Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Untung atau tidak?

Humpuss menarik diri dari proyek aromatik di arun aceh. alasannya produksi kondensat terlalu kecil. pertamima akhirnya bekerja sama dengan mitsui corporation. menurut pertamina bakal menguntungkan.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALKULATOR boleh sama. Bisnis ~ yang dikalkulasi boleh serupa. Tapi ~hitungannya bisa saja berbeda. Inilah yang terjadi pada proyek aromatik di Arun, Aceh, yang akan dibangun awal 1991. Akibatnya, Grup Humpuss yang dipimpin Tommy Soeharto mengundurkan diri dari proyek ini. Alasannya: kapasitas yang akan dibangun terlalu kecil, dan hanya akan menimbulkan kerugian. Sebaliknya, Pertamina, yang empunya proyek, berniat jalan terus. Dan BUMN ini yakin, kelak akan bisa meraup laba. Tapi Hasan Soedjono dari Humpuss menyatakan, proyek aromatik itu tidak menguntungkan jika hanya mendapat suplai kondensat sebanyak 45 ribu barel per hari - rencananya 90 ribu barel. "Itulah alasannya, kenapa kami mundur," kata Hasan. Apa kata pihak Pertamina? "Ini proyek menguntungkan," ujar Tabrani Ismail, Direktur Pengolahan Pertamina, ketika menandatangani kontrak pembangunan dan pembelian peralatan pabrik aromatik itu. Dan Pertamina tidak sendiri. Sejumlah perusahaan asing nan raksasa bersedia membiayai pembangunannya, yang diperkirakan akan menelan 689 juta dolar atau Rp 1,2 trilyun lebih. "Jadi, dalam proyek ini, Pertamina tidak keluar uang sesen pun," Tabrani melanjutkan. Adapun yang akan membiayainya adalah beberapa perusahaan Jepang yang tergabung dalam sebuah konsorsium di bawah koordinasi Mitsui Corporation. Kelak, kalau pabrik bahan baku serat dan plastik ini telah berdiri -- diperkirakan awal 1994 -- Pertamina akan membayar utangnya dari hasil penjualan. Rencananya, produk pabrik aromatik itu berupa 335 ribu ton paraxylene plus 150 ribu ton benzene per tahun. Separuh akan diekspor ke India, Korea Selatan, dan Timur Tengah. Sisanya diperuntukkan bagi konsumsi d~alam negeri. Terlepas dari soal untung-rugi, ada satu hal yang perlu dipertanyakan, yakni, mengapa Pertamina hanya bisa menyediakan 45 ribu barel kondensat. Padahal, Mobil Oil, yang memproduksi kondensat di Arun, mampu menghasilkan 160 ribu barel sehari. Tentang ini, Tabrani menjelaskan bahwa produksi kondensat di tahun-tahun mendatang akan terus menurun. Pada 1997-98 misalnya, diperkirakan produksi kondensat hanya akan mencapai sekitar 60 ribu barel sehari. "Jumlah itu diperkirakan akan tidak bertambah di tahun-tahun berikutnya," ujar Tabrani lagi. Itulah sebabnya, Pertamina hanya berani menjamin pasokan kondensat 34-45 ribu barel. Dan itu pula rupanya yang menyebabkan Humpuss mengundurkan diri. Namun, sebuah sumber di Humpuss mengungkapkan, pudarnya minat berpatungan bukan cuma karena soal suplai kondensat Selain itu, gagasan Humpuss untuk mendirikan pabrik aromatik juga ditolak. Ketika itu, kata yang empunya cerita, Humpuss mengusulkan agar membeli pabrik bekas alias second hand dari Amerika seharga 100 juta dolar. Tapi usul ini ditolak Pertamina dengan alasan bahwa pabrik itu sudah berusia 10 tahun lebih, dan teknologinya juga sudah ketinggalan zaman. Agak sulit dimengerti mengapa Humpuss mundur, padahal berdasarkan perkiraan Pertamina, proyek aromatik itu menguntungkan. Tabrani bahkan memastikan, setelah hasil penjualan dipotong dengan biaya total produksi, pabrik ini akan mampu mencapai titik pengembalian investasi dalam waktu delapan tahun. Artinya, ketika itulah Arun Aromatic Complex -- demikian namanya -- menjadi milik penuh Pertamina, tanpa sedikit pun beban utang investasi. Bagaimana kalau merugi? Apakah Pertamina akan mampu membayar utangnya? Nah, kemungkinan buruk seperti itu pun sudah siap ditangkal oleh Pertamina. Caranya? Dalam perjanjian dengan Mitsui disebutkan, jika merugi, pembayaran utang beserta bunganya ditunda untuk sementara, sampai Pertamina meraih laba. Namun, Mitsui dan kawan-kawannya tidaklah terlalu baik, hingga tidak menuntut jaminan sama sekali . Raksasa Jepang ini sudah lebih dulu mengamankan modalnya, dengan bertindak sebagai penjual paraxylene dan benzene yang kelak dihasilkan Pertamina. "Mereka tidak gambling," kata Tabrani. Budi Ku~sum~ah, Moeba~no~ Mo~era

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus