Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung atau ITB dilibatkan melakukan monitoring dan pengawasan pemasangan track slab dan track laying Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Kelompok Monitoring ITB David Arifin mengaku, banyak mendapatkan pengetahuan baru terkait konstruksi pada proyek perkeretaapian. Ia melihat adanya perbedaan penggunaan teknologi yang digunakan dalam proyek mencapai US$ 7,5 miliar atau setara Rp117 triliun tersebut. Perbedaannya terletak pada konstruksi rel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada umumnya di Indonesia jalur kereta api menggunakan batu ballast, sementara proyek KCJB ada yang memakai ballastless track slab," kata David dalam keterangan resminya, Sabtu, 25 Februari 2023.
David mengatakan, dibutuhkan pengukuran tingkat presisi track slab sedetail mungkin di proyek KCJB agar ketinggian dan kemiringan jalur dapat dilalui dengan baik oleh kereta dengan kecepatan tinggi hingga 350 kilometer per jam. "Track Slab hanya memiliki toleransi milimeter," katanya.
David mengatakan, penggunaan fine adjustment merupakan pengetahuan baru bagi 29 mahasiswa ITB jurusan Teknik Sipil tingkat akhir yang dilibatkan untuk memonitoring KCJB. "Ini baru bagi kami, karena sudah sepenuhnya terkomputerisasi," jelas David.
Setiap harinya para mahasiswa mengolah dan menyusun laporan atas temuan-temuan yang didapatkan. Para mahasiswa juga terus berkordinasi dengan kontraktor di lapangan dalam menentukan pemasangan dan prakiraan selesainya suatu pekerjaan.
David menyebutkan, pengetahuan dan pengalaman turun langsung ke proyek kereta api cepat pertama di Indonesa ini merupakan hal yang sangat berharga bagi mahasiswa ITB. Pengalaman ini belum tentu dapat diulang dan didapatkan oleh banyak orang.
General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Rahadian Ratry mengatakan, sejak awal pembangunan KCJB, KCIC terus aktif memperkenalkan teknologi kereta api cepat pada masyarakat, salah satunya para akademisi di lingkungan universitas. Sudah lebih dari 3.000 mahasiswa yang melakukan site visit ke proyek KCJB, seperti stasiun, jembatan, terowongan, dan depo kereta api cepat.
Kegiatan lainnya antara KCIC dengan mahasiswa adalah mengadakan sharing knowledge, praktek kerja lapangan, studium generale, dan kegiatan FGD di lingkungan universitas. Perguruan tinggi yang terlibat tidak hanya universitas negeri dan swasta di Indonesia tapi juga dari luar negeri, seperti Australia dan Malaysia.
"Perhatian besar yang diberikan seluruh pihak dalam pembangunan kereta api cepat ini sangat kami apresiasi. Semoga kehadiran KCJB tidak hanya bermanfaat bagi mobilitas dan perekonomian masyarakat tapi juga memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan di Indonesia." kata Rahadian.
Proyek strategis nasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada Juni 2023. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menetapkan konsesi pengelolaan proyek tersebut selama 80 tahun atau meningkat 30 tahun dari kesepakatan awal konsesi antara pemerintah dengan KCIC yang diatur dalam Perjanjian Konsesi/Kerja Sama No. HK.201/1/21/Phb 2016 Amandemen dan Pernyataan Kembali Perjanjian Konsesi/Perjanjian Kerja Sama No. PJ 22/2017.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Pilihan Editor: Pelaporan Fraud Lewat Whistleblowing System Kemenkeu Meningkat, 96 Pegawai Kena Hukuman Disiplin Tahun Lalu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.