SEJAK krisis Pertamina, Menteri Perdagangan Radius Prawiro
memperoleh beban tambahan untuk mengurus soal hutang dan
kompensasi dengan para pemilik tanker. Sudah banyak kontrak lama
ditinjau dan diselesaikan. Dan, walaupun dengan Bruce Rappaport
-kasus terberat tentang tanker itu masih belum tercapai
persetujuan, Menteri Radius belakangan ini mulai ada waktu
memperhatikan persoalan terdekat dengan Departemennya, antara
lain tentang bursa komoditi.
Maka timbul pertanyaan apakah 6 perusahaan broker komoditi yang
sudah ada di Jakarta (TEMPO, 16 April 1976) beroperasi dengan
izin atau tidak. Kalau ada izin, Departemen Perdagangan
semestinya mengetahui. Keenam perusahaan itu, berstatus PT,
mengageni bursa komoditi Jepang. Mereka menggalakkan semangat
berspekulasi sebagaimana lazimnya di tiap bursa.
"Saya kuatir masyarakat akan lebih cepat terpukau dengan angka
kalkulasi keuntungan", kata Menteri dalam konperensi pers
minggu lalu. Konperensi pers itu tampaknya diadakan mendadak
khusus mebicarakan soal bursa komoditi. Masyarakat, kata Menteri
lagi, supaya untuk sementara waktu tidak ikut serta dalam
perdagangan komoditi internasional itu.
Bahwa mereka ada izin dagang, Deperdag tampaknya tidak
menyangsikan. PT Dharma Unicus, perusahaan pertama di Jakarta
yang memulai keagenan broker bursa Jepang itu, mengaku mendapat
izin serta tercatat pada Deperdag tanggal 2 Juni 1976 dan DKI
Jaya tanggal 29 Nopember 1975.
Meraba-raba
Meskipun begitu, kata Menteri pula izin usaha dagang tidak
otomatis bisa menjadi izin bertindak sebagai broker. Lantas,
apakah semua usaha broker itu akan dilarang? Tidak ada jawaban
tegas. Deperdag masih akan menelitinya.
Bisnis ini demikian baru di Indonesia, hingga pemerintah pun
masih meraba-raba. "Kami akan sangat gembira apabila pemerintah
meletakkan usaha sejenis kami ini dalam suatu wadah atau
penanganan oleh salah satu instansi, sehingga banyak masalah
yang kami hadapi sekarang ini bisa terselesaikan lebih mudah",
kata ir. Pandoyo, pelksana teknis PT Dharma Unicus pada Slamet
Djabarudi dari TEMPO.
Pemerintah sendiri bermaksud membuka Bursa Komoditi Indonesia.
Tapi kapan? Konsep pembentukan BKI masih dikerjakan di Deperdag.
Menteri Radius sudah menunjuk seorang staf ahlinya, Hasan
Kartadjumena, selaku koordinator. Kalaupun akhirnya dibentuk,
BKI itu diduga baru beroperasi sesudah lahir Bursa Saham (Pasar
Modal) di Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
"Sementara ini kami", kata Presdir Rosihan Nazwar dari PT Duta
Komoditi Indra pada wartawan TEMPO Yunus Kasim, "terpaksa
bergerak hanya sebagai broker dari perdagangan bursa komoditi
Jepang".
Broker lainnya seperti Rosihan Nazwar itu umumnya berpendapat,
dengan mulai ramainya keagenan bursa komoditi Jepang di sini,
"kita dapat belajar". Memang selalu datang para penasehat ahli
dari Jepang maupun Hongkong ke sini, sebagian sambil
berpariwisata melatih tenaga Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini