Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menargetkan ekspor komoditas udang ke depannya dapat meningkat pesat dalam rangka memenuhi kontribusi devisa sektor kelautan dan perikanan serta membantu mengatasi permasalahan defisit neraca perdagangan.
"Saat ini KKP menargetkan ada peningkatan kontribusi devisa ekspor yang lebih signifikan dari komoditas udang. Kami menargetkan nilai ekspor udang meningkat hingga 250 persen di tahun 2024," kata Menteri Edhy dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, 2 Desember 2019.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor sementara untuk komoditas udang dari periode Januari-September 2018 adalah sekitar US$ 1,3 miliar. Diperkirakan total nilai ekspor udang 2018 bisa mencapai sekitar US$ 1,8 miliar.
Edhy memaparkan pihaknya dalam jangka waktu satu bulan ini telah berkeliling ke berbagai sentra produksi perikanan dalam rangka mendengar masukan dan keluhan dari berbagai pihak pemangku kepentingan.
Hal tersebut, lanjutnya, dilakukan untuk mencari bahan referensi dalam pembuatan keputusan sehingga aturan yang akan dikeluarkan KKP juga menampung masukan dari para pelaku di lapangan.
Edhy menambahkan Presiden Joko Widodo tengah merancang penyederhanaan regulasi melalui kebijakan omnibus law, sebagai upaya menghilangkan tumpang tindih aturan dan birokrasi. Setidaknya ada sebanyak 11 klaster kebijakan omnibus law untuk Cipta Lapangan Kerja, dua di antaranya yakni penyederhanaan perizinan investasi dan pengembangan inovasi dan riset.
Edhy juga bertekad mengembalikan kejayaan Indonesia di sektor budidaya udang. Ia menilai sudah sewajarnya ekspor udang digenjot mengingat udang memberikan pangsa devisa hingga 40 persen dari total ekspor produk perikanan nasional.
"Tahun 2017 misalnya, nilai ekspor udang Indonesia mencapai 1,47 miliar dolar AS," kata dia.
Dia menjelaskan ada beberapa upaya yang telah dilakukan KKP guna mendukung pengembangan budidaya tambak udang di Indonesia, antara lain adalah program budidaya udang berbasis klasterisasi, Pengelolaan Irigasi Tambak Partisipatif (PITAP), bantuan induk bermutu dan benih unggul, serta bantuan ekskavator.
Sebelumnya, sejumlah pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan Indonesia (AP5I) mengapresiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berfokus dalam mengembangkan budi daya perikanan, termasuk komoditas udang nasional.
Ketua AP5I Budhi Wibowo membenarkan bahwa udang merupakan komoditas dengan potensi perdagangan ekspor yang sangat besar.
Menurut Budhi Wibowo, ekspor udang Indonesia kurang lebih US$ 1,8 miliar per tahun dengan jumlah lebih dari 200 ribu ton pada periode setahun tersebut.
AP5I sendiri, menurut dia, mengolah udang dari pembudidaya udang sebesar kurang lebih 350 ribu ton. Padahal AP5I memiliki kapasitas mesin pengolah sebesar 550 ribu ton.
"Jadi kami masih kekurangan bahan baku kurang lebih 200 ribu ton. Nah, ini yang menyebabkan kami sulit bersaing di pasar internasional karena kapasitas dan utilitas kami hanya 60 persen," katanya.
Ia mengutarakan harapan dengan perikanan budidaya menjadi salah satu fokus pembangunan KKP saat ini, semoga ke depannya produksi budidaya udang bisa meningkat.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini