Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Harga kopi mencapai titik tertinggi sepuluh tahun lalu.
Total nilai ekspor biji kopi dan kopi olahan selama Januari-Mei 2020 turun 12,2 persen.
Indonesia merupakan konsumen kopi tertinggi kedua di dunia setelah Brasil.
JAKARTA – International Coffee Organization (ICO) mencatat harga kopi di pasar global terus mengalami penurunan. Harga semakin terpuruk ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penyebaran virus corona atau Covid-19 sebagai pandemi global pada Maret lalu. Saat itu, harga kopi sudah jatuh hingga US$ 2,5 per kilogram.
"Pada Juli 2020, harga kopi internasional sudah berada di level US$ 2,2 per kilogram," ujar Ketua Dewan ICO sekaligus Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, dalam sebuah seminar virtual, kemarin. Padahal harga kopi sempat mencapai titik tertinggi, yaitu US$ 4,8 per kilogram, pada sepuluh tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor biji kopi dan kopi olahan Indonesia pada Januari-Mei lalu juga turun sebesar 12,2 persen secara tahunan. Impor kopi juga melorot hingga 35,17 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Iman menambahkan, penurunan terjadi akibat daya beli konsumen yang melemah, serta adanya mitigasi penyebaran Covid-19 pada negara tujuan ekspor.
"Volatilitas harga kopi terjadi karena rantai pasok kopi terus mengalami gangguan selama pandemi Covid-19 belum bisa diatasi," ujar Iman.
Produksi industri kopi olahan juga ikut anjlok hingga di bawah level 35 persen akibat pandemi. Meski begitu, Iman menuturkan, masih ada peluang meningkatkan bisnis kopi dalam negeri. Jumlah konsumsi yang menembus 288 ribu ton pada 2019 menempatkan Indonesia sebagai konsumen kopi tertinggi kedua di dunia setelah Brasil. Konsumsi kopi per kapita Indonesia pada 2018-2019 sebanyak 1,13 kilogram per tahun.
"Peningkatan konsumsi domestik merupakan solusi terbaik saat ini, tidak saja dalam masa pandemi, tapi juga ke depan untuk mewujudkan sektor kopi nasional yang berkelanjutan dalam jangka panjang," ujar Iman.
Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Agung Wahyu Susilo mengatakan konsumsi kopi dunia terus meningkat, tapi ini juga diikuti oleh tumbuhnya negara eksportir kopi. Artinya, produksi kopi di negara produsen akan banyak diserap untuk konsumsi dalam negeri. Keseimbangan antara produksi dan konsumsi kopi dalam negeri sudah sekitar 50 persen.
Namun, Agung mengatakan, tren produksi kopi Indonesia terus mengalami penurunan di tengah kenaikan tren konsumsi. Kalau pada sektor budi daya (on farm) tidak ditingkatkan, Agung khawatir suatu saat Indonesia akan menjadi negara pengimpor kopi. Kemampuan petani dalam penerapan Good Agricultural Practices (GAP) masih beragam sehingga tingkat produktivitas tanaman belum maksimal.
Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), Wildan Mustofa, mengatakan sebanyak 96 persen produksi kopi nasional ditanam oleh perkebunan rakyat. Adapun produksi kopi Tanah Air hanya meningkat sedikit dalam 10 tahun, yaitu dari 698.016 ton pada 2008 menjadi 722.461 ton pada 2018. Adapun konsumsi kopi pada periode yang sama melonjak dari 155 ribu ton menjadi 314 ribu ton.
Pada periode yang sama, ekspor kopi Indonesia justru mengalami penurunan 468.749 ton menjadi 277 ribu ton. Sedangkan impor meningkat hampir 14 kali lipat dari 7.582 ton menjadi 104 ribu ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu cara untuk meningkatkan permintaan kopi dalam negeri bisa melalui kampanye kopi. Menurut Public Policy and Government Relations Lead Tokopedia, Agung Pamungkas, Tokopedia pernah menggelar kampanye ini pada April lalu bertepatan dengan periode pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dari kampanye itu, Agung mengatakan, setidaknya dari 567 toko yang bergabung, sebanyak 46 persen di antaranya mengalami peningkatan penjualan dalam sepekan.
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo