Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Di tengah pesta ekspor minyak abda'oe mimpi naik kereta gas

Wawancara tempo dengan dirut pertamina faisal abda'oe tentang penambahan produksi minyak, badan koordinasi energi, permintaan minyak, investasi pertamina, ekspor minyak, penurunan produksi.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA satu hal yang agaknya membuat ~~rambut Direktur Utama Pertamina Faisal Abda'oe, 60 tahun, kelihatan makin jarang. Tentu bukan disebabkan harga minyak yang akibat Krisis Teluk mendadak-sontak naik di atas 30 dolar sebarel, tapi "BBM yang harus saya suplai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri tern~yata bert~ambah ~3,4 juta kilolit~er" katanya. "Dan tahun.depan, 1991-92, rencana produksi BBM akan mencapai 36,2 juta kiloliter." Semula, atas saran Bappenas, Pertamina merencanakan memproduksi BBM 31,2 juta kiloliter untuk tahun anggaran 1990-91. Permintaan terbesar, menurut Abda'oe, datan~g dari sektor industri, termasuk listriknya. "Semua ini punya dampak yang berr~acama-macam," katanya. Dampak apa saja? Ia tak langsung menjawab karena masih harus mengatur persiapan penandatanganan kontrak perluasan kilang Musi dan pusat aromatik Arun, Jumat sore lalu, di lantai 20 Gedung Pertamina Jalan Perwira, Jakarta. Sejam sebelum menerima sejumlah kontraktor dari Amerika dan Jepang, Dirut Pertamina yang nampak necis dengan setelan jas biru tua, dasi dan sapu tangan merah anggur berbintik putih, siap menjawab pertanyaan TEMPO lebih jauh, sebagai berikut: Yang saya maksud dengan dampak yang bermacam-macam adalah ini. Pertamina, meningkatnya sarana distribusi, termasuk angkutan laut. Berbagai pengilangan pun, yang tadinya berdasarkan pertimbangan kualitas, berubah menjadi kuantitas. Lalu impor minyak kita, misalnya solar, juga melonjak. Dengan kata lain, strategi hemat energi kita jadi terganggu? Dari sisi permintaan, terutama dari sisi kebutuhan domestik, kita seharusnya berusaha melakukan konservasi sekalipun, dari sisi suplai, kita berusaha meningkatkan eksplorasi. Bisakah Pertamina mengatakan "tidak" bila mendadak ada permintaan untuk menambah produksi? Sulit itu. Pertamina kan terikat pada UU No. 8, tahun 1971, yang menugasi Pertamina mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri. Jadi, Pertamina selalu harus tunduk pada maunya orang lain, begitu? Selama ini kami yang harus mengikuti, misalnya ada tambahan permintaan untuk listrik. Bukankah ada Badan Koordinasi Energi? Betul. Semua menteri, boleh dibilang, menjadi anggota. Ketuanya Menteri Pertambangan dan Energi. Koordinasi itu dalam praktek berat sebelah rupanya. Ha . . . ha . . . ha. Ya, seperti saya katakan, Pertamina terikat pada UU No. 8 tadi. Permintaan melonjak, apa Anda sesuaikan dengan keadaan pasar? Dalam beberapa hal, pricing system masih bisa kita kontrol, lalu kita sesuaikan harganya. Misalnya, untuk memenuhi pengisian avtur pesawat asing yang semakin banyak masuk ke Indonesia. Tapi tidak demikian dengan harga BBM domestik, yang sudah ditetapkan harganya oleh pemerintah . Pemerintah sudah menyetujui listrik juga diurus oleh swasta. Apa ini akan menolong Pertamina? Saya kira permintaan minyak malah akan makin naik. Yang harus memenuhi permintaan pengusaha listrik swasta kan bukan PLN, tapi Pertamina. Kalau begitu, Pertamina akan terus menggenjot produksi minyaknya. Pertamina menggenjot, tapi produksinya terbatas. November lalu produksi crude mencapai 1,331 juta barel sehari. Lalu selama lima hari Desember ini, produksi rata-rata per hari naik jadi 1,381 juta barel. Mulai Januari 1991 akan ada tambahan dari kontraktor asing Maxus Southeast Sumatra, yang punya lahan baru di Selat Sunda, sebanyak 50.000 barel sehari. Seluruh jumlah itu belum termasuk produksi kondensat (yang menurut ukuran OPEC tak dimasukkan sebagai minyak mentah Red.). Ada yang bilang investasi Pertamina tahun ini menurun karena kontrak yang ditandatangani berkurang, dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu Pertamina menandatangani 19 kontrak eksplorasi dan produksi. Tahun ini sudah ditandatangani 14 kontrak. Segera akan disusul dengan empat kontrak lagi hingga kontraktor asing yang kini berjumlah 50, meliputi 84 wilayah kontrak, akan bertambah lagi. Tapi cara menilai naik turunnya investasi, bukan dengan membanding-bandingkan jumlah tanda tangan kontrak. Jadi? Sebaiknya kita melihatnya dari expenditure (pengeluaran) kontraktor asing. Tahun 1988 expenditure itu berjumlah US$ 2 milyar lebih, tahun lalu naik menjadi hampir 2,5 milyar dolar, dan tahun ini sudah mencapai di atas 3,4 milyar dolar. Tahun depan pun diperkirakan akan lebih banyak. Apa betul pada 1995 ekspor minyak kita tinggal 400-an ribu barel sehari? Pendapat itu benar kalau kita diam saja. Kini kita tengah memanfaatkan nonrenewable nonexportable energy, seperti geotermal (panas bumi). Juga penggunaan gas alam kita tingkatkan, serta energi alternabf yang lain. Tapi situasi produksi minyak kita secara alamiah akan menurun hingga penghematan yang bisa dimainkan terbatas pada volume yang ada. Itu benar. Kalau produksi kita kelak hampir sama dengan konsumsi domestik, yang kita ekspor cuma sedikit. Tapi masih ada potensi gas, yang memiliki cadangan 84 trilyun barel. Apakah Jepang akan terus bergantung pada ekspor LNG kita? Kebetulan, saat ini, situasi pasar internasional sangat menguntungkan. Kesadaran akan lingkungan memhuat Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan makin tertarik pada LNG. Dewasa ini Indonesia termasuk eksportir LNG utama di dunia. Adakah pelajaran yang Anda peroleh dari Krisis Teluk sekarang? Yang amat kami rasakan sebagai anggota OPEC, dengan adanya kasus Kuwait dan Irak, stabilitas politik adalah hal yang amat menentukan. Tanpa itu sulit bagi kita untuk bekerja dengan baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus