Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sentimen Negatif di Bursa Saham

Salah satu sentimen yang mencuri perhatian investor adalah melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur Cina dari ekspektasi sebelumnya.

3 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 23 April 2021. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Salah satu sektor yang dinantikan hasil kinerjanya oleh investor adalah perbankan.

  • Namun kinerja emiten perbankan di kuartal pertama justru melambat.

  • Penjualan bersih yag dilakukan investor asing didominasi oleh saham perbankan.

JAKARTA — Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan melemah pada awal bulan ini. Musim pengumuman laporan keuangan emiten ada kemungkinan masih diwarnai oleh kinerja yang melemah, sehingga belum bisa mengerek sentimen positif bursa saham.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Analis dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Okie Ardiastama, menuturkan salah satu sektor yang amat dinantikan hasil kinerjanya oleh investor adalah perbankan. “Namun kinerja emiten perbankan di kuartal pertama 2021 justru melambat, sehingga menekan laju IHSG,” ujarnya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Okie mengatakan realisasi kinerja yang tak sesuai dengan harapan itu berdampak pada aktivitas transaksi pelaku pasar. Investor asing hingga pekan lalu masih membukukan penjualan bersih yang didominasi oleh saham perbankan. Adapun sepanjang pekan lalu, indeks tercatat melemah 0,35 persen, dan ditutup di level 5.995,62 pada Jumat lalu. Total aksi jual bersih investor asing mencapai Rp 578,40 miliar. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dilepas asing, yaitu sebesar Rp 738,4 miliar.

Pekerja membersihkan papan reklame Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Cililitan, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

“Sentimen berikutnya yang dinanti investor adalah rilis data PMI (Purchasing Manager Index) manufaktur, inflasi, dan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2021,” kata dia. Okie memprediksi laju indeks pekan ini berpotensi menguat terbatas, yaitu di 5.953-6.115.

Technical Analyst BCA Sekuritas, Muhammad Syahrizannas, mengungkapkan, tak hanya sentimen domestik, sentimen global pun tak luput dari perhatian investor. Salah satu sentimen yang mencuri perhatian investor adalah melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur Cina dari ekspektasi sebelumnya. “Hal ini menyebabkan investor menjadi cenderung berhati-hati,” ujarnya. PMI manufaktur Cina pada April 2021 turun ke level 51,1, dari bulan sebelumnya di level 51,9.

Perkembangan sentimen global lain yang tengah dicermati pelaku pasar adalah kekhawatiran terhadap lonjakan angka kasus Covid-19 di sejumlah negara, seperti India, Turki, dan Jepang. “Dampaknya, indeks ada kemungkinan masih akan bergerak fluktuatif di 5.900 sampai 6.000,” kata Syahrizannas.

Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy, berujar pergerakan indeks yang cenderung lesu pada April lalu banyak disebabkan oleh keluarnya dana investor asing dari Indonesia, dan kembali ke negara maju, khususnya Amerika Serikat. Hal itu merespons pernyataan bank sentral AS (The Fed) yang menyatakan tak akan ada pengurangan pembelian obligasi dalam waktu dekat.

Petugas melakukan perawatan jaringan internet PT Telkom Indonesia di Perumahan Pondok Karya, Jakarta, 22 Februari 2021. TEMPO/Tony Hartawan

“Pada Mei, indeks diperkirakan masih akan bergerak sideways, cenderung melemah, dengan rentang level 5.850 hingga 6.100,” ucapnya. Robertus mengimbuhkan, sebagaimana tren musiman menjelang momen Idul Fitri, transaksi bursa saham diprediksi akan semakin sepi. Walhasil, laju IHSG pun bakal kembali bergerak melemah.  

Sementara itu, saham yang berpotensi masih akan tertekan pada bulan ini adalah emiten-emiten badan usaha milik negara (BUMN). Kepala Riset Praus Kapital, Alfred Nainggolan, menyebutkan, sepanjang kuartal pertama 2021, kapitalisasi 20 emiten BUMN turun hingga Rp 22 triliun. “Dari 20 itu, hanya beberapa emiten yang masih tumbuh, antara lain PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Timah Tbk (TINS),” katanya. Farmasi dan infrastruktur merupakan sektor yang diprediksi mengalami koreksi atau pelemahan terbesar di bursa saham.

GHOIDA RAHMAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus