Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dunia kini berada di era yang ditandai dengan semakin meningkatnya fragmentasi ekonomi. Hal itu dia sampaikan dalam pembukaan Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Bali, pada Rabu, 6 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya telah terjadi perubahan cara pandang dalam memandang proses hubungan internasional, perdagangan. "Serta yang lebih ekstrem, kebangkitan nasionalisme yang melihat negara lain sebagai musuh alih-alih sebagai teman," ujarnya di Nusa Dua, Bali, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Tempo hari ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sri Mulyani, perekonomian global berkembang menjadi lanskap yang sangat kompleks. Sebab, ketegangan geopolitik dalam lima tahun terakhir mendorong negara-negara menjadi lebih inward looking.
Dia berujar perang dagang dalam bentuk hambatan perdagangan dan investasi yang sedang terjadi secara global, menciptakan gangguan rantai pasokan. Selain itu, Sri Mulyani menilai kondisi itu juga telah mengikis prinsip perdagangan bebas yang kita semua sebagai ekonom yakini bahwa perdagangan bebas seharusnya saling menguntungkan.
Di saat yang sama, menurutnya, dunia juga dihadapkan pada tantangan techno nationalism. Ditambah menurunnya kepercayaan dalam hubungan antar negara, serta friksi antara kepentingan nasional melawan kepentingan global. Ia pun berpendapat segregasi semakin masif berdasarkan geografi, kedaulatan, etnis, ras, agama, dan sekarang juga terpecah oleh kecerdasan buatan. "Karena semua orang dipisahkan oleh kategorisasi yang dilakukan oleh AI (artificial intelligence)," ujarnya.
Karena itu, Sri Mulyani berujar dunia perlu melihat kembali teori dan textbook yang dipelajari dan mencocokannya dengan situasi sekarang. Sehingga, kata dia, negara-negara di dunia bisa memahami dan mempunyai sudut pandang yang lebih luas terhadap perubahan zaman.
Lebih lajut, ia menilai Indonesia berada pada posisi yang sangat baik dalam posisi geopolitik saat ini. Tidak hanya karena prinsip politik internasional Indonesia yang bebas aktif, kata dia, tetapi juga diberkati dengan sumber daya alam yang memainkan peran yang sangat penting dalam tren geopolitik dan geostrategis. Ditambah, menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan resiliensi yang terbukti tangguh dalam menghadapi krisis.
Dia mengatakan perekonomian Indonesia terus tumbuh sekitar 5 persen dalam delapan kuartal terakhir. Menurutnya Indonesia juga telah proaktif berkontribusi dalam penetapan agenda global dan penyelesaian masalah global.
Selama Presidensi G20 tahun lalu dan ASEAN Chairmanship tahun ini, ucapnya, kepemimpinan Indonesia memainkan peran penting dalam 12 dari 14 driving key outcomes seperti terbentuknya Dana Pandemi, Mekanisme Transisi Energi, Taksonomi ASEAN untuk Keuangan Berkelanjutan, dan Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal ASEAN.
“Banyak hal yang sudah kita lakukan, namun saya berharap kita bisa terus mengkritisi diri sendiri, mencermati pencapaian kita sendiri, dan kekurangan pencapaian agar kita bisa terus berkembang dan membuat kemajuan” ujar Sri Mulyani.
Pilihan Editor: Wacana PFN Bisa Himpun Pajak Film, Ini Kata Kemenkeu