Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Ethiopia menetapkan hari berkabung nasional terkait tragedi kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines ET302 tujuan Nairobi. Selain pemerintah Ethiopia, hal yang sama dilakukan perwakilan negara-negara asing yang ada di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada hari berkabung ini, bendera nasional Ethiopia akan dipasang setengah tiang di seluruh negeri," tulis pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Ethiopia, Senin, 11 Maret 2019.
Selain di dalam negeri, Ethiopia juga mengibarkan bendera setengah tiang di semua kedutaannya yang ada di seluruh dunia. "Sepanjang hari berkabung nasional ini," lanjut pernyataan tersebut.
Pernyataan duka cita itu tidak hanya dilakukan pemerintah Ethiopia. Sejumlah perwakilan negara asing di Addis Ababa juga turut mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk berkabung, termasuk Indonesia.
"Kita ikut melakukan sebagai bentuk belasungkawa," kata Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Addis Ababa, Christine Refina, kepada TEMPO, di Addis Ababa.
"Meskipun arahan tersebut dalam skala nasional Ethiopia, namun atas nama solidaritas sejumlah perwakilan asing di Addis Ababa, termasuk KBRI juga melakukannya," kata Christine.
Tidak hanya negara yang warga negaranya menjadi korban ET 302, sebagian negara lain yang tidak ada korban warga negaranya, juga turut melakukan hal serupa.
Negara-negara yang turut mengibarkan bendera setengah tiang antara lain Norwegia, Swedia, Jepang, Polandia, Denmark, Republik Ceko, Bulgaria, Hungaria, Belanda, Korea Selatan, Inggris, Spanyol, Austria, Serbia, Finlandia, Swiss, Rumania, Kanada, Belgia, Prancis, dan Brasil.
Penerbangan ET 302 rute Addis Ababa ke Nairobi, Kenya jatuh pada Minggu, 10 Maret 2019 sekitar pukul 08.44 waktu setempat (atau 12.44 WIB). Sebanyak 149 penumpang dan 8 kru pesawat dipastikan tidak ada yang selamat.
Sebagian dari penumpang Ethiopian Airlines tersebut adalah diplomat dan pegawai lembaga internasional seperti PBB. Salah satu korbannya adalah WNI atas nama Harina Hafitz yang merupakan staf World Food Programme.
TITO SIANIPAR (Addis Ababa)