Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ditunjuk Jokowi Jadi Kurator IKN, Ridwan Kamil Belajar dari Kegagalan Malaysia dan Myanmar

Ridwan Kamil mengatakan bahwa IKN harus menjadi kota yang layak huni dan manusiawi, menghindari terulangnya kegagalan Malaysia dan Myanmar

15 Maret 2024 | 06.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo berbincang dengan para menteri Kabinet Indonesia Maju di IKN, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat, 3 November 2023. Mensesneg Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Otorita IKN Bambang Susantono, Wakil Kepala Otorita IKN, dan Ridwan Kamil turut serta dalam obrolan pagi di tengah rindang pepohonan IKN tersebut. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kurator Ibu Kota Negara Nusantara, Ridwan Kamil, mengatakan bahwa IKN harus menjadi kota yang layak huni dan manusiawi, menghindari terulangnya kegagalan yang terjadi di beberapa ibu kota baru di negara lain seperti Malaysia dan Myanmar.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional IKN di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024, ia mengatakan pernah mengingatkan Presiden Jokowi tentang kompleksitas dalam membangun ibu kota negara baru.

Ia mencontohkan Naypyidaw, Ibu Kota Myanmar, yang dianggap gagal karena kotanya sepi dan desainnya hanya berfokus pada pusat pemerintahan.

Menurut dia, Naypyidaw sepi karena tidak didesain sebagai kota yang utuh. Kota ini hanya difungsikan sebagai pusat pemerintahan tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan masyarakat yang beragam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hanya memindahkan kantor, maka tidak ada namanya kota formal-informal, kaya-miskin bercampur. Kota itu semua golongan harus hadir," katanya.

Mantan Gubernur Jawa Barat itu juga menyinggung Putrajaya, ibu kota administratif Malaysia, yang menurutnya memiliki desain kota yang indah. Namun, kota ini menjadi sepi pada malam hari karena mayoritas penduduknya masih tinggal di Kuala Lumpur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Paginya berkantor di Putrajaya, sorenya pulang ke Kuala Lumpur, malam sepi," tutur Emil.

Kemudian, dia juga menyebut ibu kota Brasil, Brasilia, yang dinilai terlalu luas sehingga kurang manusiawi dan sulit diakses oleh masyarakatnya.

Dia juga menyebut Canberra, Ibu Kota Australia, sebagai kota yang sepi, berbeda dengan Sydney dan Melbourne yang ramai.

Menurutnya, sebuah kota yang ideal harus ramai, baik pada siang maupun malam hari.

Ia mencontohkan Washington DC, Ibu Kota Amerika Serikat, yang dirancang dari nol dan membutuhkan waktu 100 tahun untuk berkembang menjadi kota ramai dan layak huni seperti sekarang.

Emil menekankan pentingnya IKN sebagai kota yang layak huni dan manusiawi, jangan sampai bernasib sama seperti beberapa ibu kota lain yang gagal.

“Maka saya katakan IKN harus layak huni, cirinya ada orang berjalan kaki. Kalau di IKN tidak ada orang berjalan kaki, kita gagal menciptakan kota yang manusiawi, ke mana-mana harus naik kendaraan, naik mobil," kata dia.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus