor di luar Jepang bisa terangkat. Ada juga alasan lain yang membuat eksportir di luar Jepang dikekang. Ambil RRC, yang sudah memesan dua juta meter kubik. Tapi oleh Bob Hasan cuma dikasih 1,2 juta meter kubik setahun. Alasan Bob, setelah diteliti, di RRC lagi terjadi krisis kredit. Dari US$ 30 miliar pinjaman yang disalurkan ke sana, yang macet konon mencapai sepertiga. Tapi apa yang terjadi? ''Antara teori dan kenyataan berbeda jauh,'' kata seorang eksportir besar kayu lapis di Jakarta. Meski pasaran Jepang dibanjiri, harga di luar Jepang tetap bergeming. Importir plywood di luar Jepang menambal kebutuhannya dari Malaysia, Selandia Baru, dan Rusia. ''Gaya dagang seperti ini malah menguntungkan negara produsen yang jadi saingan kita,'' kata seorang direktur perusahaan kayu lapis lainnya. ''Padahal, jika tidak ada kebijaksanaan tersebut dan ekspor tetap berjalan normal kerugian yang diderita pengusaha tentu tidak akan sebesar sekarang,'' katanya. Sialnya, menurut sumber tadi, importir Jepang malah makin senang. Setiap tahun Jepang menyerap lebih dari 50% produk kayu lapis Indonesia (sekitar 4 juta meter kubik) seharga US$ 450 per meter kubik. Konon, sebagian kayu yang dibeli dari Indonesia dijual lagi ke Korea dan RRC dengan harga di atas US$ 500 per meter kubik. Benarkah? ''Wah, tidak betul itu,'' sanggah Bob Hasan, yang didukung oleh Kristiyono Fadjri, salah seorang pengurus Masyarakat Perkayuan Indonesia (MPI). Betul akibat pengekangan, volume ekspor menurun. Tapi dolar yang diperoleh kian banyak. Bandingkan, tahun lalu seluruh ekspor kayu lapis mencapai sekitar US$ 3,5 miliar. Tahun ini, pada semester I saja sudah diperoleh sekitar US$ 2,6 miliar, atau 75% dari seluruh ekspor kayu lapis tahun lalu. Budi Kusumah dan Indrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus